07 - orang yang tidak diharapkan untuk muncul, justru berada di sini

115 29 3
                                    

"Halo, Jongho. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu."

Jongho menatap perempuan yang tersenyum kepadanya dengan ekspresi tidak terkejut, karena sudah menduga akan ada momen seperti ini. Perempuan itu memang akan datang ke kantornya tanpa pemberitahuan kalau Yunho membuat ulah di definisi dunianya, tetapi biasanya berhubungan dengan Seonghwa.

Lalu sekarang apa tujuannya datang? Karena Seonghwa jelas sudah bukan masalah untuk perempuan itu. Namun, kemudian Jongho tersadar tujuan perempuan itu datang kepadanya.

Apa lagi kalau bukan karena Yunho?

"Benar, kita sudah lama tidak bertemu," jawab Jongho sembari tersenyum. Jenis senyuman yang biasanya diberikannya untuk berurusan dengan orang-orang yang harus di elus egonya untuk mempermudah keberlangsungan hidupnya. "Bagaimana tehnya? Terakhir Anda datang kemari dan bilang kalau rasanya tidak sesuai harapan."

"Setidaknya lebih baik dari waktu itu."

"Saya senang mendengarnya."

"Kamu masih tetap sama ya, Jongho. Masih begitu kaku denganku." Perempuan itu tertawa dan Jongho hanya tersenyum. Meski sejujurnya Jongho tidak suka dengan situasi seperti ini, tetapi dia tahu kalau perempuan yang menjadi Ibu Yunho sampai berada di depannya, pasti karena tidak berhasil menemui anaknya sendiri. "Apa kamu sibuk, Jongho? Kita bisa makan siang bersama."

"Sayang sekali, saya sudah ada janji makan siang dengan seseorang. Mungkin lain kali kita bisa pergi bersama."

"Itu yang kamu katakan kepadaku kali terakhir kita bertemu, Jongho."

Benar, Jongho menghindari perempuan itu sebisa mungkin. Karena kali ini, dia menggunakan Ibu tirinya sebagai kebohongan lain yang Jongho gunakan. Jongho jarang pergi keluar untuk makan siang kecuali jika Hyojung datang ke kantornya atau San meneleponnya untuk membelikan makan siang dengan makanan spesifik yang hanya dirinya tahu. Karena Jongho yang menjadi orang yang memperkenalkan makanan itu kepada Hyojung dan San.

Dulu sebenarnya juga kepada Sulli, sebelum Kakak tirinya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena cinta.

"Kali ini saya tidak bisa menggeser jadwalnya untuk Anda." Jongho tetap tidak terpengaruh dengan tatapan menilai perempuan yang ada di depannya, meski dia tersenyum kepadanya. Jongho tidak tahu rasanya menjadi Yunho—dan sejujurnya dia juga tidak mau tahu—tetapi kalau memiliki Ibu seperti perempuan di depannya ini, rasanya dia juga akan tertekan. "Saya sudah berjanji untuk menemani Eomma untuk pergi makan siang dengannya."

"Oh, benarkah? Aku tidak menyangkan Mina sedekat itu denganmu, Jongho."

"Tidak semua hal perlu orang-orang ketahui."

Perempuan di depannya hendak mengatakan sesuatu, tetapi pintu ruangan kerja Jongho terbuka. Membuat perempuan itu menoleh, sementara Jongho meminum teh yang sudah mendingin. Karena tadinya Jongho mengira itu Yunho dan akan mendengar pertengkaran Ibu dan anak seperti sebelum-sebelumnya.

"Mina eonnie! Aku tidak menyangka kamu akan datang secepat ini kemari." Sapaan dari Ibu Yunho yang terlalu dibuat-buat ceria membuat Jongho hampir tersedak minumnya.

Membuatnya segera meletakkan gelasnya dan menoleh. Karena Jongho tidak menyangka kebohongannya hari ini justru tidak berubah menjadi kebohongan karena melihat Ibu tirinya muncul dan dibelakangnya semua sekretaris Jongho tampak takut karena tidak tahu harus melakukan apa.

Perempuan yang selama hidupnya selalu Jongho panggil dengan Nyonya besar, sekarang tengah menatapnya dengan datar. Tentu Jongho buru-buru berdiri dan menundukkan kepalanya sesaat sebagai bentuk hormat. Meski sebenarnya beberapa tahun ini Jongho bisa memanggil perempuan itu dengan Ibu—karena diberikan izin—tetapi rasanya tetap aneh memanggil Ibu tirinya dengan sebutan yang semestinya. Karena pada akhirnya, Jongho tahu posisinya yang sebenarnya setiap menatap perempuan itu.

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang