SORRY permirsa! 2-3 hari belakang ngga update. Nungguin, ya wkwk
Kuota author habis ludes. Baru sempet beli sekarang. Kepingin beli kemaren-kemaren bawaannya ujan muluk. Ngantuk malahan wkwk
Don't mad, okay? I'll be publised triple part's! YEAY! 🤧
Banyak yang nething yak? Sama wkwk. Author juga nething takut the readers ngga suka 😬
HAPPY READING!
-o0o-
"Permirsa, berikut—AAAA!!"
DOARR!
Mereka—Karin, Sakura, Tenten, dan Ino melongo. Baru saja intro berita, tapi sudah ada ledakan di belakang tempat di reporter bersuara, tepatnya di gedung lama tempat diduga adanya transaksi sabu dan obat-obatan terlarang. Sekarang tempat itu hancur meninggalkan layar tv yang mendadak buram, lalu sekian detik berganti dengan iklan sebagai pengalihan.
Drrtt... drrtt...
"Halo—"
"Apa keponakanku senang dengan seniku?" Si penyuka seni ledakan—Deidara—kakaknya menghubungi. Dialah dalang dari ledakan di gedung tua itu barusan. Gila memang. "Kuharap mereka senang, tidak mudah membuat seni seindah ini bahkan Sasori saja tidak bisa."
"Senimu dengan seni Kak Sasori beda jauh, bodoh!" ketus Ino, mood-nya hancur mengetahui kakaknya-lah dalang dibalik semua ini. "Kau meledakkannya, padahal aku ingin melihat berita itu dan sangat ingin si pelaku transaksi narkoba ditangkap dan dijatuhi hukuman!" Ino berucap lugas dalam sekali tarikan.
"Hahaha! Sasori-danna tidak tahu seni melebihi aku," sahut Deidara sombong. "Lagipula, kau pasti tidak ingin aku ditangkap oleh para curut itu 'kan?" Deidara tergelak tertawa.
"Matilah!" teriak Ino kencang.
"Jangan marah, aku akan segera menyusul," ujar Deidara kemudian.
"Baiklah, hati-hati," pesan Ino, masih mengingat betul orang yang meneleponnya adalah kakak kandungnya—walau sebenarnya enggan diakui.
"Ah, ya!" Ino tidak jadi menekan tombol merah di layar ponsel. "Ketua sialan itu menyuruhku menyampaikan jika kalian akan mendapat partner baru. Seperti partner kerja. Mereka bilang dia akan datang hari ini."
"Siapa?"
"Biarkan menjadi kejutan, Manis," jawab Deidara kemudian tertawa menggila. "Aku yakin mood temanmu akan meledak HAHAH!!"
"Ha? Bagaimana bis—" Tutt... Sudah dimatikan sepihak. Ino mengumpat, tapi diurungkan. Sai bilang bumil tidak boleh banyak-banyak mengumpat. Tidak baik bagi debay nanti. "Dia menyebalkan," runtuknya sebal.
"Siapa?" tanya Sakura.
"Pirang," singkat Ino. Menatap ponselnya sebal. Pyarr.. Ponselnya berakhir di lantai dengan beberapa kerusakan di layar ponsel dan bagian lainnya. Bumil itu begitu labil, percayalah. "Dia bilang kita akan mendapatkan partner kerja untuk urusan Isshiki." Ino menatap ponselnya nanar. Kenapa aku membantingnya tadi? Itu yang dia ingin tanyakan. "Dia akan datang hari ini, entah kapan."
"Siapa—?
"Jangan tanya 'siapa-siapa' terus! Itu membosankan, Forehead!" sela Ino kesal, matanya berkaca-kaca. Mood-nya sudah tersentil.
"Lalu, aku harus apa?" Sakura bertanya dengan nada bosan. Dia sepakat dengan Karin—bumil itu merepotkan.
"Jangan bicara! Kau tidak enak dipandang! Rasanya aku ingin menendangmu hingga sampai ke puncak gunung berapi!" ucap Ino panjang lebar tanpa henti. Mereka bertiga yang mendengarkannya menjadi jengah. "AAAA!" Ino berteriak kencang melempar semua guling sofa pada mereka bertiga yang tidak peka. Dia hanya ingin dihibur—Ino menangis deras. "Kalian jahat! Jahat! JAHAT!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Devil
FanficMature. "Ada apa kemari?" ketus Sakura tak ingin berlama-lama. "Cepatlah aku tak punya waktu untukmu." "Aku ingin..." "Ingin apa?" "Sasuke, minggir!" suruh Sakura yang tak dituruti oleh Sasuke. Justru pemuda itu terus maju dan maju. "I want you to b...