|tandain kalo typo|
🌻🌻🌻
Ivi kalang kabut. Mencoba melarikan diri kala melihat sosok yang —selama dua tahun belakangan tak pernah ia dengar kabarnya– berdiri di tengah kerumunan laki-laki berpeci.
Ditambah saat Ivi tak sengaja menatap laki-laki itu, dia juga menatap Ivi. Dengan tatapan heran.
Ivi berbalik. Hendak pergi kemana saja namun suara seseorang menghentikannya.
"Permisi,"
Ivi berbalik. Menatap sebentar lawan bicaranya, lalu menunduk. "I-iya?"
Laki-laki itu hanya diam, membuat Ivi semakin gugup.
"Kamar mandi di mana?" tanya-nya setelah beberapa saat diam.
"Lu-lurus aja dari sini. Pintu warna coklat, i-itu kamar mandi," Ivi menghela napas berat dalam diam. Bisa-bisanya ia tergagap saat seperti ini. Akan sangat kentara kalau dirinya gugup.
"Baik. Terima kasih." ucapnya. Kemudian berlalu dari hadapan Ivi.
Ivi mengambil napas sebanyak-banyaknya. Demi Allah Ivi susah bernapas saat berhadapan dengan ustadz Azka.
Hari ini adalah hari pernikahan Bagas. Tak heran laki-laki itu berada di rumahnya. Bukan hanya ustadz Azka, banyak tamu lain yang diundang ke pernikahan Bagas dan Syahida hari ini.
Kembali pada Ivi, gadis itu sekarang melangkahkan kaki ke altar pernikahan. Berniat menemui Nirina yang tengah duduk di kursi samping kursi pengantin.
"Ma."
"Iya, sayang?"
"Aku mau ke kamar aja boleh? Tetiba rasanya gak enak badan,"
"Kamu nggak papa?"
"Enggak, nggak papa. Cuman agak pusing aja," Ivi tak bohong, kepalanya benar-benar pusing saat ini. Tadi pagi setelah selesai sholat subuh Ivi mengerjakan tugas kuliahnya hingga pagi tiba. Makanya matanya agak lelah menatap laptop berjam-jam pagi ini.
"Yaudah. Kamu istirahat aja. Jangan main hp," peringat Nirina.
"Siap, bos." Ivi segera beranjak pergi ke kamarnya.
Sambil berjalan Ivi merapalkan beberapa kalimat penenang untuk dirinya sendiri. Ivi rasa dirinya sudah sangat berdosa karena hanya berdiri di depan orang yang pernah ia sukai saja sudah membuat jantungnya olahraga.
Meski tak sengaja Ivi tak ingin bertemu ustadz Azka lagi di sini. Makanya Ivi memutuskan untuk pergi ke kamar.
🌻🌻🌻
"Ngeliatin apa sih, Az?"
"Nggak." Azka memasang helm. Matanya melirik seseorang lewat kaca spion motornya.
"Bener-bener mencurigakan nih orang," seru Zaki. Menaruh curiga saat melihat Azka seperti curi-curi pandang.
Duduk menyamping di atas motornya, Zaki menatap Azka penuh curiga. "Liatin apa, sih? Daritadi mata lo nggak diem,"
"Kalo mata diem berarti lagi tidur," ucap Azka, dengan wajah datar. Menunjuk gadis yang berdiri di depan gerbang fakultas dengan balutan gamis hitam, jilbab panjang sampai paha, serta cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...