Tantangan

1.3K 108 19
                                    

🌻🌻🌻

Setelah beberapa menit ustadz Azka keluar dari kelas, kelas kembali ribut. Ribut karena kepergian ustadz Azka yang mendatangkan berkah bagi mereka dan kedatangan santri baru dikelas X IPA2.

Ivi sudah berkenalan dengan semua santriwati sekelasnya. Bahkan gadis itu selalu memasang senyumnya. Suasana hatinya berubah menjadi baik setelah bertemu ustadz Azka.

Seorang cowok berambut hitam berkilau dan hidung yang mancung berjalan menuju meja Ivi dan Syahida. Cowok itu menebar senyum terbaiknya, dengan lesung pipi yang semakin menambah manis wajahnya.

"Hai." sapa cowok itu ketika sudah berdiri disamping meja Ivi.

Ivi mendongak, menatapnya dengan wajah datar.

"Kamu ngapain kesini, Bim. Sana-sana, ini area santriwati." usir Syahida. Gadis yang satu itu memang tak suka dekat-dekat dengan cowok. Apalagi cowok yang satu ini.

"Apa sih, Syah, aku cuma mau kenalan aja sama temen baru kita. Jangan cemburu dong, tenang aja kamu, kamu tetep nomer satu dihati babang Bima." ucap cowok bernama Bima itu seraya menepuk dadanya.

"Siapa yang cemburu, sih?! Yeu," Syahida memutar bola matanya dengan jengah.

"Hai. Kaivi kan? Kenalin, aku Abimanyu. Panggil aja Abi, dan kamu jadi Umi-nya, ya." Bima memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya pada Ivi.

"Dasar playboy cap kaki tiga, baru aja godain Syahida, udah godain cewek lain aja," celetuk Laras yang duduk dibelakang Ivi dan Syahida.

"Laras! Kamu diem aja deh, jangan bikin aku tambah cinta sama kamu,"

"Dih," Laras bergidik ngeri.

Sementara Bima kembali mengulurkan tangannya pada Ivi. "Kenalan, Vi."

"Nggak boleh salaman. Bukan mahrom." peringat Syahida.

Bima terkekeh, ia menangkup kedua tangan didepan dada.

"Kaivi." ucap Ivi melirik sekilas cowok itu.

"Kamu da--"

"Assalamualaikum,"

Mendengar suara berat yang beriringan dengan pintu yang terbuka sontak Bima yang terkejut langsung lari terbirit-birit kembali ke mejanya. Ia takut jika yang masuk adalah ustadz Azka. Bisa berabe urusannya.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh." jawab semua santri.

Seorang laki-laki masuk ke dalam kelas kemudian duduk di meja guru. Ia memberikan senyuman hangatnya kepada santri-santriwati dikelas itu.

"Saya ingin membagikan jadwal pelajaran untuk kalian. Mulai besok, Insya Allah kita sudah mulai aktif belajar, ya?"

"Iya, Gus."

"Kok panggilnya Gus bukannya ustadz?" bisik Ivi pada Syahida.

"Itu Gus Kamil, Vi, anak Umi sama Pak Kiayi. Makanya panggilannya Gus,"

Ivi mangut-mangut sambil ber-ah ria. "Beliau jadi guru juga disini?"

"Iya, ngajarin Fiqih."

"Fiqih apaan dah?"

Mengejar Cinta Ustadz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang