22 - Atas Nama Canda atau Cinta

60 10 0
                                    

Hal terakhir yang Jongho ingin hadapi saat ini adalah Yunho. Karena Jongho tidak dalam fase bisa mengendalikan emosinya dan tidak mau membuat dramatisasi kehidupan yang akan disesalinya dikemudian hari. Meski Jongho tahu, hal paling buruk yang bisa terjadi pada hubungannya serta Yunho hanyalah saling diam beberapa saat. Kemudian nanti hubungan mereka tiba-tiba menjadi normal kembali. Seolah kemarahan waktu itu hanyalah imajinasi belaka.

Atau mungkin sebenarnya Jongho hanya tidak ingin terlihat seperti monster jika Yunho melihatnya saat ini. Tentu rasanya seperti lelucon, karena Jongho seharusnya tahu jika Yunho tidak akan peduli akan hal itu.

Jongho seharusnya tahu jika Yunho tidak akan peduli kepadanya.

Hal yang seperti biasanya dilakukan Yunho selama ini.

"Hyojung Noona...," panggil Jongho yang tentu tidak direspon karena Kakak tiri perempuannya itu overdosis obat dan meski sudah melewati masa kritisnya, tetapi belum kunjung sadar, "ayo bangun, Hyojung Noona."

Meski Jongho tahu ucapannya sekonyol itu, akan tetapi mungkin ini titik terakhirnya yang berharap untuk tidak mengubahnya menjadi monster. Membuat perhitungan kepada semua pihak yang menyudutkan Hyojung dan membuat perempuan itu berakhir melakukan tindakan impulsif dengan meminum semua obatnya hingga tidak sadarkan diri. Akan tetapi, pada titik ini Jongho paham alasan orang-orang yang mudah tertipu dengan hal konyol.

Karena saat putus asa, apa pun yang terlihat menjadi harapan akan diyakini hingga akhir. Meski tahu itu adalah hal terkonyol yang didengarnya, akan tetapi keadaan dan ditambah dengan harapan adalah resep bencana.

"Hyojung Noona, apa kamu akan membenciku jika menyakitinya?" tanya Jongho yang menatap wajah Kakak tirinya yang pucat dan selang oksigen yang membantunya untuk tetap bernapas. "Karena dia membuat Hyojung Noona seperti ini." Kemudian Jongho mengenggam tangan perempuan itu dan menempelkan di pipi kirinya. Terasa dingin dan membuat Jongho merasa semakin marah. "Hyojung Noona tidak akan membuangku sebagai adikmu jika melakukan hal-hal yang buruk kepadanya, 'kan?"

Tidak ada respon dan Jongho memejamkan matanya selama beberapa saat. Suara pintu yang terbuka membuat Jongho membuka matanya dan menoleh. Tadinya Jongho pikir yang datang adalah San serta Ibunya.

Bukan Rowoon.

"Kenapa ada di sini?" tanya Jongho yang bahkan tidak mau berpura-pura untuk menghormati lelaki itu. "Apa mau melihat Hyojung Noona yang menyedihkan untuk membuatmu bahagia?"

"Jongho, aku tidak seperti itu. Aku...."

"Aku tidak perlu mendengarkan penjelasanmu. Karena aku tidak ingin," perkataan Jongho yang sengaja memotong perkataan Rowoon dan menatapnya dingin, "dirimu dan lelaki itu sama. Sama-sama hanya menyakiti Hyojung Noona."

Rowoon menatap Jongho selama beberapa saat, tidak mencoba memberikan bantahan apa pun. Kemudian menatap Hyojung dan wajahnya benar-benar penuh dengan emosi. Jongho tidak mau repot menterjemahkan emosi apa yang ada di wajah Rowoon, akan tetapi setidaknya lelaki itu muncul atas kemauannya sendiri dan bukan karena Hyojung yang terus mencarinya. Meski selama ini dicari oleh Hyojung pun, Rowoon juga tidak pernah muncul dengan segudang alasan yang dimilikinya.

"Keluar, Rowoon-ssi...," ucap Jongho yang membuat Rowoon tersadar dari pemikiran dan menatapnya tidak percaya, "aku tidak mau melihatmu di sini."

"Jongho, aku tahu kamu tidak menyukaiku. Tapi aku...."

"Jika kamu tahu aku tidak menyukaimu, seharusnya kamu pergi, bukan?" tanya Jongho yang kembali memotong perkataan Rowoon dan menatap lelaki itu tanpa emosi. "Bukannya selama ini kamu selalu bilang sibuk setiap Hyojung Noona bertanya waktumu untuk ditemui? Kenapa sekarang ada di sini saat tidak ada yang berharap kehadiranmu?"

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang