23 - Penuh Cinta dan Tanpa Cinta yang Sama Terlihat Jelasnya

61 7 0
                                    

Jongho hendak mempercayai jika kejadian tadi malam hanyalah imajinasinya. Akan tetapi, saat terbangun di pagi hari dan mengecek ponselnya, ternyata pesan yang Yunho kirimkan untuknya adalah bukti bahwa itu adalah nyata.

Namun, kenapa Jongho sampai sekarang tidak merasakan senang?

Tidak ada debaran menggila pada jantungnya.

Tidak ada rasa bahagia yang seperti deskripsi semua orang saat perasaannya berbalas.

Tidak ada seperti deskripsi orang-orang yang membuat Jongho mempertanyakan hatinya. Apakah separah itu ketidak mampuan dirinya mendeskripsikan perasaannya?

Ataukah mungkin benar, Jongho bukan mencintai Yunho. Hanya terobsesi dengan pemikirannya jika Yunho suatu hari akan memandangnya dan bersikap baik kepadanya. Meski semua orang menganggap Yunho adalah orang yang perlu dijauhi dan memperingatkan Jongho jika tidak mungkin seseorang akan berubah secepat itu.

Pada akhirnya Jongho tidak membalas pesan Yunho dan memutuskan untuk membersihkan diri. Meski sebenarnya Jongho bukan orang yang bisa sarapan dengan makanan berat, akan tetapi dia berusaha untuk menghabiskan makanannya jika tinggal di rumah ini. Namun, Jongho tahu dirinya tidak seharusnya berekpetasi jika Ibu tirinya akan muncul di meja makan untuk sarapan pagi ini dengan semua yang terjadi.

Akan tetapi, apakah Jongho tidak boleh merasa kecewa?

"Tuan Muda, Anda belum sarapan." Teguran Kepala Pelayan Kang saat Jongho beranjak dari kursinya.

"Saya mengecek keadaan Eomma. Memastikan beliau sarapan."

"Nyonya Besar akan ke ruang makan, Tuan Muda." Nyatanya perkataan Kepala Pelayan Kang terdengar tidak yakin dengan perkataannya itu. "Saya harap Anda duduk kembali dan memakan sarapan Anda."

"Saya akan kembali setelah mengecek keadaan Eomma."

"Tuan Muda, Anda seharusnya...."

Perkataan Kepala Pelayan Kang tidak selesai lantaran pintu ruang makan terbuka dan ada San serta Ibu tirinya. Jongho menatap keduanya ... oh tidak, ternyata ada Haknyeon yang ikut serta.

"Kenapa kalian berdua berdiri seperti itu?" tanya perempuan yang menjadi topik pembicaraan Jongho dan Kepala Pelayan Kang. "Jongho kembali duduk. Kepala Pelayan Kang, aku harap Kepala Koki menyiapkan sarapan berjumlah seperti biasanya karena hari ini ada tamu."

Jongho bisa melihat Haknyeon yang tampak panik, seperti tidak menduga harus ikut sarapan bersama mereka. namun, Jongho memutuskan untuk diam dan mengamati Ibunya yang berjalan ke kursi yang diduduki seperti biasanya. Setelah memastikan jika Ibu tirinya benar-benar duduk di tempat biasanya, Jongho mengikuti untuk duduk di tempatnya.

San menarik Haknyeon untuk mengikuti langkahnya dan duduk di sebelahnya. Pada posisinya ini, Jongho bisa melihat Haknyeon yang tampak salah tingkah dan San yang seolah tidak peduli dengan tatapan Ibunya karena membawa lelaki asing ke rumah. Jika ini hari biasanya, mungkin Jongho akan memberikan belas kasihan dengan mencoba mengajaknya mengobrol—meski itu berarti akan membuat Ibu tirinya tidak senang karena berbicara saat makan bersama—akan tetapi, tidak untuk saat ini.

Jongho bahkan tidak yakin sebenarnya akan mampu menelan makanannya saat ini. Dia tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan orang lain, saat ada hal yang lebih penting untuk dipikirkan oleh Jongho saat ini.

Seperti perusahaan keluarganya dan Yunho misalnya.

"Jongho...," panggilan itu membuat Jongho yang hendak meminum teh hangatnya, tidak jadi meminumnya dan meletakkan gelasnya. Kemudian menoleh dan melihat Ibu tirinya yang tengah menatapnya dengan tatapan kosong, kemudian mendengar perempuan itu berkata, "aku harap kamu tidak melakukan hal bodoh."

The Fifth Season | 2HOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang