Alhamdulillah akhirnya bisa update 😌
Ada yang masih nyimpen cerita ini gak sih? ^⌒^
Kalo lupa alurnya baca ulang aja part sebelumnya.
🌻Happy Reading🌻
"Lo nuduh gue nyuri uang lo?" tatapan Ivi berubah tajam dan dingin.
"Enggak, maksudnya," Syahida segera angkat suara sebelum terjadi kesalahpahaman diantara teman-temannya. "Uang Mairah nggak ada di dalam tasnya. Mungkin tercecer atau apa nggak tau juga. Kali aja kamu ada liat, gitu,"
"Nggak ada."
"Yaudah kalo gitu. Kita, mau ke sekolah lagi. Ayo, Ras, Mai." Syahida segera menggandeng Laras dan Mairah. Membawa mereka keluar dari kamar. Tak lupa menutup pintu sebelum pergi.
Ivi melepas jilbab, mengurut kepalanya yang terasa cenat-cenut. Kepalanya berputar ke samping. Melirik kotak makan berwarna biru di atas meja. Ucapan menohok Gus Kamil kembali terngiang di telinganya.
'Memangnya ustadz Azka cinta gitu sama kamu?
Pastikan, ustadz Azka suka nggak sama kamu. Atau jangan-jangan, cinta kamu yang bertepuk sebelah tangan.'"Shi-- astagfirullah," Ivi mengelus dada. "Hampir aja mengumpat."
🌻🌻🌻
3 hari kemudian.
"Eh, anjir! Kok yang masuk ustadz Azka?" Ivi heboh sendiri saat ustadz Azka memasuki kelas mereka.
"Emang kamu nggak liat jadwal? Fisika kan yang ngajar ustadz Azka."
"Mampus!" Ivi menatap Syahida, "gue goblok pelajaran fisika. Gimana mau pencitraan coba sama calon suami? Oh, Neptunus,"
Syahida tertawa kecil. "Nggak usah pencitraan. Cinta tumbuh dari hati, bukan pencitraan,"
"Iya, sih. Tapi tetep aja, gue yakin ustadz Azka nggak mau punya istri yang payah kayak gue. Fisika aja nggak bisa, gimana mau ngajarin anak-anak kami di masa depan,"
Mata Syahida menyipit kesal. "Ivi pikiran kamu kejauhan, ih. Masih kelas sepuluh juga,"
Ivi terkekeh, "Gue cuma ngebayangin masa depan aja. Cerah kan? Sampe gue silau,"
"Apanya yang silau?"
Ivi tersentak mendengar suara dingin nan berat. Kepalanya menoleh ke pemilik suara.
Ustadz Azka berdiri di samping mejanya dengan muka datar.
"Ah, itu, muka ustadz cerah banget sampe Ivi silau," Ivi menyipitkan mata seperti orang kesilauan. "Pake skincare apa, tadz?"
"Skincare kapur tulis. Maju ke depan kamu!"
Siswa-siswi dalam kelas cekikikan tertawa. Dibalas tatapan tajam ustadz Azka, semuanya langsung diam.
Ustadz Azka berbalik, melangkah menuju mejanya namun terhenti saat Ivi bersuara.
"Nggak mau, tadz. Ngapain ke depan situ?"
Ustadz Azka berbalik lagi, menatap tajam Ivi.
"Iya iya," Ivi berdiri dengan wajah kesal. Mengikuti ustadz Azka sampai ke depan papan tulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Novela Juvenil"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...