09 - bagi beberapa orang, rumah berarti tempat dan yang lainnya adalah seseorang

106 23 5
                                    

Yunho berusaha untuk kembali menjadi dirinya yang lama, setidaknya untuk perusahaannya. Tentu tidak seperti kedipan mata itu akan terjadi, tetapi setidaknya Yunho berusaha lebih keras untuk menjadikannya nyata. Padahal Yunho melakukannya tidak untuk siapa pun, karena....

Oh, siapa yang tengah Yunho bohongi saat ini? Pendusta sekali kalau Yunho bilang dia tidak melakukannya untuk siapa pun, karena kenyataannya sungguh berbeda.

Yunho melakukannya untuk Jongho.

Setidaknya, untuk bisa menyakinkan lelaki itu bahwa Yunho bukanlah seseorang yang tidak bisa diekspetasikan apa pun karena hanya akan membuatnya kecewa.

"Oh, sudah selesai masa berdukamu, sad boy?" teguran Chanhee membuat Yunho melirik lelaki yang seringkali membuat orang-orang berada di situasi yang tidak nyaman karena tidak bisa menebak gendernya. "Ada apa melihatku seperti itu? Oh tidak ... tidak, aku tidak tertarik untuk bersamamu. Aku masih menyukai perempuan, period."

"Aku bahkan belum mengatakan apa-apa kepadamu, Hyung."

Chanhee menatap Yunho dengan tatapan menyelidik selama beberapa saat, kemudian bertepuk tangan. Meski Yunho tahu akan mendengarkan omongan sakrastik seperti..., "aku tidak tahu apa yang dilakukan beruang kaku itu kepadamu, tetapi harus kuakui dia cukup bagus untuk membuatmu ingat tata krama."

"Apa bisa New Hyung memberikan daftar pekerjaan yang harus aku kejar saat ini?"

"Oh ternyata masih ingat kamu memiliki tanggung jawab. Kupikir dirimu akan membuatku bekerja melebihi batas yang bisa kutanggung."

"Tuliskan jumlah uang atau benefit yang New Hyung inginkan, nanti aku proses."

Yunho tahu kalau mempekerjakan Chanhee sejak awal perusahaannya eksis itu adalah sebuah kesalahan, karena sikapnya yang menjengkelkan untuknya. Namun, di sisi lain satu-satunya manusia yang bisa menyeimbangkan semua kegilaan ide Yunho serta menterjemahkannya sebagai hal yang bisa menarik orang-orang untuk berinvestasi ke perusahaannya adalah Chanhee.

Jadi kalau sekarang melihat Chanhee menutup mulutnya dengan sebelah tangannya dan memberikan tatapan terkejut dengan dramatis, Yunho hanya bisa menatap tanpa ekspresi. Kemudian, Yunho melihat Chanhee berdecak sembari bergumam, "Tidak menarik, dia tidak terlihat kesal."

"Hyung, aku bisa mendengar gumamanmu."

"Aku. Memang. Sengaja. Mengatakannya."

Yunho seharusnya tahu, dia tidak akan pernah bisa menang dari Chanhee, jadi memutuskan untuk diam dan melihat kepergian lelaki itu dari ruangannya. Tidak berapa kemudian, ponselnya tidak berhenti bunyi notifikasi yang masuk dan dari suaranya, Yunho tahu kalau itu notifikasi email pekerjaan. Ponselnya tidak kunjung berhenti menyuarakan notifikasi hingga hampir 1 menit dan saat Yunho melihat, ponselnya mengalami glitch karena tidak sanggup menerima semua email yang dikirimkan oleh Chanhee.

Sudahlah, mungkin penawaran yang Yunho tanyakan tadi lebih baik dia berikan kepada pacarnya Chanhee. Kalau perempuan itu menerima, Chanhee tidak akan mengatakan apa-apa karena dia memang menghamba kepada pacarnya.

