"Kita mau kemana?"
"Kakek menyuruh kita ke rumah," jawab Sasuke jujur.
Baru saja kakeknya—Uchiha Madara menghubungi. Dengan semangat membara sembari berjoget, pria bangka tua itu menyuruhnya pulang.
"Aku tidak pernah bertemu kakekmu sebelumnya," ujar Sakura.
"Aa. Dia sudah jatuh cinta dengan Spanyol," sahut Sasuke seraya memutar stir mobil ke kanan menuju ke salah satu perumahan elit Jepang—khusus untuk para orang kelas atas.
"Sasuke-kun." Seringai pria itu terbit. Gadisnya kumat lagi, tengah berada dalam mode manja. Tapi dia suka.
"Ada apa, hm?" Sasuke memberhentikan mobil di pinggir jalan. Melepas seatbelt, lalu melihat ke arah Sakura sepenuhnya.
"Kau lama sekali di sana. Tidak tau jalan pulang!" Sakura ikut melepas seatbelt dan naik ke pangkuan Sasuke. Tidak peduli ada yang lihat, lagipula kaca mobilnya hitam, jika pun bening itu lebih bagus. "Karin bilang Shion ada hubungan Isshiki." Sakura menodong Sasuke dengan tatapan sinis. "Apa yang kau tau tentang si plastik itu? Pasti banyak yang belum kuketahui," rajuknya.
"Ya, memang banyak," sahut Sasuke santai.
"Sialan—!!" Sasuke melumat bibirnya menuntut. Tangan Sakura melingkar di leher pria itu, memperdalam ciuman mereka. Melepas rindu setelah beberapa hati tak bertemu.
"Sepertinya aku harus mengajari bibirmu ini, Cherry." Sasuke mencuri satu ciuman lagi membuat Sakura merengut. "Jangan membuatku ingin memakanmu, Cherry," bisik Sasuke parau.
Gairahnya naik ketika berada di pesawat. Dengan beraninya satu pramugari menggodanya terang-terangan. Jika gadisnya tau mungkin pramugari itu sudah disembelih kemudian dagingnya akan disumbangkan. Tapi tidak masalah, pramugari itu sudah tenang dengan kaki dan tangan yang bertukar tempat.
"Lakukan saja padaku," tantang Sakura.
"Haruno Sakura, entah apa yang akan kulakukan padamu." Sakura tersenyum manja kembali melingkarkan tangannya, mencium mesra kekasihnya.
"Sekarang katakan apa yang belum kuketahui tentang si plastik itu?" tanya Sakura datar. Malas sebenarnya menanyakan wanita itu—tapi ini penting.
"Banyak." Sakura merengut lucu. "Dia dalang dari adanya pernikahan Neji dan Hinata."
"Karena dia suka dengan Naruto?" Sasuke mengangguk. "Sepertinya dia sudah bosan hidup."
"Saara." Sakura menatap Sasuke. "Dia ada hubungan dengannya."
"Sudah kuduga!" Sakura mengepalkan tangannya. Circle jalang tetaplah jalang.
"Jika sudah tau begitu kenapa meminta bantuannya?" Sakura bertanya bingung. "Walau dia sekutu, dia sudah berkhianat dari dalam, Sasuke."
"Sebelum memangsa, kita harus menjebak mangsanya, sayang," tutur Sasuke lembut.
Sakura mengulum senyum. Pikirannya mendadak bercabang kemana-mana. Dia dalam mode gila. Saara dan Shion. Wah, wah ini akan menarik, pikirnya.
"Lalu, pernikahan itu—"
"Neji bisa mengurusnya," pungkas Sasuke.
"Baiklah, tapi aku tidak berjanji Tenten akan kembali ke sisi Neji setelah ini." Sakura mengedikkan bahu. Sahabat cepolnya memang sensitif tentang hal ini. Maka, dari itu dulu dia senang berada di dunianya sendiri daripada mengurus percintaan.
Drtt.. drttt...
"Siapa?"
"Tua bangka," singkatnya, lalu mengangkat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Devil
FanfictionMature. "Ada apa kemari?" ketus Sakura tak ingin berlama-lama. "Cepatlah aku tak punya waktu untukmu." "Aku ingin..." "Ingin apa?" "Sasuke, minggir!" suruh Sakura yang tak dituruti oleh Sasuke. Justru pemuda itu terus maju dan maju. "I want you to b...