Episode 5. Foreign Place

5.9K 479 2
                                    

Sekarang Sakura berada di mansion pribadinya bersama dengan Hana, kakak iparnya. Sedangkan Gaara tidak mampir karena memiliki urusan pekerjaan kantor dan pekerjaan bisnis gelapnya.

Jangan kira Sakura tidak mengetahui jika Gaara adalah The Red Psychopath. Sakura tentu mengetahui hal itu bahkan keluarganya dan keluarga Sabaku. Awalnya Gaara ingin menyembunyikan fakta yang satu ini dari Sakura, namun takdir berkata lain. Sakura mengetahui semuanya bertepatan saat Gaara tengah menghabisi musuh dengan tangannya sendiri.

Sejak saat itu, Sakura mulai membuat jarak dengan Gaara. Bahkan jika ada acara kumpul antar keluarga maka Sakura lebih memilih untuk terus menempel pada Sasori atau Hana.

Gaara yang waktu itu tidak kuat dijauhi terus menerus oleh Sakura, akhirnya Gaara memilih menyeret Sakura menuju mansion pribadinya. Sakura bergetar ketakutan dengan hanya melihat Gaara. Tapi dengan kelembutan Gaara yang tulus ia berikan akhirnya Sakura ingin memberikannya kesempatan untuk menjelaskan segalanya. Akhir cerita hubungan mereka kembali dekat. Bahkan sangat dekat.

Di mansion pribadinya, Sakura hanya tinggal sendirian. Awalnya ayah dan ibunya tidak setuju jika Sakura memutuskan tinggal sendiri di mansion pemberian sang ayah, namun karena kekeras kepalaan Sakura yang melegenda, akhirnya kedua orang tuanya mengalah dan memperbolehnya Sakura untuk tinggal seorang diri.

Hana tengah berada di dapur untuk mempersiapkan menu makan malam. Walau usia kandungan sudah menginjak 7 bulan, tetap saja semangatnya tidak akan menurun.

"Kak Hana, apa yang kau lakukan? Aku bisa dibunuh oleh baby-nii!" teriak Sakura histeris ketika melihat Hana yang tengah memasak di dapur dalam keadaan hamil.

"Jangan berlebihan, Saki. Aku hanya ingin menyiapkan makan malam." Raut wajah Hana terlihat kesal dan bibirnya mengerucut hingga bisa dilihat wajah Hana yang lucu.

"Tapi sama saja, aku tetap akan kena semprot oleh baby-nii, Kak!" seru Sakura tidak terima. Sakura mulai mengambil alih spatula yang dipegang oleh Hana dan mulai melanjutkan masakan kakaknya yang belum usai.

"Saki," rengek Hana.

Sakura menggeleng tegas. "Tidak ada penolakan! Sekarang Kak Hana cepat duduk di sofa sambil menungguku selesai memasak!" Hana tak berkutik. Ia mencebik bibirnya kesal kemudian berjalan menuju sofa ruang tengah dengan malasnya. Sakura yang melihat itu pun terkikik. "Maafkan aku, Kak. Bagaimanapun aku tidak ingin kena semprot!" Hana mengabaikan teriakan Sakura dan duduk di sofa.

20 menit kemudian dan Sakura sudah menyelesaikan masakan makan malam. Ia mulai menyiapkan semua makanan di meja makan dibantu oleh para pelayan. Hana juga sempat ingin membantu, namun dengan cepat Sakura melarang. Alasannya sama, Sakura tidak ingin kena omelan panjang lebar sama dengan luas dari kakaknya. Jadi, Hana hanya bisa duduk di sofa sembari menatap para pelayan dan Sakura yang tengah menyiapkan makan malam.

Seusai menyiapkan makanan, suara deru mobil berhenti masuk ke dalam pendengaran Sakura dan Hana. Sakura bingung siapa yang datang, sedangkan Hana mulai menyunggingkan senyum gembira kemudian Hana berlari menuju ke pintu mansion.

"Kak Hana! Jangan lari-lari!" teriak Sakura khawatir.

Hana tak mengindahkan perkataan Sakura dan ia terkena sebuah karma. Kakinya terselip di karpet dan ia terjatuh ke depan. Belum sempat jatuh, Sasori sudah menangkap tubuh mungil istrinya yang hampir terjatuh.

Hana yang masih memejamkan matanya pun mulai membuka matanya perlahan dan ia dapat melihat Sasori yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Tepat saat itu juga, Sakuda berlari menghampiri Hana dan terkejut mendapati sang kakak yang sudah pulang dari Meksiko.

