Ini nih gaes, tersangka utama yang bikin Ivi meleyot kejang-kejang setiap ketemu.
Zain Muhammad Azka
"Jangan disentuh. Punya gue!" -Ivi-
🌻🌻🌻
Sepanjang jalan menuju asrama Ivi tak henti-hentinya tersenyum. Hari ini, pertama kali selama ia mengenal ustadz Azka, ia melihat laki-laki itu tersenyum tulus padanya
"Aagh!"
"Bisa gila gue keinget senyum ustadz Azka mulu."
Ivi sampai di kamarnya. Hendak melangkah masuk namun keributan di dalam membuatnya menghentikan langkah. Ivi berdiri di ambang pintu. Menyaksikan perdebatan Syahida melawan Laras dan Mairah.
"Emang begitu kan kenyataannya?"
"Kamu ngedeketin Ivi cuma buat manfaatin dia doang. Iya kan?" timpal Mairah.
"Kalian ngomong apa sih? Demi Allah aku nggak ngerti." suara Syahida terdengar bergetar seperti menahan tangis.
"Halah. Kamu tau Bagas kakaknya Ivi. Makanya kamu deketin adeknya biar dapetin kakaknya." ucap Laras tajam.
"Cukup, Laras! Kita udah temenan sejak kecil. Aku pikir kamu tau aku kayak gimana?" setetes air mata lolos, mengguyur pipi Syahida.
"Ya. Karena kita udah temenan lama jadi aku tau sifat kamu. Dan kamu emang gitu orangnya, suka manfaatin orang buat kepentingan kamu sendiri."
"Ras,"
"Udah deh, Sya. Nggak usah munafik kamu."
Mairah yang sebelumnya menatap Syahida, tak sengaja matanya menangkap sosok Ivi. Kembali mengalihkan pandangan pada Syahida dengan tatapan sulit diartikan.
"Semenjak Ivi sekamar dan sekelas sama kita, kamu jadi berubah. Kamu juga lebih banyak main sama Ivi dari pada kita." ucap Laras.
"Ya iyalah. Secara Ivi levih cantik, lebih kaya. Makanya orang kayak dia suka temenan sama Ivi. Ditambah kakak Ivi doi-nya Syahida, makin seneng aja dia deketin Ivi," Mairah berucap sinis.
"Astagfirullah." Syahida menunduk. Tak kuasa menahan air mata yang semakin lancang turun membasahi pipinya.
Brakk
Pintu dibanting keras hingga tertutup rapat. Ketiga makhluk di dalamnya menoleh bersamaan.Ivi dengan wajah datar nan dingin menghampiri mereka.
"Udah selesai?"
"Apa? Mau belain dia kamu?" nada bicara Laras terdengar menantang.
"Nggak."
"Terus?" Laras mengangkat sebelah alis.
"Gue mau tidur. Kalian jangan ganggu." Ivi beranjak menuju kasurnya. Membaringkan tubuh di kasur seraya berucap, "kalo mau ribut lagi keluar aja, ya? Jangan ganggu gue kalo masih mau tangan kalian baik-baik aja." kemudian Ivi menarik selimut dan mulai memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Fiksi Remaja"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...