02 - seandainya menghapus perasaan ini bisa seperti mengucapkan mantra

174 34 4
                                    

Waktu itu bisa berlalu begitu cepat seperti kedipan mata, tetapi bisa terasa lambat sehingga begitu menyiksa. Seperti hari ini yang membuat Jongho tidak pergi ke kantor. Begitu juga San yang tidak pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Kakak tiri perempuannya, Hyojung justru tidak keluar dari kamarnya padahal ini hari yang penting.

Namun, siapa yang bisa menyalahkan reaksi Kakak tiri mereka? Karena meski Jongho dan San menyadari kalau tidaklah begitu bagus tentang membaca emosi orang-orang disekitarnya, tetapi reaksi Hyojung bisa dimengerti. Setidaknya, Jongho dan San mencoba untuk mengerti. Meski sebenarnya mereka berdua tidak akan pernah benar-benar paham rasanya menjadi Hyojung.

Memperingati dua tahun kematian kembaran sendiri bukanlah hal yang diinginkan oleh Hyojung. Tidak, bahkan mungkin tidak ada yang membayangkan kalau Kakak tiri mereka yang paling tua, Sulli, akan meninggalkan mereka dua tahun yang lalu dengan mengakhiri hidupnya. Meloncat ke Sungai Han, padahal saat pamit keluar rumah berpakaian dengan cantik dan terlihat ceria seperti biasanya.

"Apa pun yang Eomma katakan hari ini, kamu hanya perlu diam, Jongho." Perkataan San membuatnya menoleh ke arah Kakak tirinya itu. Orang yang seharusnya berada di posisi Jongho sekarang di kantor dan lebih memilih untuk menjadi dokter jiwa di salah satu rumah sakit di Seoul. "Kamu tahu, Eomma meski seperti itu, dia benar-benar menyayangi Sulli noona."

"Aku tahu itu, San Hyung."

"Baguslah. Aku mengatakannya hanya untuk berjaga-jaga kalau kamu melupakannya."

"Tapi San Hyung ... kenapa aku harus diingatkan tentang Eomma?" Jongho tidak tahu, kalau mengatakan hal itu akan masih terasa aneh. Meski Jongho tidak pernah bertemu dengan Ibu kandungnya karena meninggal setelah melahirkannya, tetapi sampai dua tahun yang lalu dia tidak pernah memanggil Ibu tirinya dengan sebutan itu. "Bukankah Eomma lebih cerewet kalau berhubungan denganmu?"

"Sebenarnya, dia akan cerewet karena tahu kisah cinta kita."

"Oh, benar juga."

Kemudian, keduanya terdiam. Karena menyadari kalau Ibu mereka seperti itu karena Sulli yang meninggal karena cintanya kepada orang yang salah. Entah keluarga Choi ini memiliki relasi yang buruk dengan cinta atau bagaimana, karena mereka semua tidak ada yang benar-benar berbahagia dengan hal itu.

Ibu mereka yang tidak pernah dicintai oleh Ayah mereka sampai akhir karena tidak bisa bersama dengan cinta pertamanya yaitu Ibu Jongho.

San yang terjebak cinta segi tiga dengan Mingi dan Hwiyoung. Meski dengan problematikanya yang sejujurnya cukup mengkhawatirkan kalau Jongho boleh jujur.

Hyojung yang tidak pernah terlihat tertarik dengan seseorang yang nyata. Hidupnya yang dihabiskan di kamar untuk bekerja sebagai pembuat webtoon dan kalau keluar dari kamarnya hanya untuk pergi sebagai fangirl boyband KPOP.

Sementara Jongho kepada Yunho yang tidak perlu dijelaskan karena semua orang di keluarga Choi ini tahu tanpa perlu dirinya bercerita.

San dan Jongho menunggu Ibu mereka untuk muncul untuk memulai prosesi peringatan 2 tahun kematian Sulli. Namun, rasanya aneh saat menyadari waktu sudah terlewati sepuluh menit dan dia belum kunjung muncul. Semua orang tahu jika Nyonya Besar keluarga Choi tidak pernah terlambat—serta tidak menoleransi keterlambatan—dan itu membuat Jongho menghela napas panjang.

Karena di rumah ini, tentu yang paling terpukul dengan kematian Sulli adalah Ibu mereka dan Hyojung. Kalau San lebih sering menghabiskan waktu untuk menghibur Hyojung, maka Jongho biasanya bersama Ibu tirinya. Kalau hal ini dikatakan kepada dirinya di masa lalu, Jongho akan tertawa karena mengira itu hanyalah sebuah lelucon yang sebenarnya tidak lucu dan tawanya adalah sebagai bentuk ejekan. Namun, itulah kenyataannya sejak satu setengah tahun belakangan.

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang