Episode 13. Bad Feeling

4.8K 397 7
                                    

"Astaga! Tidak kusangka ternyata putraku memang tidak gay. Putraku normal dan sekarang Sasu-kun sudah membawa pacarnya!" pekik wanita paruh baya itu girang sampai Sakura dibuat melongo olehnya.

Tiba-tiba pergelangan tangan Sakura ditarik oleh wanita paruh baya itu yang ternyata adalah ibunda dari Sasuke, Mikoto. Sakura hanya pasrah saja karena mendengar semua celotehan dari Mikoto.

Mereka bertiga sampai di ruang tengah dan di sana Sakura dapat melihat seorang wanita hamil yang seumuran dengan kakak iparnya, dan mungkin saja usia kandungannya juga sama.

Wanita hamil itu adalah kakak ipar dari Sasuke, Uchiha Izumi. Ia tengah mangandung anak pertamanya dan sekarang usia kandungannya menginjak usia 7 bulan. Izumi terlihat tengah fokus merajut sebuah pakaian untuk calon bayinya. Antensinya teralihkan pada seorang gadis berambut merah muda yang mulai memasuki ruang keluarga.

"Sayang, anggap saja rumah sendiri ya." Sakura mengangguk ragu kemudian mendudukkan diri bersama dengan Mikoto dan Izumi, sedangkan Sasuke sudah melayang pergi menuju ke kamarnya. Seorang Sasuke tidak mungkin ikut merumpi para wanita karena dia adalah pria kecuali jika pria itu adalah Naruto.

Izumi memandang Sakura lekat-lekat. Lalu, ia tersentak dan raut wajahnya yang tadinya dingin dan tajam menjadi girang. Sakura kembali dibuat bingung olehnya.

"Apa kau adik ipar dari Hana?" Sakura mengangguk mengiyakan. "Wah! Sudah kuduga. Kau sudah bisa dikenali dengan rambut nyentrikmu itu."

"Apa kau mengenalnya, Izumi?" tanya Mikoto yang mulai penasaran.

Izumi memgangguk semangat. "Bunda tau Hana kan? Dia adalah adik iparnya." Mikoto mulai menyimak. "Waktu kami bertemu setelah pindah dari Amsterdam kemari, Hana menceritakan Sakura padaku."

"Berarti Sakura-chan adalah anak dari Mebuki!" pekik Mikoto girang.

Sakura mengernyitkan dahinya. "Maaf apa hubungan Anda dengan ibu saya?"

"Jangan terlalu formal, itu tidak enak didengar. Panggil aku Bunda, ok?" Walaupun ragu, Sakura tetap mengangguk mengiyakan karena sepertinya Mikoto mempunyai hubungan spesial dengan ibunya.

"Aku dan Mebuki dulu sahabat karib sejak kecil, tapi sekarang kami jarang bertemu karena tempat tinggal yang berjauhan juga pekerjaan yang melanda."

Sakura tersenyum lembut. "Ibu pasti juga merindukan Bunda. Akan kuusahakan untuk mengajak Ibu bertemu dengan Bunda nanti."

"Benarkah?" tanya Mikoto dengan mata berbinar. Sakura kembali mengangguk untuk kesekian kalinya sembari tersenyum. "Kau memang baik sekali Sakura-chan, sama seperti Mebuki!"

"Oh, iya. Bagaimana dengan keadaan Hana? Sudah seminggu ini aku tidak bertemu dengannya," keluh Izumi kemudian melanjutkan kegiatan merajutnya.

Sakura tersenyum kikuk. "Kak Hana baik. Seminggu ini dia dikurung di mansion lantaran baby-nii takut jika terjadi apa-apa pada Kak Hana dan calon bayinya."

Izumi menghentikan kegiatan merajutnya kemudian terkikik bersama dengan Mikoto. "Apa baby-nii itu Sasori?" Sakura mengangguk dan terkikik bersama kedua wanita Uchiha itu. "Haha... Memang wajah Sasori itu seperti bayi, wajar saja dia dijuluki 'bayi' oleh banyak orang."

Walau sebentar, Sakura sudah merasa nyaman dan akrab saat berbicara dengan dua nyonya Uchiha yang berada di hadapannya. Ia merasakan perasaan hangat saat berbincang-bincang dengan mereka seperti saat Sakura bersama dengan kedua orang tuanya.

Mereke bertiga, Haruno dan Uchiha saling berbicara mengenai masalah atau topik hangat yang cocok untuk diperbincangkan. Sakura tidak menyadari jika sedari tadi Sasuke memandangnya sembari tersenyum tipis.

-o0o-

Sementara itu Hinata sedari tadi mengelus-elus kepala dan punggung Kurama yang dipenuhi dengan bulu-bulu berwarna jingga kemerah-merahan. Sudah 15 menit berlalu, tapi Hinata tetap tidak bosan untuk bermain bersama Kurama karena memang Kurama yang nyaman saat bersama Hinata, begitu pula sebaliknya.

Di taman belakang mansion keluarga Uzumaki, disanalah Hinata berada. Awalnya Hinata ingin sekali pergi ke taman atau ke kedai ramen milik Paman Teuchi, tapi Naruto mencoba membujuknya dan akhirnya Hinata mengalah dan menuruti Naruto. Hinata mendapat imbalan dengan dipertemukannya dirinya dan Kurama.

"Hinata, makanlah dango ini. Aku tau kau belum sarapan tadi." Hinata menoleh mendapati Naruto yang menghampirinya sembari membawa sepiring dango.

Naruto meletakkan piring berisikan dango itu di antara Hinata dan dirinya. "Biar Kurama kugendong." Saat Naruto ingin mengambil Kurama dari gendongan Hinata, justru Kurama malah memberi cakaran pada tangan Naruto. "Argh! Ini sakit, dattebayo!"

Hinata menatap luka Naruto dengan tatapan cemas. "Kurama tidak boleh begitu. Naruto-kun kan sudah menjaga Kurama, hm." Seakan mengerti Kurama, si rubah merah itu mengangguk sembari mengaung kecil.

Hinata segera berlari masuk ke dalam mansion dan memasukkan Kurama ke kandangnya yang super big lengkap dengan perlengkapan yang mewah. Ia mencari kota P3K disepanjang ruangan dan akhirnya menemukannya di dekat dapur.

"Naruto-kun, tahan sebentar ya." Hinata sudah menyiapkan pembersih luka. Ia mendengar suara ringisan dari Naruto saat ia menempelkan pembersih luka itu pada luka cakaran yang dihadiahkan khusus oleh Kurama.

Hinata mengikat perban yang telah ia lilit di sepanjang luka cakaran yang ada di tangan Naruto. "Nah, sudah selesai. Bagaimana Naruto-kun?"

"Ini sudah lebih baik. Terimakasih." Hinata mengangguk mengiyakan kemudian tersenyum lembut.

"Apa Naruto-kun sering dicakar seperti itu oleh Kurama?" tanya Hinata yang terlihat tengah membereskan peralatan yang ada di kotak P3K.

"Jarang. Jika Kurama sudah nyaman dengan seseorang, maka dia akan menempel terus dengannya," balas Naruto membuat Hinata mengangguk mengerti.

"Hinata." Sang empu yang dipanggil menoleh. "Kau ingin makan ramen kan?"

-o0o-

Disinilah mereka berada, di kedai ramen milik Paman Teuchi. Naruto dan Hinata duduk berhadapan di salah satu meja yang ada di sudut ruangan.

"Hinata-chan, mau pesan apa?" tanya Ayame, anak dari pemilik kedai ramen tersebut.

"Ramen jumbo dan lemon tea, ya." Ayame mengangguk kemudian menulis pesanan Hinata.

"Lalu, kau apa, Tuan?"

Naruto memasang pose berpikir. "Samakan saja dengan Hinata."

"Hm, baiklah." Kemudian Ayame pergi untuk membuat pesanan dari Hinata dan Naruto.

Naruto melirik Hinata tak percaya. "Apa kau akan habis jika makan ramen jumbo?"

"Tentu saja habis!" Hinata berseru semangat. "Lihatlah disana." Naruto terbelalak kaget dan terasa ingin pingsan sekarang. "Aku menang rekor memakan ramen 25 piring."

Naruto mengernyit bingung. "Lalu, kenapa kau tidak gemuk?" Ia mulai menyeringai nakal. "Malah payudaramu yang semakin besar."

Blush!

Hinata membuang mukanya kearah samping guna menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah padam. "Kyaa!! Naruto-kun mesum!"

Sementara itu di depan kedai ramen, Toneri berdiri di sana sembari memandang dua sejoli Hyuuga dan Uzumaki yang tengah berbincanh-bincang dan terkadang bercanda tawa ria.

Ia tersenyum smirk. "Kau milikku, Baby!"

Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang