20 - Ternyata Ide Itu Gagal dan Sekarang Membuatnya Menghadapi Problematikanya

73 13 3
                                    

Seharusnya Jongho tidak lupa untuk menyiapkan rencana cadangan kemungkinan rencana Yuna gagal untuk menjauhkan Hyojung dengan Sangyeon. Karena sekarang Jongho membaca banyak berita yang merujuk Kakak tirinya sebagai pacar Sangyeon. Padahal semua orang yang mengenal Hyojung tahu siapa yang disenanginya di grup XIONE.

"Kepalaku pusing membaca omong kosong ini," gerutu San dan melemparkan ponsel ke sisi sofa yang ada di sampingnya, lalu menatap Jongho, "jadi apa rencanamu?"

"Aku tidak tahu."

"Apa?" San merasa seperti salah mendengar. "Tadi kamu bilang apa, Jongho?"

"Aku tidak tahu!" jongho tidak menyadari kalau sudah menaikkan suaranya, sampai San melihatnya dengan terkejut. Kemudian Jongho mengusap wajahnya, frustrasi. "Maaf, San ­Hyung. Aku harusnya tidak berteriak kepadamu."

"Tidak apa-apa, aku di posisimu pasti lebih kacau karena masalah saat ini. Maksudku ... masalah perusahaan kali ini benar-benar memusingkan." Ada jeda selama beberapa saat, kemudian San menatap Jongho, "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak membuatmu menanggung semuanya sendiri."

Jongho hanya menghela napas panjang dan sejujurnya kepalanya terasa sakit. Membuatnya memejamkan mata dan mendengar San bergumam, memaki lelaki bernama Sangyeon karena membuat situasi keluarga mereka menjadi sulit. Mereka sedang ada masalah yang lebih besar dan sekarang Hyojung yang tidak tahu apa-apa tentang perusahaan justru mendapatkan hujatan hanya karena bagian dari keluarga Choi yang dituduh berkencan dengan idola.

Suara dering telpon yang membuat Jongho membuka matanya. Melihat San yang mengangkat telepon, kemudian menatap Jongho, kemudian berkata, "Baik, kami akan segera pulang."

Setelah sambungan telepon, keduanya tidak mengatakan apa pun, tetapi bergerak untuk keluar dari ruang kerja Jongho. Masalah perusahaan memang memusingkan, tetapi baik Jongho dan San tahu alasan mereka diminta untuk pulang. Sepanjang jalan, nbaik San mau pun Jongho tidak mengatakan apa-apa.

Karena mungkin mereka terlalu lelah dengan semua omong kosong yang dikatakan oleh semua orang tanpa tahu yang sebenarnya terjadi.

Karena mungkin mereka hanya tidak mau melontarkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang berhubungan dengan Hyojung. Meski mungkin mereka mengatakannya hanya dari sudut pandang realistis, tetapi manusia dan perasaan itu tidak begitu bisa disisikan. Pada akhirnya, perasaan tetap akan mampu membolak-balikkan kehidupan manusia. Bahkan manusia yang katanya lebih mengutamakan logika daripada perasaan.

"Eomma, Hyojung Noona di mana?" tanya San yang membuat perempuan paruh baya itu menatapnya, kemudian menghela napas.

Mungkin kalau ini keadaan biasa, San akan berakhir mendapatkan omelan karena berbicara sekasual itu kepada Ibunya. Namun, sepertinya di keadaan seperti ini, melakukan hal seperti biasanya tersebut terlalu membuang tenaga. Apalagi melihat wajah perempuan yang emosinya tidak pernah tidak terkontrol di depan semua orang, saat ini benar-benar terlihat kacau.

Sebenarnya tidak selalu terkontrol. Karena saat kematian Sulli dan peringatannya setiap tahun, Jongho selalu melihat Ibunya yang menampilkan emosi sebagai seorang Ibu yang kehilangan anak perempuannnya.

Padahal saat peringatan kematian Ayah Jongho, nyatanya Ibunya tetap bisa menjaga ekspresinya. Mungkin karena begitu banyak rasa sakit yang diberikan sehingga sudah tidak ada emosi yang sudah bisa diberikan oleh Ibunya kepada lelaki yang menjadi suaminya selama ini.

"Jadi bagaimana situasi saat ini?" tanya perempuan tersebut yang membuat lamunan Jongho buyar. "Apakah evakuasinya sudah selesai?"

"Petugas masih mencari beberapa orang yang terjebak dan sejauh ini belum ada korban jiwa." Jongho menjelaskan, mencoba untuk terlihat bahwa dirinya tidak melamun di saat penting seperti ini. "Apa Eomma sudah makan malam?"

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang