17 - Semua Tentang Pilihan dan Perspektif yang Baru Menghantamnya

70 12 5
                                    

"Kamu itu punya uang dan otak, jadi bisa tidak keduanya digunakan bersamaan?"

Yunho memandangi Chanhee yang sekarang bersedekap di depannya. Menatap Chanhee selama beberapa saat, lalu menatap pakaian lelaki itu yang sejujurnya tidak memperlihatkan dia sebagai pekerja di perusahaan gim, apalagi menunjukkan kalau dia memegang jabatan penting. Kalau Yunho tidak mengenal Chanhee dan lelaki itu mengaku sebagai model, dia pasti mempercayainya.

"Hello sad boi ... sad boi...!" panggilan Chanhee yang terus menjentiikan jarinya yang membuat Yunho memandangi lelaki itu, "aku tahu penampilanku itu immaculate and beyond your expectation, tapi aku tidak suka seseorang tidak merespon perkataanku!"

Yunho menatap Chanhee, lalu menghela napas. "New Hyung cerewet."

"Hei anak bodoh! Aku hanya tidak mau semua orang berpikir kalau bos mereka gelandangan karena tidak keluar dari ruangannya." Chanhee berkaca pinggang. "Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadamu dan beruang kaku itu, tapi kalau memang kalian bertengkar, kamu masih punya uang untuk menginap di hotel dan segera memproses untuk membeli apartemen sendiri."

"Kami tidak bertengkar."

"Lalu kenapa kamu berada di sini selama empat hari?"

"Ck, bukan urusanmu, New Hyung."

Chanhee mendelik dan Yunho kembali melihat layar komputernya, meski sebenarnya sudah tidak ada yang dikerjakannya. Semuanya sudah selesai sejak dua hari yang lalu, tetapi alasan Yunho tidak keluar dari ruangannya karena tidak ada tempatnya untuk pulang.

Hari di mana Yunho memeluk Jongho dan terus mengatakan maaf, sebenarnya dia berbicara dengan Ibu tiri lelaki itu. saat Yunho sampai di depan apartemen Jongho bertepatan dengan perempuan paruh baya itu keluar dari pintu apartemen. Yunho tidak bisa melupakan konversasi yang terjadi saat itu—yang tentu tidak di depan apartemen Jongho, karena dia masih punya tata krama untuk mengajak ke tempat yang lebih layak—dan itu alasannya yang memutuskan untuk menarik diri.

Namun, ternyata Yunho tidak menyukai keputusannya.

"Menghindari tidak akan menyelesaikan masalah," suara Chanhee membuat Yunho refleks menoleh ke arah lelaki itu, kemudian menyesalinya karena seharusnya dia mengabaikannya, "kamu punya mulut untuk mengatakan apa yang kamu pikirkan. Tapi ya sudahlah, ini hidupmu dan bukan hidupku."

Yunho tidak mengatakan apa pun dan melihat Chanhee yang meletakkan map serta kotak makan sekali pakai di atas map tersebut. Kemudian lelaki itu melengos dan keluar dari ruangan Yunho. Suasana hening seperti sebelumnya dan biasanya Yunho menyukai seperti ini karena bisa membuatnya berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaannya.

Nyatanya, Yunho merasa muak dan marah.

Karena menyadari kalau pada akhirnya, Yunho kembali sendirian.

Setelah makan malam—yang diberikan oleh Chanhee—pada akhirnya Yunho memutuskan untuk keluar dari ruangannya. Perkataan Chanhee ada benarnya, Yunho setidaknya bisa menginap di hotel dan bukan tidur di sofa ruangannya yang membuat leher serta punggungnya sakit. Tentu tidak mengherankan kalau tempat parkir basement tidak sepi karena karyawannya banyak yang bekerja melebihi waktu.

Entah memang benar-benar bekerja atau hanya melarikan diri dari kenyataan seperti Yunho lakukan.

Seharusnya Yunho tidak berharap kalau Jongho menunggunya di parkiran mobil dan menanyai alasannya yang tidak muncul di hadapan lelaki itu. Namun, seharusnya Yunho ingat kalau Jongho beberapa kali berkata kalau berharap adalah awal mula dari rasa sakit. Meski sudah tahu bahwa harapan Yunho kepada Jongho kemungkinannya kecil untuk menjadi kenyataan, nyatanya dia tetap tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya karena itu tidaklah terbukti salah.

