i n t r o

495 68 8
                                    

"Aku tahu Yunho Hyung tidak diundang pada pernikahan mereka." Jongho tidak berbasa-basi saat melihat Yunho di ruangannya setelah selesai rapat direksi. "Jadi, apa alasanmu memegang undangan itu?"

Jongho sebenarnya tidak bodoh untuk menyadari tujuan Yunho menemuinya. Namun, selama dia tidak mendengar sendiri dari mulut Yunho, maka semua di kepalanya hanyalah asumsi tanpa argumen yang valid. Jadi saat Yunho menatap Jongho dan mengikuti langkahnya untuk duduk di sofa yang berada di depannya, dia tahu akan mendengar jawabannya.

"Ajak aku," perkataan Yunho tidak membuat Jongho terkejut atau merasa heran. "Aku tahu kamu tidak akan mengajak siapa pun ke sana."

Jongho memandang Yunho dengan ekspresi sebiasa mungkin. Meski sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja saat melihat ekspresi Yunho yang seperti mayat hidup. Padahal Jongho pikir, saat Yunho dan Seonghwa telah berakhir, maka dirinya akan merasa bahagia karena mungkin ada kesempatan untuknya.

Ternyata, melihat Yunho seperti ini membuat Jongho memikirkan ulang perasaannya sendiri. Karena untuk apa Jongho mencoba untuk bersama Yunho kalau dia tidak bisa melihat kebahagiaan darinya?

"Apa Yunho Hyung sekarang juga menjadi seorang masokis perasaan?" Melihat ekspresi Yunho yang tampak tertekan, membuat Jongho hanya bisa menghela napas. "Baiklah, aku akan mengajak Yunho Hyung untuk pergi, tapi jangan mengacau di acara mereka."

"Aku akan mencoba."

"Kalau begitu, aku akan mempertimbangkan untuk mengajak Yunho Hyung."

"Jongho...," Yunho menghela napas mendengar jawaban lelaki yang lebih muda darinya itu. "Aku selama sepuluh tahun ini menghabiskan waktu bersama Seonggwa sebagai setengah jiwaku." Yunho memberikan jeda, menunggu reaksi Jongho, tetapi lelaki itu tidak mengatakan apa pun. "Jadi apa aku salah kalau bilang kepadamu tentang usahaku untuk mencoba? Aku sedang berusaha menerima kenyataan bahwa Seonghwa tidak memilihku."

"Oke."

"Setidaknya aku tidak berbohong kepadamu untuk hal yang tidak yakin aku bisa kendalikan."

Jongho tidak mengatakan apa pun dan Yunho meminum kopi yang telah disiapkan. Padahal, Jongho pikir dia bisa mengontrol dirinya untuk tidak merasakan apa pun mendengar nama Seonghwa ada pada pembicaraannya bersama Yunho. Namun, nyatanya perasaan tidak semudah itu dikendalikan, termasuk mengendalikan perasaan Jongho yang merasa kesal sendiri karena mendengar nama Seonghwa kembali saat berbicara dengan Yunho.

Seolah, nama Seonghwa itu tidaklah pernah bisa tersingkirkan dari kehidupannya jika berhubungan dengan Yunho, meski keduanya tidak bersama seperti dahulu. Lantaran Seonghwa yang akhirnya meminta untuk mengakhiri jalinan hubungan selama sepuluh tahun ini. Jongho pikir, setelah hubungan keduanya berakhir, maka Yunho akan mulai bisa menerima kenyataannya bahwa dia tidak dipilih, bahkan sampai tidak mendapatkan undangan pernikahan Hongjoong dan Seonghwa.

Yunho pada akhirnya bisa melanjutkan hidupnya meski tanpa kehadiran Seonghwa di sisinya seperti dahulu.

Namun, hari ini membuktikan bahwa semua asumsi Jongho salah. Bahwa Yunho masih tetap memikirkan Seonghwa dan mencari cara untuk bisa menemuinya. Meski mantan tunangannya itu tidak ingin dan memutuskan semua akses yang bisa Yunho gunakan. Membuat Jongho tersadar, bahwa sebenarnya perasaannya kepada Yunho itu hanyalah kesia-siaan belaka, tetapi bodohnya, dia tidak bisa mengabaikannya.

Padahal Jongho tahu, bahkan jika Yunho pada akhirnya memutuskan untuk memiliki perasaan kepadanya, dunia mereka yang akan menentangnya. Jongho tidak yakin akan bisa membantah perintah Ibu tirinya jika meminta untuk mengakhiri semua hubungannya pada Yunho.

Apakah mereka benar-benar menjadi bagian dari hubungan yang tidak akan disetujui oleh semesta?

"Yunho Hyung, pulang kerja mari kita cari jas bersama-sama."

Yunho mendengarnya, mengernyit, karena tahu kebiasaan Jongho yang seringkali berada di kantor meski jam kerjanya sudah selesai. Mereka berdua sama-sama tipe orang yang jika sudah fokus kepada sesuatu, akan menyelesaikannya hingga akhir dan seringnya tidak menyadari waktu yang telah berlalu.

"Memangnya kamu tidak lembur?"

"Aku bosan lembur dan ingin menghabiskan uangku." Jongho tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya. "Jadi ... apa mau menerima tawaranku, Yunho Hyung?"

"Baiklah jika kamu memaksa."

Jawaban Yunho hanya membuatnya tersenyum. Jongho tahu, ajakannya hanyalah hal yang akan menyakiti diri sendiri karena membuatnya semakin tidak bisa pergi dari sisi Yunho. Namun, bodohnya dia melakukannya dengan sadar karena Jongho sebenarnya tidak mau pergi dari sisinya, meski kepalanya sudah memberikan banyak alasan untuk meninggalkan Yunho.

Memang benar, cinta tidak ada logika.

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang