Hari Pertama Sekolah

1.4K 112 10
                                    

🌻🌻🌻

Setelah pulang dari ndalem, Ivi langsung dicecari pertanyaan dari teman sekamarnya. Mereka merasa khawatir pada Ivi karena kemarin malam Ivi menghilang dari kamar.

"Ivi, kamu dari mana aja?" tanya Syahida seraya berjalan menghampiri Ivi diambang pintu. Laras dan Mairah pun mengikuti.

"Kenapa kamu nggak ada dikamar tadi malem?" tanya Mairah yang juga khawatir.

"Iya, Vi, kita khawatir sama kamu. Kamu baik-baik aja kan?" tanya Syahida.

"Gue baik, nggak usah banyak tanya." jawab Ivi ketus. Ia masuk ke dalam kamar diikuti teman-temannya.

"Hari ini udah sekolah kan?" tanya Ivi yang diangguki Syahida. "Gue mau mandi, dimana?"

"Sebelah sana." sahut Syahida.

🌻🌻🌻

Empat gadis cantik itu sedang berjalan menuju kelas. Kemarin Ivi sudah diberitahukan kepala sekolah dimana kelasnya. Kebetulan ia dan teman sekamarnya satu kelas.

"Gue laper deh. Ke kantin dulu yuk, Saiba,"

Syahida, Laras dan Mairah saling berpandangan. Ivi bicara dengan siapa?

"Saiba siapa Vi?" tanya Syahida.

"Bukannya nama lo Saiba, ya?"

Syahida terkekeh. "Nama aku Syahida bukan Saiba."

"Oh, salah ya? Sorry, lupa." ucap Ivi tak acuh.

"Yaudah, mumpung masih ada waktu lima belas menit, ayo ke kantin sebentar." ajak Syahida.

"Kalian bertiga aja ke kantin. Aku mau langsung masuk kelas," ucap Laras.

"Aku juga nggak ikut. Mau ke kelas aja," kata Mairah.

"Yaudah. Kalian duluan aja," ucap Syahida lembut. Diantara mereka berempat memang Syahida lah yang bicaranya paling lembut, pembawaannya selalu santai dan yang paling dewasa pikirannya.

***

Ivi dan Syahida sudah sampai dikantin. Mereka mengambil tempat duduk disamping jendela.

"Mau pesen apa, Vi?"

"Ayam geprek ada nggak?"

"Emm," Syahida menoleh ke arah warung yang tampak masih sepi. "Belum buka deh kayaknya,"

"Yah, gue laper banget padahal." sungut Ivi, ia benar-benar lapar setelah pulang dari ndalem. Sebenarnya ia diajak Umi makan, tapi karena Ivi malu dan merasa tidak enak, ia memilih langsung pulang ke asrama saja.

"Batagor ada sih. Mau nggak?"

"Boleh. Pesenin ya, gue nggak tau yang mana penjualnya. Nggak kenal,"

Syahida tersenyum seraya bangkit dari duduknya. "Yaudah, tunggu disini ya,"

Ivi mengangguk, setelahnya Syahida berjalan meninggalkannya. Gadis itu mengambil buku diarinya dari dalam tas. Biasanya ia memainkan ponsel sembari menunggu temannya memesankan makanan untuknya. Namun dipesantren tidak diperbolehkan menggunakan ponsel, jadi Ivi hanya membawa buku diarinya saja.

Mengejar Cinta Ustadz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang