🌻🌻🌻
"Nggak apa-apa. Ulangin juga boleh."
"Maaf?" ucap laki-laki itu penuh penekanan.
"Lupain aja." Ivi menjulurkan tangannya dengan senyum yang masih terbit di paras cantiknya. "Kenalin, gue Ivi. Lo siapa?"
"Maaf saya lagi buru-buru. Permisi." Tanpa menghiraukan uluran tangan Ivi, laki-laki itu kemudian melenggang pergi meninggalkan ndalem.
Ivi hanya memandang kepala laki-laki yang memakai kopiah itu yang mulai hilang dibalik pintu.
"Dih sombong bener jadi cowok. Ck, suka gue." gumam Ivi seraya bergeleng kepala dan berkacak pinggang.
"Ayo mbak kita ke asrama putri." ajak mbak Arni yang tengah berjalan menghampiri Ivi.
🌻🌻🌻
Ivi dan mbak Arni sudah sampai didepan sebuah kamar dilantai 3. Kamar itu lebih besar dari kamar Ivi dirumahnya.
"Ini kamar mbak." ucap mbak Arni, kemudian ia membuka pintu dan mengucap salam. "Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussalam."
Ivi mengernyitkan keningnya setelah mendengar jawaban salam dan tiga orang cewek keluar dari kamar itu. Ketiga cewek cantik itu menyunggingkan senyum kepada mbak Arni dan Ivi.
"Siapa nih, mbak?" tanya Ivi seraya melirik tiga cewek didepannya.
"Hai, aku Mairah. Humairah Azzahra." cewek berjilbab biru mengulurkan tangannya.
Ivi diam sebentar, detik berikutnya ia menjabat tangan gadis bernama Mairah itu dengan ogah-ogahan. "Kaivi." jawab Ivi datar.
"Aku Laras." gadis itu juga ikut menjabat tangan Ivi.
"Aku Syahida." satu lagi tangan yang harus Ivi salami.
"Saya permisi dulu." pamit mbak Arni. Namun sebelum ia melangkah, Ivi menahannya.
"Mbak, katanya ini kamar gue, kok ada mereka bertiga?"
"Kamu nggak tidur sendirian di sini, tapi mereka juga. Sekamar maksudnya." jawab mbak Arni.
"What?! Oh Neptunus!" pekik Ivi. "Masa satu kamar yang tidur berempat sih, mbak, gue nggak mau. Gue mau sendiri aja."
"Memang seperti itu, mbak. Satu kamar ditempati empat sampai enam orang. Masih untung kan, mbak cuma sekamar sama tiga orang." ucap mbak Arni dengan nada lembut.
Ivi memalingkan wajahnya dengan tatap mata tak suka. Pantas saja kamar di asrama ini besar-besar.
"Yaudah, kalau begitu saya pamit dulu, ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." jawab Laras, Mairah dan Syahida.
"Ayo masuk." ajak Syahida pada Ivi dengan senyum manis di paras cantiknya.
Ivi menatap tiga cewek yang tengah menatapnya, detik berikutnya ia menarik kopernya dan melenggang masuk kedalam kamar tanpa memedulikan tiga orang dihadapannya.
"Sya, Mai. Aku nggak suka deh, sama tuh anak baru." bisik Laras tanpa terdengar oleh Ivi.
"Kenapa?" tanya Syahida santai.
"Dia sombong banget. Liat aja tadi gimana kelakuannya, cara bicaranya. Nggak suka aku." sungut Laras.
"Ras, dia baru disini. Mungkin kehidupannya jauh beda dengan kehidupan pesantren. Kamu juga ingat kan, gimana aku waktu pertama kali masuk pesantren? Aku juga kayak dia, malahan lebih buruk. Aku ngebentak orang tua aku karena nggak rela dimasukin ke pesantren. Dan seiring berjalannya waktu, aku udah biasa dan malahan aku nyaman tinggal disini. Kita do'ain aja dia, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Novela Juvenil"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...