Setidaknya ada satu manusia di dunia ini yang bisa menghadapi orang seperti Chanhee. Juga sepertinya lelaki yang lebih tua dari Yunho itu juga paham kalau hal tersebut adalah sebuah keberuntungan bagi hidup Chanhee.

"Haah...," Yunho melengos saat skimming semua judul email yang masuk kepadanya, "that jerk won hefty luck when get his GF."

Yunho tahu dia tidak akan bisa menyelesaikan semua yang dikirimkan di email ini dalam satu hari. Email-email yang Yunho skimming ini dia sebenarnya juga sudah mulai menghafal isinya karena sudah dibacanya sejak beberapa hari belakangan. Email yang sama dikirimkan oleh Chanhee dan bukan karena untuk membuat jengkel Yunho, tetapi karena memastikan Yunho membaca ulang email-email yang belum diprosesnya di hari lampau.

Menjengkelkan, tetapi sialnya efektif untuk Yunho bekerja.

Dua minggu itu katanya bisa berlalu seperti kedipan mata, bisa juga berlalu seperti bertahun-tahun lamanya. Bagi Yunho, dirinya berada di opsi kedua dan selama waktu itu pula, dia tidak ada berkomunikasi dengan Jongho.

Yunho tahu Jongho sibuk dan rasanya tidak adil dia menganggu dengan semua buntalan emosinya tentang pekerjaannya. Namun, bohong kalau Yunho tidak kecewa karena tidak dicari oleh Jongho selama rentang waktu tersebut.

Bodohnya, Yunho tetap menunggu setiap hari hingga akhirnya tertidur. Di titik ini, Yunho merasa dia seharusnya membayar uang bulanan kepada Jongho karena apartemen lelaki itu sudah menjadi tempat tinggalnya. Karena Yunho benar-benar tidak ingin pulang ke rumah kalau hanya untuk berakhir melihat Ibunya sendiri.

Meski keberadaan Yunho di dekat Jongho sebenarnya tidaklah berdampak baik. Karena Jongho akan menjadi target baru Ibunya untuk mencapai ambisinya dan meski tahu hal itu sejak dahulu, Yunho terlalu egois untuk melepaskan lelaki itu dari kehidupannya.

"Seharusnya aku mengucapkan, 'aku pulang' kalau tahu Yunho Hyung ada di sini," suara Jongho membuat mata Yunho membesar dan tatapannya yang sejak tadi tertunduk menatap lantai, bergegas untuk memandang sumber suara yang berbicara dengannya barusan. "Aku tidak mengharapkan disambut olehmu dengan keadaanmu yang kurang tidur, Yunho Hyung."

Harusnya Yunho bisa menjawab kalau kurang tidurnya karena pekerjaan, atau bisa ditambahkan dengan sedikit kejujuran kalau juga karena menunggu Jongho menghubunginya. Yunho juga bisa mengalihkan topik dengan mempertanyakan lelaki itu yang pulang tidak memberikannya kabar padahal bisa dijemput olehnya.

Skenario seharusnya dan seharusnya itu nyatanya baru Yunho pikirkan saat sudah melakukan tindakan impulsifnya.

Karena Yunho saat tersadar dengan hal yang dilakukannya saat ini, dia sudah memeluk Jongho. Harusnya Yunho dengan kesadaran diri segera menjauh dari Jongho karena menyadari kalau tubuh lelaki itu menjadi kaku, tetapi nyatanya dia tetap dalam posisi seperti itu selama beberapa saat.

Hal yang Yunho sesali karena tanpa konversasi apa pun, hanya suara debaran jantung yang tidak teratur yang didengarnya.

"Aku ... aku pulang," suara Jongho yang terdengar ragu-ragu adalah hal yang baru bagi Yunho. Karena selama ini, Yunho tahu kalau Jongho bukanlah tipe yang tidak tahu apa yang akan dilakukannya dan keraguan adalah hal yang tidak pernah dilihatnya selama ini.

Namun, Yunho tersenyum dan menumpukan keningnya di bahu kanan Jongho. Kemudian berkata dengan suara pelan, "Welcome home, Jongho."


The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang