"Sekali tidak tetap tidak, Yamanaka Ino," desis Sai muak dengan rengekan Ino yang memintanya agar memperbolehkannya keluar. Sai tidak akan terbawa dengan puji rayu Ino, ia tetap pada pendiriannya.
"Aku sudah sehat, Shimura Sai!" gemas Ino ingin mencabik-cabik wajah pucat Sai bak vampir tersebut. "Aku bisa mati konyol di sini." Ino mengerucutkan bibirnya merajuk.
Tringg.. tring..
Sai melirik telepon seluler di meja, kemudian ia mengangkatnya. "Ya, ada apa?"
Di balik telepon, Naruto dengan mata penuh emosi menggenggam telepon dengan erat, ia mulai memberitahukan semua pada Sai.
Tutt.. tutt..
"Aku harus pergi." Sai beranjak, tak lupa menarik pergelangan tangan kiri Ino agar gadis itu mengikutinya hingga memasuki kamar.
"Sai, ada apa?" tanya Ino dengan raut kebingungan.
Sai mendudukkan dirinya di samping Ino. Ia tangkup wajah Ino dengan kedua tangannya. Wajahnya tak lagi datar, melainkan ada ekspresi khawatir di sana.
"Ino, kau jangan kemana-mana. Tetap di sini," pesannya.
"Sebenarnya ada apa, Sai?"
"Berjanji kepadaku jangan cemas?"
Ino mengangguk ragu. "Iya, aku berjanji."
"Hinata hilang."
-o0o-
Naruto memukul kepalanya ke dinding beberapa kali, tak peduli kepalanya bocor atau apapun. Kenapa bisa Hinata hilang?
"Hentikan itu, Dobe." Sasuke memandang Naruto datar, lantas ia pun menarik tubuh mungil Sakura ke dalam dekapannya. Hinata sudah hilang, semuanya yakin dalang di balik semua ini adalah Toneri.
Dan sebentar lagi Sakura. Sasuke jadi cemas miliknya akan dimiliki oleh orang lain, apalagi Toneri yang merupakan musuhnya.
"Argh! Bagaimana bisa Hinata-chan hilang!?" Dengan penuh emosi Naruto menjambak rambutnya frustasi.
"Neji dan Sai sedang berusaha mencari, dinginkan kepalamu." Shikamaru tidur di sofa panjang dalam pangkuan Temari. Rambutnya pun kini tengah dielus-elus manja oleh gadis Sabaku tersebut.
Tring.. tring..
"Ah! Gaara menelepon!" pekik Sakura sontak mengangkat telepon tersebut.
"Apa kau baik-baik saja, Gulali?" Terdengar nada suara sepupu merahnya tampak khawatir. Setelah kabar Hinata menghilang, pastinya membuat Gaara makin waspada dan khawatir.
Sakura mengangguk berusaha terlihat seperti biasanya, dirinya tak ingin membuat sepupunya khawatir berlebihan. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
"Saat ini keadaanmu yang penting, Sakura," sahut Gaara tak mengerti kenapa Sakura sebaik itu.
Iris hijaunya melirik ke arah layar ponsel, ia menatapnya dengan polos. "Jika kau tidak baik-baik saja bagaimana kau akan melindungiku?"
"Ada Sasori bahkan Sasuke."
"Sasuke?" beo Sakura sembencinya?"
"Sial!" rutuk Gaara dalam hatinya. Kenapa pula dirinya mengucapkan nama si bedebah itu?
"Lupakan," ucap Gaara kemudian. "Intinya jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai ada yang terluka sedikit pun, paham?"
Sakura mengangguk menurut. "Baiklah, aku mengerti."
Tut.. tutt..
Gaara mengakhiri teleponnya secara sepihak, sangat menyebalkan menyebut nama si bedebah itu. Sedangkan Sakura menatap layar ponselnya dengan bingung, tak pernah sekalipun Gaara memutuskan sambungan secara sepihak.
Apa karena Sasuke?
Di dalam hatinya, Sasuke tertawa keras. Dengan tak sengaja, The Red Psychopath itu menyebut namanya dengan nada tegas. Rasanya dirinya ingin tertawa. "Pasti dia akan kujaga dengan baik-baik."
Di sisi lain, Gaara telah melupakan apa yang ia katakan di telepon tadi. Ia lebih memilih menjaga keamanan Sakura hingga tingkat maksimal. Dirinya tak ingin pula menganggap remeh musuh karena mereka bisa berbuat apapun di luar dugaan, apalagi Otsutsuki.
"Apa pencarianmu berhasil?" Yahiko memutar matanya dan berpusat pada Konan.
Konan mengangguk pelan. "Seperti yang diduga. Hinata diculik oleh Toneri." Wanita itu terdiam sebentar, memandang Gaara, ia tau betul pria itu tengah menahan emosi yang meledak-ledak. "Incarannya pun berganti pada Haruno Sakura."
"Apa kita harus melindungi gadis pinky itu?" tanya Kisame.
Itachi menggeleng tak setuju. "Kita percayakan ini pada mereka. Aku yakin adik ipar akan baik-baik saja." Di akhir kata pun, Itachi tersenyum jahil pada Gaara.
"Apa maksudmu dengan adik ipar, Brengsek?" Gaara berdesis tak suka, ia tak ingat pernah merestui Sakura menjadi bagian dari Uchiha.
"Ada Sasori bahkan Sasuke, katamu," goda Itachi menyenggol lengan Gaara.
"Enyalah kau, Brengsek!"
Itachi tertawa pulas dan kembali duduk. "Biarkan Sakura-chan bersama Sasu-chan, itu akan lebih baik. Sakura-chan akan baik-baik saja. Bukankah begitu, Gaara-chan?" Itachi tersenyum lebar menghadap Gaara.
"Menjijikkan!"
"Kita harus menjaga Kaguya lebih ketat lagi, jangan sampai kita teralihkan dengan Sakura." Yahiko mengintrupsi. "Jalankan sesuai rencana kita."
Sasori mengangguk setuju. "Deidara, kita berangkat." Kemudian ia beranjak pergi dengan Deidara yang menyusulnya dari belakang.
-o0o-
DOR!
DOR!
Peluru yang diluncurkan dari relvover Toneri terkena pas sasaran. Wajahnya datar kemudian tersenyum tipis bagaimana ekspresi ketakutan Hinata.
Pastinya gadis Hyuuga itu tengah menangis sekarang.
"Bravo, Toneri. Kau berhasil mendapatkan satu."
Suara tepuk tangan mengalihkan atensi Toneri. Ia menatap datar pria yang duduk dengan seenaknya di sofa."Apa yang kau lakukan di sini?" Toneri melanjutkan tembakkannya.
"Tujuan kita sama, Toneri."
Toneri berjalan menghadap pria tersebut atau bisa disebut Otsutsuki Isshiki, dalang dari semua yang terjadi.
"Tujuan kita berbeda," bisik Toneri penuh penekanan. "Aku hanya ingin Hinata, tidak lebih."
"Kau menginginkan Hinata, tapi kau tidak memilikinya." Isshiki tersenyum remeh memandang Toneri dari atas ke bawah. "Seharusnya kau segera memilikinya sebelum pria rubah itu memiliknya pula."
Tangan Toneri terkepal kuat, jika Isshiki bukan orang terdekat Kaguya, mungkin Toneri tak akan sehormat ini padanya.
"Pikirkan perkataanku baik-baik. Miliki dia bukan menginginkannya." Isshiki menepuk pundak Toneri dan pergi dengan senyum licik. "Sebentar lagi putrimu akan kotor, Hyuuga Hiashi."
Toneri terdiam, ia berjalan ke arah kamar tempat Hinata berada. Tangisannya tampaknya sudah reda. Ia pun memasuki kamar tersebut dengam hasrat.
Hyuuga Hinata, putri sulung dari keluarga Hyuuga. Toneri menginginkannya--bukan tapi ingin memilikinya.
"Mau apa kau!?" Hinata berteriak, takut terjadi apa-apa padanya.
"Ingin memilikimu, Hime."
Tubuh Hinata bergetar, perasaannya tak enak dengan Toneri. Hanya ada satu nama yang ia ingat...
"Naruto-kun, selamatkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Devil
FanfictionMature. "Ada apa kemari?" ketus Sakura tak ingin berlama-lama. "Cepatlah aku tak punya waktu untukmu." "Aku ingin..." "Ingin apa?" "Sasuke, minggir!" suruh Sakura yang tak dituruti oleh Sasuke. Justru pemuda itu terus maju dan maju. "I want you to b...