"Eh? Kakak sudah pulang? Kenapa cepat sekali?" tanya Sakura.

Bukannya menjawab, Sasori mengajukan pertanyaan balik untuk Sakura. "Kenapa Hana bisa mau terjatuh seperti ini?" Sekarang Sakura yang bergidik ngeri. Buliran keringat mulai membasahi dahinya. "Jawab, Sakura!"

"J-jangan salahkan a-aku. Kak Hana sendiri yang tiba-tiba berlari saat mendengar suara mobil di depan mansion. Aku sudah memperingatinya tapi ia abaikan," utar Sakura sedikit gelagapan.

Sekarang mata hazel Sasori mulai menatap Hana dengan tajam. "I-iya, itu benar, Sasori-kun." Hana menunduk tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap wajah suaminya.

Tangan besar Sasori mengelus kepala Hana lembut. "Jangan diulangi lagi, Sayang. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu dan calon anak kita. Kau paham, hm?" Hana mengangguk antusias. Ia tampak kembali berseri karena Sasori yang sudah melunakkan suara dinginnya.

"Ehem..." Sakura mulai merasa terabaikan. "Untung saja aku mencegah Kak Hana memasak di dapur tadi, jika tidak aku bisa dihabisi oleh baby-nii." Sakura berbalik dan berjalan meninggalkan dua sejoli itu menuju ke ruang makan.

Sasori mulai mendekati wajah Hana dengan seringainya dan itu membuat Hana menjadi was-was. "Kau perlu dihukum, Sayang." Lidah Hana menjadi kelu sekarang. "Mari mulai hukuman ronde pertamamu." Hana memekik saat Sasori menggendong dirinya dengan ala bridal style.

-o0o-

Mata aquamarine Ino mulai terbuka dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Dapat ia rasakan jika sedang berada diatas sesuatu yang empuk dan lembut, ternyata itu adalah kasur berukuran king size. Pemandangan sekelilingnya juga bukan berupa jalanan melainkan sebuah kamar yang luas. Mulai dari dekorasi kamar dan interior, Ino sudah menduga jika ini adalah kamar seorang lelaki. Tidak mungkin kamar seorang gadis sesimple ini.

Gadis bermarga Yamanaka itu mulai bengkit dan bersender di kepala ranjang. Ino mulai memutar memori di dalam otaknya. Ia tersentak dan mengingat jika Sai telah memukul tengkuknya dengan keras dan mengakibatkan Ino pingsan.

"Apa Sai yang membawaku kemari? Atau ini adalah kamar Sai?"

Cklek...

Atensi Ino berpindah pada pintu kamar yang terbuka dan matanya terbelalak melihat Sai yang berada di ambang pintu. "Aaa... Kenapa kau bertelanjang dada? Dasar bodoh! Pakai bajumu!" Ino berteriak melengking karena ia melihat Sai yang berpenampilan dengan telanjang dada. Otomatis Ino menutupi matanya dengan kedua tangannya.

"Apa kau tidak pernah melihat orang bertelanjang dada, Ino-san?" tanya Sai yang semakin mendekat pada Ino yang berada di atas ranjang.

"Tentu saja pernah, bodoh! Aku hanya terkejut tadi."

Dapat Ino rasakan jika ranjang yang ia tempati saat ini sedikit bergerak. Ia mengintip dari cela tangannya dan mendapati Sai yang sudah satu ranjang dengan dirinya. Tentu dengan keadaan bertelanjang dada.

Tangan Sai mulai menarik tangan Ino hingga sang empu menabrak dada bidang Sai. Wajah Ino mulai memerah. Ino mencoba membuat jarak diantara Sai dan dirinya, tapi itu sia-sia karena cengkraman Sai lebih kuat dibanding dengan dirinya.

"Wajahmu memerah, Ino-san."

Sekarang bukan karena marah, Ino saat ini kesal dengan mayat pucat yang ada di hadapannya. "Tentu saja memerah. Mana ada seorang gadis yang tidak merona dengan posisi seperti ini!"

Ino mendorong Sai menjauh. "Sekarang aku ada dimana?" Sai menyunggingkan senyum palsunya yang membuat Ino bergidik ngeri saat melihatnya. "Oi, jangan menatapku terus. Beritahu aku, sekarang aku ada dimana."

"Kau ada di mansion keluarga Shimura."

Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang