Bonus Chapter

4K 288 20
                                    

Sakura menatap horor semua isi bingkisan yang dibawa untuk ulang tahun si balita. Barang-barang itu tidak jauh dari kata berbahaya. Bayangkan saja, anak bayi diberi hadiah pistol asli, bukan mainan, apalagi pisau tajam.

Dan lihat ini, Sakura bergidik ngeri. Hidan dan Gaara adalah salah seorang yang tidak waras di sini. Dengan tampang watados menghadiahkan mayat wanita untuk putri tercinta.

"Maaf, ya, Sakura-chan." Matsuri memandang wajah pucat Sakura tak enak. "Aku sudah membujuk Gaara-kun untuk mengganti hadiahnya, tapi dia tetap bersikeras."

"Sekali lagi, aku minta maaf, Sakura-chan."

Sakura menggeleng. Ini bukan kesalahan Matsuri.

"Tidak perlu. Aku tau Panda akan seperti ini pada akhirnya," gerutu Sakura kesal.

"Mma-ma-ma!" Sarada merangkak meraih dress sang mama dan mencoba merayap berdiri. "Mma-ma!" Kedua tangan gembul nan mungil itu terangkat, ingin digendong oleh sang mama.

"Ouh, Salad. Kemari, sayang." Sakura menggendong tubuh mungil Sarada. Dengan gemas menciumi seluruh bagian wajah putrinya.

Sarada tertawa gembira.

Matsuri memandang sekitarnya sendu. Bahagia sekali, ya. Ia mungkin sudah menikah, tapi tak kunjung diberi momongan.

Rei Gaara, suaminya sendiri adalah dalangnya.

Selalu memberi obat kontrasepsi usai bercinta. Matsuri sempat bingung pada awalnya dan diberi kekecewaan jika Gaara tidak ingin memiliki anak. Alasannya mudah, tidak ingin atensi Matsuri teralihkan pada si anak.

Terkadang, Matsuri berpikir, lama-lama ia bukan seperti istri malah seperti jalang sewaan.

Lihatlah, betapa bahagianya mereka.

Shimura Inojin, putra dari Sai dan Ino.

Hyuuga Ryu, satu-satunya keturunan Hyuuga setelah pembantaian keluarga Hyuuga.

Nara Shikadai, si balita jenius—menurun dari sang ayah—Nara Shikamaru.

Uzumaki Karina, putri sematawayang Suigetsu dan Karin.

Dan Uzumaki Boruto yang akan mendapat calon adik setelah ini.

"Memikirkan apa?"

Matsuri tersentak ketika mendengar suara Gaara mengalun indah di telinga. Ia menatap sang suami gugup.

"T-tidak apa-apa, Gaara-kun," elak Matsuri.

Gaara menatap sang istri datar. Merengkuh pinggang Matsuri dengan sengaja mencengkramnya dengan kuat. Istrinya meringis tak tertahan.

"Katakan, sayang. Aku tidak suka pembohong," ujar Gaara mencium telinga Matsuri, memberi sedikit lumatan di sana.

"Aku juga ingin mempunyai anak," cicit Matsuri seraya menunduk.

Gaara mengedarkan pandangannya ke arah para bocah yang mengalihkan atensi Matsuri. Gaara berdecih.

"Kita sudah berulang-kali membahas ini, sayang," tekan Gaara tak terbantahkan.

"Tapi, aku ingin..." Matsuri memilin jemarinya.

Gaara memejamkan matanya.

Sebenarnya bukan masalah atensi Matsuri yang diperebutkan, walai itu salah satu alasannya. Gaara takut, ia tidak akan menjadi ayah yang baik mengingat bagaimana dulu ayahnya, Sabaku Rasa mendidiknya dengan disiplin dan penuh kekangan.

"Kita buat, oke?"

Beralih pada scene bocah. Sarada kini dibebaskan merangkak kemana pun ia mau. Toh, ini adalah rumahnya.

"Bbu-buu. Baa-bbaa!" celoteh Sarada tidak jelas.

"Ahhh! Lucunya!" Ino tidak bisa menahan gemas, akhirnya mendekati si balita dan merengkuhnya. Tak lupa menyelipkan ciuman kasih sayang pada kedua pipi gembul Sarada.

"Sayang, kita bisa membuatnya lagi." Sai menarik Ino duduk di sebelahnya.

Ino melotot, lantas memukul paha si suami dengan wajah garang. "Hanya satu! Kau pikir melahirnya itu mudah? Sakit tau!"

"Hime, aku ingin dia segera lahir," bisik Naruto tak sabar.

"Kurang dua bulan lagi, Naruto-kun," sahut Hinata tenang.

"Ayah, Ibu..."

Kedua pasangan Uzumaki langsung memfokuskan atensinya pada sang putra yang akan menjadi calon kakak dari sang jabang bayi.

"Ada apa?" Hinata membelai surai kuning Boruto halus. "Bolt, ingin sesuatu?"

Boruto mengangguk.

"Bolt, ingin apa?" tanya Hinata lagi.

Boruto diam-diam melirik ke arah karpet bulu tempat si balita bermain. Ia menyeringai.

"Uchiha Sarada. She's mine."

Mulai hari itu, Uchiha Sarada adalah milik Uzumaki Boruto seorang.

-o0o-

"Kenapa Bolt senang cium-cium Salad?"

Boruto menghentikan aksinya memandang gadis kecil di hadapannya dengan datar.

"Jadi, Salad tidak suka?" Sarada menggeleng kuat, bukan itu maksudnya.

"Jangan-jangan." Ia menggeleng lucu. "Salad suka, tapi hanya heran. Kan kita hanya teman," celetuk Sarada polos.

Rahang Boruto mengeras, tidak suka dengan pernyataan yanh dilayangkan. "Kita bukan teman, Salad."

"Lalu, kita ini apa, Bolt?" Sarada memiringkan kepalanya lucu.

"Kau milikku dan aku milikmu." Sarada terkagum dengan Boruto. "Itulah definisi kita."

"Salad, paham?"

Sarada mengangguk lugu. "Salad paham, Bolt."

Selamanya, Uchiha Sarada adalah milik Uzumaki Boruto.

Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang