"Aku ingin bicara denganmu. Bukan candaan, tapi serius," utar Sakura di awal pembicaraan telepon dengan sahabat cepolnya—Xio Tenten.
"Baiklah," sahut Tenten dari sana tenang. Sepertinya si cepol itu tau bagaimana menilai situasi. Sakura pun sudah menduga, Tenten tidak mungkin tertinggal kabar tentang Uzumaki Naruko. "Apa yang ingin kau katakan?"
"Mansion Shimura, ini akan jadi markas kita." Tenten diam tidak menyela. Dia tau ini adalah informasi penting. Ada sesuatu yang akan Sakura lakukan untuk membantu Crown Devil beserta Akatsuki. "Sementara Crown Devil dan Akatsuki pergi, kita yang akan mengambil alih. Karin dan Gaara juga akan ikut. Kebetulan Gaara tidak ikut, dia tidak bisa meninggalkanku dan Matsuri sendirian tanpa penjagaan, apalagi ada si jalang di mansion Uchiha."
"Jika memang begitu kenapa kau tidak ajak Matsuri sekaligus?" Sakura melongo sebentar, tidak memikirkan hal itu. "Itu akan lebih baik daripada membiarkannya bersama Saara."
"Jangan sebut namanya! Menjijikkan." Sakura berdecih kesal mendengar nama wanita itu disebut.
"Dari sekian banyak mansion kenapa harus mansion Shimura?" tanya Tenten.
"Wilayah Shimura masih belum dipijaki oleh Otsutsuki—masih bersih tanpa jejak," papar Sakura.
"Oke, akan kuhubungi yang lain." Sakura menjawab dengan anggukan. Tenten kembali melanjutkan, "Akan kukabari yang lain, aku juga tidak bisa keluar dari sini sembarangan."
"Neji mengurungmu, eh?" ledek Sakura tertawa mengejek. Akhirnya ada juga orang yang mengalami musibah besar sepertinya—dikurung hidup-hidup.
"Cih, kau pikir hanya aku?" Tenten berdecih kesal. Selalu dipojokkan, padahal yang lain juga mengalami hal yang sama. "Hinata malah lebih parah. Keluar kamar saja pasti sudah kena sembur. Naruto juga akan minta puluhan ronde, percayalah." Sakura menganga tak percaya. Hinata, kasihan sekali dia. Polos dan lugu mendapat pasangan yang super posesif dan mesum—11-12 dengan Uchiha Sasuke. "Sudah dulu, aku akan menjemput Temari. Akan kujadikan dia tameng. Kau tau bukan betapa ganasnya dia."
"Jika Temari dengar, kau akan ditendang." Sakura dan Tenten sama-sama tertawa. "Segeralah kemari, kita akan atur strategi."
Sambungan berakhir.
"Sudah menghubungi mereka?" Sakura lantas mengangguk menghampiri Ino yang teringin mengambil susu bumil rasa vanila. "Terima kasih," ucap Ino. Sakura mengangguk.
"Sembari menunggu mereka datang, aku punya pemikiranku tentang Isshiki." Karin tiba-tiba datang dengan opininya. Duduk di sofa tunggal sembari menyesap rokok—hal favoritnya. "Otak Isshiki bekerja dengan misterius. Susah menebak apa yang akan dia lakukan." Sakura membenarkan ucapan Karin. Isshiki tidak bisa ditebak. Sebelumnya menculik, di hari kemudian langsung menghabisi. "Gedung sekolah hancur dan Uzumaki Naruko mati. Pasti akan ada korban selanjutnya."
"Menurutmu siapa?" tanya Sakura.
Karin menyeringai lebar. "Menurutmu siapa?" Sakura diam—wanita itu akan kembali gila. Benar, ucapannya beberapa detik lalu. Karin di detik ini tertawa kencang layaknya psikopat. "Jika benar dugaanku, dia yang akan menjadi korban selanjutnya." Karin melempar selembar foto seorang gadis cilik dengan senyum sumringah di wajah. "Hyuuga Hanabi."
Wajah Ino menjadi pucat. Jika benar korban selanjutnya adalah Hyuuga Hanabi, dia akan bertekad untuk menghentikannya. Tidak akan membiarkan Otsutsuki Isshiki menghabisi orang-orang penting itu lagi.
"Kau yakin Hyuuga Hanabi yang akan menjadi korban selanjutnya?" Sakura bertanya memastikan.
"Sebenarnya ada kemungkinan lain," sahut Karin mengedikkan bahu. "Tapi kurasa bukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Devil
FanfictionMature. "Ada apa kemari?" ketus Sakura tak ingin berlama-lama. "Cepatlah aku tak punya waktu untukmu." "Aku ingin..." "Ingin apa?" "Sasuke, minggir!" suruh Sakura yang tak dituruti oleh Sasuke. Justru pemuda itu terus maju dan maju. "I want you to b...