Hukuman

1.2K 114 13
                                    

Sebelum baca author mau minta sesuatu dari kalian boleh? 👉🏻👈🏻

Gak susah kok.
Cuma mau minta vote dan ramein aja 🙂

Dan ya, bagi yang belum follow akun aku, follow dulu yuk

Langsung cek profil aku aja

Siapa tau dengan bertambahnya followers, bertambah juga semangat aku ngelanjutin hidup Ivi ^.^

_Makasih_

🌻🌻🌻

"Karena saya suka sama ustadz. Ustadz mau nggak jadi pacar saya?"

Kayla cekikikan menertawakan Ivi. Namun setelahnya kembali meringis saat luka diwajahnya terasa nyeri.

Ustadz Azka enggan menjawab. Mengambil pulpen dalam laci lalu mencatat nama kedua gadis itu.

"Ceritakan masalahnya."

"Tadi saya ngambil makan siang tadz, terus nih anak nabrak saya. Nasi saya berhamburan, bukannya bantuin dia malah nonjok saya," Kayla lebih dulu bercerita.

Ivi naik pitam. Cerita Kayla sama sekali tak seperti kejadian sebenarnya. Bukankah Kayla yang lebih dulu memulai keributan?

"Heh! Lo nggak usah sok jadi korban, ya! Yang mulai keributan siapa?!"

"Kamu kalo salah ya ngaku aja!"

"Gue nggak salah!"

"Sudah, sudah!" bentak ustadz Azka. Membuat kedua gadis itu diam dan saling membuang muka.

"Kaivi, seharusnya kamu tidak melakukan kekerasan. Ini pesantren, punya aturan yang harus dipatuhi. Dan kekerasan bukan jalan untuk menyelesaikan masalah. Terlebih Kayla kakak kelas kamu,"

Kayla tersenyum sinis menatap Ivi. Merasa unggul satu poin dari Ivi setelah mendapat pembelaan dari ustadz Azka.

"Dan kamu Kayla," Kayla menoleh saat ustadz Azka menyebut namanya. "Kamu sudah lebih lama disini. Seharusnya kamu bisa menjadi contoh santriwati yang baik untuk adik kelas kamu. Bukannya mencari keributan dengan mereka."

"Wlee," Ivi menjulurkan lidahnya mengejek Kayla.

"Sebagai hukuman, kalian tulis seratus ayat dalam Al-Qur'an, kumpulkan besok pada saya. Dan bersihkan semua toilet siswi di sekolah."

Ivi dan Kayla tercengang mendengar hukumannya. Terlalu berat untuk Kayla apalagi Ivi yang tak pernah dihukum sebelumnya.

"Demi Mermaid man dan Barnacle boy, yang bener aja dong, tadz." Ivi mulai protes. "Seratus ayat nggak sedikit. Belum lagi harus ngebersihin toilet hari ini. Kapan saya nulis seratus ayatnya,"

"Kan malam bisa," sahut ustadz Azka cepat.

"Tadz, saya disini korban. Jadi tolong, hukuman saya diringankan," pinta Kayla memelas.

"Tidak bisa. Kamu tetap bersalah karena terlibat perkelahian. Silahkan keluar dan segera selesaikan tugas kalian." titah ustadz Azka dingin.

"Tapi tadz, luka saya masih sakit loh," adu Kayla.

Sedangkan Ivi menarik bangkunya lebih dekat ke meja ustadz Azka. Wajah memelas ia tampilkan untuk memohon pada ustadz Azka.

"Tadz, Ivi cuma punya dua tangan. Satu buat makan satu buat ngangkat piringnya. Kalo tangan Ivi sakit karena kebanyakan nulis terus Ivi nggak bisa makan gimana? Terus Ivi sakit terus mening--"

Mengejar Cinta Ustadz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang