Episode 21. Souvenir

4.1K 402 20
                                    

Dengan gemetar, Matsuri memasangkan dasi merah pada leher Gaara. Perlahan ia mendorong ikatan dasi agar kuat, namun ia juga takut bila dasi tersebut mencekik leher Gaara.

"S-sudah." Matsuri memalingkan wajahnya tak sanggup menatap lama-lama wajah Gaara bak iblis itu.

"Kau mau kemana?" Matsuri merasa darahnya telah membeku, kedua tangan Gaara melingkar di perutnya. Memeluknya erat. "Kau tidak bersiap?"

"A-aku? Bukankah h-hanya kau yang akan p-pergi?"

Manik hijaunya menajam. "Angkat kepalamu."

Matsuri mengangkat kepalanya, wajahnya memerah bak kepiting rebus melihat pantulan cermin di hadapannya. Apalagi dengan Gaara yang menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Matsuri.

"Kau ikut pulang bersamaku," ucap Gaara mutlak. "Maka dari itu segeralah bersiap, jangan sampai aku yang harus mengganti bajumu."

Gaara pergi dengan senyum miring. Senang sekali membuat Matsuri ketakutan. Ia ingin tertawa rasanya.

-o0o-

Yamanaka Ino, gadis pirang itu kini sudah membaik. Sai pun tak ada larangan lagi terhadap Ino.

Gadis pirang itu tersenyum bersama Sakura dan Hinata yang berbincang. Terkadang pula bersedih dengan nasib Hinata yang miris.

Ino mengelus punggung Hinata memberi support dan dorongan untuk terus bersemangat. "Semuanya pasti ada hikmahnya."

Sakura mendelik sinis. "Wah, sejak kapan Yamanaka Ino memberi nasehat?"

Hinata terkikik geli, mereka berdua mulai bertengkar lagi. Walau karena masalah kecil.

"Sudah kubilang bukan aku yang mencuri make up-mu," kukuh Ino pada pendiriannya.

Mata Sakura membelalak. "Bohong! Aku lihat sendiri kau mencuri make up-ku!"

"Tidak tau malu! Dulu kau juga mencuri lipstick-ku!" Kedua tangan Ino bersedekap dada, merajuk pada Sakurq.

"Hanya lipstick bukan sekotak make up!" sarkas Sakura juga merajuk pula.

"Sudah, sudah jangan bertengkar." Sang duo tomboy datang, Temari dan Tenten.

"Apa pentingnya make up sampai kalian uring-uringan seperti ini?" tanya Tenten tak memgerti dengan tingkah para gadis.

"Tentu saja penting!" balas mereka serentak.

"Kalian tinggal minta dengan Sai dan Sasuke." Temari menengahi, ia duduk di sebelah Hinata kemudian merangkulnya. "Mereka pasti akan memberikannya."

"Lupakan dia!" Sakura berdecak kesal, memgalihkan pandangannya. "Dia pendosa mutlak."

"Kalian bertengkar?" tanya Hinata cemas.

Sakura mengedikkan bahu acuh. "Salahkan pantat bontot itu, jangan aku. Dia menjahiliku."

"HINATA-CHAN!" Teriakan menggelegar menimbulkan bunyi ultrasonik yang kuat.

TRANG!

"JIKA BERTERIAK LAGI AKAN KUBUNUH KAU!" Sakura menatap horor Naruto yang meringis. Kepala pemuda kuning itu hampir bocor, karena sebuah frying pan Sakura.

Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang