Jam berapa kalian dapet notif ini?
Baca cerita ini?🌻🌻🌻
"Kakak suka ya sama aku?"
"Hah?"
Aktivitas Bagas langsung terhenti. Ia mendongak untuk menatap langsung wajah Ivi.
"Kakak sayang Ivi karena Ivi adiknya kakak kan? Bukan karena yang lain?"
"Maksud kamu apa?"
"Ivi pernah baca cerita, tentang kakak cowok yang suka sama adek ceweknya." Ivi sedikit bergeser agar lebih dekat dengan Bagas. "Tapi kakak nggak gitu kan? Kakak nggak suka sama Ivi kan?"
Pletek
Satu jitakan mendarat di dahi Ivi. Membuat Ivi meringis dan mengelus kasar dahinya."Sembarangan kamu kalo ngomong, ya! Kamu pikir kakak perhatian kayak gini karena kakak suka sama kamu?! Kakak sayang sama kamu karena kamu adek kakak!"
"Tapi di cerita itu--"
"Cerita mulu yang bahas. Ini real life, jangan disamakan sama ke-halu-an kamu."
Ivi berdecak setelah mendengus.
"Liat aja nanti, kalo kita pulang ke rumah kakak pastikan cerita kayak gitu nggak akan bisa kamu baca lagi!"
"Masih banyak cerita yang lain,"
"Kakak buang hp kamu!"
"Ah, shit--"
Pletek
Kedua kalinya Ivi mendapat jitakan dari Bagas. Kali ini mendarat di bibirnya."Aww. Sakit tau kak!"
"Siapa yang ngajarin kamu mengumpat kayak gitu?! Pasti cerita yang kamu baca kan?"
"Enggak ih, apaan sih."
Bagas dan Ivi saling menatap tajam. Pada akhirnya Bagas memejamkan mata selagi menghela napas untuk menenangkan diri.
"Vi. Apa yang kita lakukan semuanya akan dipertanggung-jawabkan di akhirat kelak. Kamu baca yang enggak-enggak itu bisa bikin kamu berdosa, tanpa kamu sadari."
"Kamu mengumpat kayak tadi memangnya ada faedahnya? Itu cuma bikin kamu terlihat seperti perempuan nggak berakhlak. Kayak nggak pernah diajarin berkata baik aja."
"Kamu sekolah di pesantren, Mama sama Papa nggak pernah ngajarin mengumpat juga kan?"
Ivi menunduk. Jika Bagas sudah menghela napas setelah marah artinya ia sudah kecewa.
"Kakak sedih denger kamu bilang kayak gitu. Kakak kira kamu nggak bisa mengumpat, taunya kakak sendiri kamu katain."
"Enggak, kak. Maaf, Ivi khilaf." Ivi memeluk lengan Bagas yang kini berpaling muka.
"Kak, maafin Ivi. Janji deh nggak bakalan mengumpat lagi. Tadi cuma khilaf, kelepasan."
Bagas menarik tangannya dari pelukan Ivi. "Terserah kamu."
"Kak,"
"Assalamualaikum,"
Seseorang yang datang mengalihkan atensi Ivi dan Bagas. Mereka menoleh ke arah pintu. Mendapati Syahida tengah berjalan memasuki ruang UKS.
"Waalaikumussalam," jawab Bagas. Ia bergeser ketika Syahida mendekat ke brankar.
"Vi, gimana kaki kamu? Udah baikan?"
"Hm," sahut Ivi malas.
"Aku--"
"Lo ngapain ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ustadz ✔
Ficção Adolescente"Ustadz, mau nggak jadi pacar saya?" ~Ivi. "Dalam islam tidak boleh berpacaran, kecuali setelah menikah," ~Ustadz Azka. "Kalo gitu nikahin saya," ***** Naya Kaivi, gadis polos yang mencintai seorang ustadz bernama Azka. Ia melakukan segala cara agar...