Pas mandi kepikiran Ivi.
Dan lahirlah part ini.
Maklumin dan sorry kalo gajelas
👌🏻
.
.
.✨Happy Reading✨
🌻🌻🌻
Bosan.
Mungkin itu yang bisa menggambarkan perasaan Ivi saat ini.Bosan membaca buku, Ivi rebahan. Bosan rebahan Ivi baca buku lagi. Begitu seterusnya sampai jam menunjukan pukul 11:12 siang. Coba kalau ada handphone, seharian di kamar pun tak masalah.
Matanya mengedar ke seluruh ruangan. Mencermati setiap sudut kamar yang saat ini menjadi rumahnya. Hingga pandangannya mengunci pada satu titik. Sekeranjang pakaian kotor.
Ivi teringat kata-kata mutiara Syahida sebelum ke sekolah : "Kalo kamu nggak ada kerjaan, mending kamu cuci pakaian kamu. Udah numpuk tuh. Daripada gabut mending bersih-bersih, iya kan?"
Sangat menohok bahkan menampar muka Ivi. Saat kemalasan sudah merasuk ke dalam relung jiwa, ia terpaksa bangkit lalu menggendong sekeranjang pakaian kotornya.
Keluar dari kamar Ivi berjalan malas menuju kamar mandi.
Kotor. Itulah kesan pertama yang Ivi simpulkan saat melihat bilik itu. Kulit sabun berserakan, busa sabun bekas mencuci yang sudah kering dimana-mana, bahkan lantainya pun kotor."Pasti ulah Kayla ini," gumam Ivi, curiga pada orang yang belum tentu melakukannya.
Ivi bukan tipe cewek idaman yang rajin bersih-bersih, jadi mencuci di tempat seperti itu pun tak masalah baginya. Asalkan masih ada ruang untuk duduk.
"Ah, Neptunus. Gue punya sabun cuci nggak sih?" Ivi bermonolog. Matanya mulai mencari sesuatu di kamar kecil itu. Hingga menemukan beberapa bungkus pewangi pakaian, Ivi tersenyum miring lalu mengambil benda itu.
"Rejeki calon istri ustadz Azka. Punya siapa nih?" Ivi menoleh ke gayung tempatnya mengambil pewangi itu. Tertera tulisan 'punya Wati' di tangkai gayung itu.
"Wati, gue ngutang sabun lo, ya. Nanti gue bayar, Insya Allah kalo inget, hehe."
***
Beres dengan cucian Ivi kembali ke kamarnya. Mengambil beberapa lembar uang pecahan sepuluh ribuan, Ivi berniat membeli makan di kantin.
Walau ragu namun Ivi tetap melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah.
Sampai di depan ndalem Ivi menghentikan langkahnya. Kepalanya celingukan mengecek kondisi dan situasi. Takut-takut kalau ada seseorang yang melihatnya berkeliaran, lalu melaporkannya ke kepala sekolah. Ivi tak mau masa sekorsnya ditambah. Yang ada makin lama ia tak bertemu dengan ustadz Azka.
Merasa situasi sudah amang terkendali, Ivi melanjutkan langkahnya dengan hati-hati.
Namun baru beberapa langkah berjalan, seseorang mencengkeram dan menarik tangan Ivi, hingga Ivi refleks menutup mata rapat-rapat.
'Anjir gue tercyduk.'
"Ampun. Ivi nggak kemana-mana kok, cuma mau--"
"Sstt! Ini kakak,"
Ivi langsung membuka mata saat suara Bagas yang didengarnya. Benar saja, Bagas sekarang ada di depannya. Ivi menghela napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...