🌹Selamat Subuh🌹
.
.
.Kalau kalian melihat dan mengira ustadz Azka itu orang yang dingin dan cuek, kalian salah besar!
Nyatanya, ustadz Azka tuh DINGIN, CUEK, NGGAK PEKAAN, NGGAK PENGERTIAN, KURANG PERHATIAAN, NYEBELIN, NGGAK ROMANTIS! Pokoknya, human itu Masya Allah banget.
Idamanku kan seorang suami yang perhatian, pengertian, romantis, dan hangat.
Tapi ustadz Azka?
Aku akui dia ganteng, sholeh, baik. Tapi kaku banget. Muji aku cantik aja gak pernah :')
Aku kan--
"Vi!"
Baru diomongin orangnya udah manggil aku. Yaudah, gibahin ustadz Azka-nya nanti lagi saja.
Aku segera naik ke lantai dua. Melangkahkan kaki menuju kamar.
Dapat kulihat dari pintu yang terbuka ustadz Azka tengah berdiri di depan lemari pakaian.
Aku masuk ke dalam kamar. "Kenapa, tadz?"
"Liat hoodie saya yang warna abu, nggak?"
"Oh. Ada dalam lemari," aku langsung bergerak menuju lemari. Mengambil barang yang ustadz maksud. Biasanya kugantung, tapi waktu itu setelah kuangkat dari jemuran, langsung kulipat dan kusimpan dalam lemari. Makanya ustadz nanya. Biasanya sih dia ngambil sendiri kalau tau letaknya dimana.
Kuserahkan hoodie padanya. Kutatap ustadz Azka yang pagi-pagi sudah rapi, padahal ini hari libur. "Ustadz mau kemana?"
"Belanja bulanan. Udah mau abis kan?"
Aku mengangguk. "Sendiri?"
"Ya sama kamu. Saya mana tau apa aja yang harus dibeli."
Yeu, dia kira aku tau apa?!
Biasanya juga kalau belanja aku suka ngechat Mama, nanya-nanya apa saja yang dibeli untuk keperluan dapur dan yang lainnya. Untung Mama gak banyak omong, langsung saja ngasih tau apa yang harus dibeli.
"Cepat siap-siap," ustadz Azka mendorongku dari hadapannya. Pelan dan terkesan tak ada hasilnya sih, sebab aku tak tergerak sama sekali. Tapi tetap saja dia mendorongku. Huh!
Aku berjalan menuju lemari. Mencari jilbab dan cadar. Juga kaus kaki baru yang kemarin ustadz belikan untukku.
"Ivi ganti baju nggak, nih?"
"Terserah." katanya lembut namun pelan.
Aku mendekat. Ustadz Azka menatap. "Kenapa?"
"Ivi bau nggak? Kalo bau Ivi ganti baju,"
"Gak." katanya.
Fix, aku tinggal pake jilbab dan cadar. Toh aku juga udah mandi sebelum sholat subuh.
***
"Tadz mau ini, ya?"
"Hm."
"Yang ini juga?"
"Ya."
"Mau ini juga,"
"Ambil aja gak usah nanya,"
"Oke."
Yess. Udah dikasih izin, aku mengambil semua yang ingin kumakan. Entah mengapa, melihat camilan berjejer membuatku ngiler. Pengen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...