🌻🌻🌻
Seorang gadis menuruni tangga dan menghampiri orang tua dan kakak laki-lakinya di meja makan.
Ia mendudukkan dirinya disamping Bagas, kakaknya.
"Kenapa ma, pa? Tumben nyuruh ngumpul," tanya Ivi.
Namanya Naya Kaivi, biasa dipanggil Ivi oleh keluarganya.
"Ada yang pengen kita omongin, sayang." sahut Nirina, mamanya.
Ivi hanya diam mendengarkan.
"Sayang, minggu depan mama sama papa mau ke Jerman. Ada masalah diperusahaan papa yang disana. Mungkin kami akan tinggal beberapa bulan disana." jelas Afdal, papanya.
"Terus Ivi gimana?" tanya Ivi yang mengkhawatirkan dirinya.
Kalau orang tuanya pergi dan kakaknya kembali ke pesantren maka ia akan tinggal sendiri dirumah besar itu. Mana Ivi berani, pun tak ada pembantu atau satpam dirumahnya.
"Kamu akan ikut kak Bagas ke pesantren. Sekalian kamu pindah sekolah ke sana," jawab Nirina.
"Demi Neptunus," Ivi lantas berdiri seraya menepuk meja.
Orang tua dan kakaknya hanya hanya menatap, kaget mendengar pekikan Ivi.
"Ivi nggak mau masuk pesantren," tolak Ivi dengan sedikit berteriak. Ivi kembali mendudukkan dirinya seraya melipat tangan di bawah dada.
"Nak, kalau kamu nggak mau pindah ke pesantren, terus kamu gimana? Papa nggak berani ninggalin kamu sendirian di rumah. Kalau ikut papa ke Jerman, gimana sama sekolah kamu?" tanya Afdal.
"Pa, Ivi nggak mau pindah sekolah. Ivi nggak rela ninggalin sekolah Ivi, guru-guru Ivi, temen-temen Ivi, dan kak Ardi--" Ivi langsung mengatup mulutnya saat keceplosan menyebut nama laki-laki asing.
Ardi, kakak kelas Ivi yang ia kagumi sejak pertama kali Ivi melihatnya. Ia mulai mengagumi Ardi saat cowok itu menjadi pemimpin upacara saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk siswa baru di sekolahnya. Ivi merasa kepincut dengan ketampanan Ardi, dan sampai sekarang ia masih menyukai kakak kelasnya itu.
Pletekk
Satu jitakan berhasil mendarat di kening Ivi. Siapa lagi pelakunya kalau bukan kakaknya.
"Aww. Apa sih kak, main jitak-jitak aja." ringis Ivi seraya mengelus-elus dahinya.
"Kecil-kecil udah bisa pacaran ya kamu?!" tuding Bagas sambil menatap tajam adiknya.
"Oh Neptunus, siapa yang pacaran sih? Orang kak Ardi itu kakak kelas aku kok," bantah Ivi.
"Masa? Tapi tadi bilangnya nggak rela ninggalin kak Ardi. Terus itu apa maksudnya?" tanya Bagas menantang.
"Ishh, ma," Ivi merengek pada mamanya meminta perlindungan. Ia tau ia akan kalah bila berdebat dengan kakaknya.
"Ivi, kamu pacaran ya?" tanya Nirina lembut.
"Nggak ma, aku cuma suka aja sama kak Ardi. Udah aku tembak dianya malah nolak" jawab Ivi dengan polosnya.
"Ya Allah nak, kamu tau kan kalau pacaran itu dilarang dalam agama kita?!"
"Gimana kalau kita lamar aja si Ardi itu untuk Ivi? Toh dia juga nggak mau kan masuk pesantren. Biar kalau kita pergi kemana pun, kita nggak akan khawatir sama Ivi karena dia udah ada yang jagain." usul Afdal dengan enteng.
Semua kaget mendengar ucapan asal Afdal, satu mata pun tak luput menatap lelaki paruh baya itu.
"Apaan sih, pa. Ivi nggak mau menikah sekarang meskipun Ivi suka sama kak Ardi. Ivi cuma suka, nggak cinta." ucap Ivi penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...