🌻🌻🌻
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam," suara di seberang sana menyahut.
"Mama Ivi kangen," Ivi merengek. Matanya berkaca-kaca mendengar suara Mamanya. Bagas mengelus bahu Ivi menguatkan.
"Mama juga kangen sama kamu, sayang. Kamu apa kabar?"
"Ivi baik, alhamdulillah. Mama sama Papa sehat?"
"Alhamdulillah, kita sehat." itu Afdal yang menyahut.
"Papa..." air mata Ivi meluncur membasahi pipi. Tak bisa lagi menahan air matanya agar tidak keluar. "Ivi kangen. Pengen video call,"
"Telepon rumah mana bisa video call, Vi. Ada-ada aja kamu," sahut Bagas.
Ivi makin cemberut. "Kalian kapan pulang? Jahat banget nggak pernah jengukin Ivi,"
"Minggu depan Insya Allah Papa sama Mama pulang."
"Beneran?"
"Iya,"
"Yaudah. Janji ya?"
"Iya. Gimana di pesantren? Betah kan, Vi?"
"Betah, tapi nggak betah."
"Lah? Gimana ceritanya?" Afdal terkekeh.
"Ya gitu, Pa. Ivi betah, tapi nggak betah. Ivi juga bingung."
"Yaudah nggak papa, cuma dua tahun lagi aja kamu lulus,"
"Dua tahun lama banget, Bapak."
Afdal dan Nirina tertawa. "Canda. Oh iya, Kak Bagas mana? Papa mau ngomong dong,"
"Bentar." Ivi menyerahkan telepon pada Bagas. "Papa mau ngomong sama kakak."
Bagas menerima. Ivi duduk di sofa selagi Bagas berkomunikasi dengan orang tua mereka.
Mata Ivi mengedar ke seluruh ruangan. Ruangan apa itu Ivi tak tau. Yang pasti tempat itu bersih dan rapi.
Ada banyak foto di sana. Mungkin itu foto dari alumni pesantren ini.
Mata Ivi memicing saat melihat foto laki-laki yang nampak familiar. Ivi tertawa menyadari siapa yang ada di foto itu. Ivi mendekat dan mengambil foto itu.
"Astaga ustadz Azka. Lucu banget sih waktu masih sekolah. Ganteng," Ivi terkekeh sendiri.
"Ayo, Vi."
Ivi menoleh. "Udah selesai?"
"Iya. Yuk, balik ke kelas."
"Ah, iya." Ivi menaruh kembali foto itu. Mengikuti Bagas keluar dari ruangan.
"Oh iya, kak,"
Bagas menghentikan langkahnya saat Ivi berhenti. "Kenapa?"
"Minggu depan Papa pulang. Apa aku balik ke sekolah aku yang dulu aja, ya?"
"Kenapa? Kamu nggak betah di sini?"
"Ya gimana, ya?" Ivi menggaruk pelipis.
"Di sini aja udah. Kakak seneng ada kamu di sini. Jadi kita nggak ldr lagi. Ya nggak?" goda Bagas, menyenggol lengan Ivi.
Ivi tersenyum. "Bisa aja si Bambang."
🌻🌻🌻
Ivi kembali ke kelas, bermaksud mengambil uang untuk makan di kantin mumpung bel belum berbunyi. Namun belum juga melangkah masuk seseorang memanggilnya dari arah berlawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...