Sialnya, meski pikiran Yunho meniatkannya untuk ke hotel dan menginap di sana selama beberapa hari ke depan, nyatanya saat tersadar bahwa mengarahkan mobilnya ke apartemen Jongho, dirinya tidak menghentikan laju mobilnya. Tidak pula memutuskan untuk memutar mobilnya saat Yunho bisa melakukannya.

Namun, apakah Yunho benar-benar bisa ke tempat Jongho?

Oke, ini pemikiran yang terlambat Yunho sadari karena sudah selama yang diingatnya hidup di apartemen lelaki itu dan baru sekarang memikirkan tentang kelayakannya berada di tempat Jongho.

"Dia tidak akan mungkin ada di sini," gumam Yunho yang kemudian membuka pintu mobilnya untuk keluar, lalu menutup pintunya dan menguncinya, "dia memiliki rumah dan Ibunya pasti memintanya untuk pulang."

Yunho melangkah ke dalam gedung apartemen dan menunggu lift yang membawanya ke unit apartemen Jongho. Saat pintu lift terbuka, ada dua orang yang sudah tua yang keluar bersamaan dan bergandengan tangan. Dua lelaki yang terlihat bahagia dan membuat Yunho terdiam di posisinya. Karena membuatnya mendadak merasa sesak, mengingat bahwa itu dulu pernah menjadi impiannya saat bersama dengan Seonghwa.

Namun, nyatanya Yunho berakhir sendirian.

Pintu lift sudah tertutup dan Yunho memandang kosong yang di depannya. Yunho pikir dirinya sudah selesai dengan Seonghwa karena belakangan tidak mengingatnya. Namun, ternyata Yunho salah menduga dan sekarang rasanya adalah kemarahan untuk lelaki yang sudah bersamanya selama 10 tahun ini sebagai pasangannya.

Berakhir karena Seonghwa memilih meninggalkan Yunho untuk lelaki yang baru ditemuinya kurang dari 6 bulan yang lalu. Membuang Yunho yang sudah bersama Seonghwa begitu lama hanya karena tidak bisa memberikan hal yang diinginkannya.

Membohongi Yunho selama ini kalau Seonghwa mencintainya.

Membohongi Yunho dengan janjinya yang tidak akan pergi.

Membohongi Yunho kalau....

"Yunho Hyung...?" suara yang familiar itu membuat lamunan Yunho buyar dan melihat Jongho yang menatapnya dari dalam lift.

"Aku membencinya, Jongho...," ucap Yunho yang menatap lelaki itu dengan perasaan marah hingga terasa menyesakkan, "dia membohongiku dan akhirnya membuangku saat menemukan seseorang yang menurutnya bisa memberikan hal yang diinginkannya."

Jongho menatap Yunho selama beberapa saat, lalu melangkah satu kali dan sebelah tangannya menghalau pintu lift untuk tertutup otomatis. Kontak mata mereka tidak terputus, meski Yunho semakin merasa muak dengan segalanya.

Karena Yunho tidak tahu emosi apa yang Jongho rasakan kepadanya saat ini saat mereka saling bertatapan. Yunho hanya bisa melihat dirinya dari mata Jongho dan itu menyebalkan. Pada akhirnya, Yunho sendirian yang kalah akan perasaannya sendiri. Meski menekannya sekuat apa pun, sekarang sudah terlambat.

Karena perasaan Yunho sudah tidak bisa dikendalikan.

Setelah begitu lama menekan semua perasaannya untuk tidak merasakan sakit, sekarang Yunho tidak bisa mengendalikannya saat dinding pertahanannya mulai berjatuhan. Meski Yunho hanya memperlihatkannya kepada Jongho, tetapi rasanya menyesakkan. Karena Yunho merasa kalah karena tidak bisa....

"Yuho Hyung...," suara itu membuat Yunho memandangi Jongho, "masuklah ke dalam lift. Kita pulang bersama."

Kata 'pulang' dan 'bersama' seharusnya dua hal yang tidak bisa dikombinasikan dalam satu kalimat yang sama jika yang mengucapkannya adalah Jongho. Karena terdengar aneh dan tidak masuk akal. Namun, Yunho melakukan apa yang dikatakan oleh Jongho, masuk ke dalam lift.

Karena memangnya kenapa kalau aneh?

Bukankah sudah sejak lama mereka menjadi aneh untuk satu sama lain?


The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang