Patah Hati

1.4K 143 54
                                    

Hari ini panas bangeet kayak hati Ivi. Hehe

✨ Happy reading ✨

🌻🌻🌻

"Mau ke mana, Vi?" tanya Bagas kala bertemu Ivi di koridor.

"Ke ruang BK."

"Ngapain? Kamu bikin salah lagi?"

"Oh, enggak. Cuma salah paham aja kayak kemarin-kemarin." jawab Ivi agak malas.

Bagas menghela napas. Laki-laki itu melangkah sedikit lebih dekat dengan Ivi. "Kakak minta maaf, ya, udah sempet nggak percaya sama kamu."

"Nggak percaya apa?"

"Pengakuan Mairah udah kesebar ke seluruh pesantren. Dan kakak ngerasa bersalah banget udah nggak percaya sama kamu waktu itu. Kakak minta maaf."

"Hm." gumam Ivi.

"Maaf." ulang Bagas. Kalau respon Ivi begitu, berarti Ivi belum benar-benar memaafkannya.

"Udah, ya? Aku udah ditungguin sama calon imam." ucap Ivi kemudian berlalu meninggalkan Bagas.

"Jangan marah lagi sama kakak, ya, Vi?"

"Insya Allah."

🌻🌻🌻

"Kamu tau kan peraturan sekolah nggak boleh bawa handphone?"

Ivi mengangguk.

"Asrama juga tidak memperbolehkan membawa handphone, kan?"

Lagi-lagi Ivi mengangguk.

"Terus kenapa masih ngeyel?"

Ivi menunduk. Wajahnya cemberut. "Maaf."

"Seneng kamu minta maaf, tapi seneng juga bikin kesalahan." omel ustadz Azka.

"Seneng banget kayaknya masuk BK." ustadz Azka menggerutu pelan.

"Iya, tadz." sahut Ivi antusias.

Membuat ustadz Azka yang tengah menulis namanya di buku catatan mendongak menatap Ivi.

"Soalnya kalo nggak masuk BK, Ivi kan jarang ketemu sama ustadz. Jadi, ya, seneng aja gitu berurusan sama ustadz." ucap Ivi diakhiri kekehan kecil.

Ustadz Azka menggeleng. Menutup buku catatannya lalu mengambil handphone Ivi.

"Sekarang kamu pilih. Ini handphone mau dihancurkan, atau saya sita sampai kamu lulus?"

Tentu saja Ivi kaget sampai bola matanya membulat sempurna. "Demi Neptunus. Itu, itu pilihan yang nggak bisa Ivi pilih. Gila aja sih, tadz. Itu handphone baru. Belum juga Ivi pake, ya kali mau dihancurin."

"Yaudah, berarti pilihan kamu adalah ini handphone saya sita."

"Ya nggak bisa gitu dong, tadz. Ivi kan cuma nyimpen, lagian di kelas Ivi belajar bukannya main handphone."

"Tetap saja membawa handphone ke sekolah itu melanggar peraturan. Dan kamu melakukannya."

"Tapi..."

Mengejar Cinta Ustadz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang