Aii 👋🏻
Maaf ya gabisa up cepet kayak yang kalian pengenin.
Aku up karena ada yang komen gabisa tidur nyenyak katanya. Entah karena penasaran sama kelanjutan cerita ini atau apapun, yang pasti aku geer aja kamu yang gabisa tidur nyenyaknya karena nungguin Ivi up lagi ehehew😂
Udah deh, lanjut ke ceritanya aja..
.
.🌻🌻🌻
Kamil menghentikan langkah, tersenyum geli melihat sosok perempuan yang tengah duduk di depan kolam ikan, menggelamkan wajah diantara kedua tangan dan kakinya yang ditekuk.
Laki-laki itu mendekat, berdiri beberapa meter dari gadis itu berada.
Memasukkan tangan ke dalam saku celana, Kamil mendongak menatap langit malam yang bertabur bintang.
"Sudah saya duga kamu nggak balik ke asrama."
"Ngapain ke sini? Nyamperin Ivi?"
"Iya."
Jawaban singkat Gus Kamil membuat Ivi mendongak. Gadis itu menatap laki-laki yang berdiri agak jauh darinya.
"Gus tau kan kalo laki-laki sama perempuan nggak boleh berdua-duaan?"Kamil menoleh. "Iya, tau."
"Terus ngapain nyamperin saya ke sini? Mana malem lagi. Mau fitnah tersebar?!"
"Santai aja dong, Vi. Tujuan saya ke sini tuh buat nyuruh kamu balik ke asrama. Anak gadis nggak baik sendirian di luar rumah malem-malem begini. Sana, balik ke kamar kamu."
"Dih, modus aja. Bilang aja pengen ketemu saya. Kangen kan, lu?"
Ivi bergurau, namun ditanggapi serius oleh Gus Kamil.
"Iya kangen."
Mata Ivi melebar, menatap wajah tampan yang disinari cahaya bulan itu membuatnya pangling. Segera Ivi mengalihkan pandangannya.
Sial! Kamil ganteng banget, njir. Tuhan toloongg. Nggak mau suka sama orang selain ustadz Azka, please. Ivi membatin cemas.
"Kenapa muka kamu kecut gitu."
"Eh?" lamunan Ivi langsung buyar begitu suara Gus Kamil masuk ke telinganya.
"Kesambet entar, saya nggak bisa ngeruqyah."
"Yeu,"
Beberapa detik setelahnya, hanya keheningan malam yang mengisi. Baik Ivi ataupun Kamil sama-sama tak membuka suara.
Kamil memeriksa jam di tangannya. Menunjukkan pukul 21:59, Kamil menoleh pada Ivi.
"Vi, balik ke asrama, gih. Semenit lagi jam sepuluh.""Agus duluan aja. Bentar lagi Ivi balik kok."
"Jangan bandel napa, Vi. Saya ke sini tuh mau ngawasin santri-santriwati yang masih di luar asrama. Kembali ke asrama sebelum saya kasih sanksi kamu."
Ivi berdecak. "Gus, please deh. Cuma malem ini aja Ivi di sini. Ivi mau nenangin diri."
Kamil menghela napas. "Nenangin diri tuh sholat kek, apa kek. Ini malah nongkrong di luar tengah malem begini."
Ivi tak menghiraukan. Melengos tak mau menatap lawan bicaranya.
Lagi-lagi Kamil menghela napas. Laki-laki itu mendudukan dirinya di atas tanah.
"Kamu denger obrolan di ndalem tadi, ya?"Ivi tak menyahut. Pandangannya masih berkeliaran ke sana kemari.
Kamil tersenyum. "Kamu nggak perlu khawatir. Soal lamaran itu, ustadz Azka cuman--"
"Agus, stop."
Interupsi Ivi membuat Kamil menoleh. Mata hitam itu menatap pada perempuan berjilbab hitam di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Fiksi Remaja"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...