Begitu bel berbunyi, Ana langsung berlari keluar kelas. Ia sangat ingin cepat pulang hari ini karena hari ini Chan berjanji mau mengajaknya main basket bareng.Ana terus berlari karena ia tidak mau mendengar ocehan Chan karena menunggunya terlalu lama. Tapi langkah Ana terhenti begitu melihat sekumpulan cowok yang sedang duduk sambil mengobrol itu.
Ia masih trauma dengan kejadian di masa lalu itu, tapi ia tetap harus melewatinya karena tidak ada jalan lain sekarang.
Ana memberanikan diri melewati cowok cowok itu, ia menutupi wajahnya dengan rambut dan mempercepat langkahnya. Ia memilih untuk melihat ke depan dan tidak menghiraukan cowok cowok itu.
“AWH!” tubuh ana terjatuh dan ini semua karena ulah salah satu cowok disitu, ia menyelengkat kaki Ana yang membuat Ana terjatuh di depan cowok cowok itu.
Sekarang mereka semua menertawakan Ana, bahkan sekarang banyak orang mengerumuni nya. Ana ingin sekali berlari sekarang tapi rasanya itu mustahil sekarang karena berdiri saja ia tidak bisa, sepertinya kakinya terkilir. Sekarang ia hanya berharap abangnya datang dan menolongnya.
“ANA! ASTAGA LU KENAPA? SIAPA YANG BIKIN LU KAYAK GINI HAH?!” teriak Chan saat melihat Ana menjadi tontonan banyak orang disana.
“gw gapapa kok” jawab Ana terbata bata. Sebenarnya ia ingin sekali menangis sekarang tapi itu malah akan membuat Chan tambah marah.
“SIAPA YANG BERANI BIKIN DIA KAYAK GINI?!” teriak Chan sambil menarik kerah baju salah satu cowok itu.
“CHAN UDAH! Gw mau pulang..” Ana menghentikan Chan yang ingin memukul salah satu cowok itu. Ia tahu jika sudah begini Chan harus dihentikan karena kalau tidak nyawa cowok itu bisa dalam bahaya.
Chan menghentikan aksinya itu dan menggendong Ana ke parkiran dimana motornya berada. Ia memakaikan helm pada Ana lalu melajukan motornya.
Saat di perjalanan mereka hanya diam, Ana tahu jika sahabatnya itu pasti masih memikirkan kejadian tadi. Chan memang begitu, jika itu bersangkutan dengan Ana, ia akan sangat sensitif.
“kita jadi main basket kan Chan?” tanya Ana memecah keheningan mereka.
“kaki kayak gitu masih mau main” jawab Chan dingin.
“pokoknya harus jadi! Kalo lu ga mau yaudah gw main sendiri aja” ancam Ana. Ia tahu kalau sahabatnya itu masih marah jadi ia harus membujuknya.
“yaudah iya. Tapi lu Cuma boleh ngeliatin gw main! Ga menerima penolakan!” balas Chan.
“hm, yaudah deh.” balas Ana. Sebenarnya ia melakukan ini agar Chan bisa melupakan kejadian tadi di sekolah.
Sampai di lapangan basket Ana menyuruh Chan menurunkannya di kursi wasit. Sudah 15 menit Ana hanya melihat Chan bermain. Karena ia bosan jadi ia memutuskan untuk menulis diary.
Sebelum pulang mereka mampir dulu ke tukang es krim. Ana dengan isengnya mengotori pipi Chan, lalu tertawa karena melihat muka sahabatnya yang belepotan es krim itu.
‘gw seneng liat lu ketawa Joo. Dan gw ga bakal maafin orang yang buat lu nangis’ batin Chan.
Sekarang mereka sudah sampai di rumah Ana. Chan membantu Ana turun dari motor dan melepas helmnya.
“makasih ya, chan.” ucap Ana.
“iya. Inget ga boleh nge-dance dulu sampe kaki lu sembuh” ingat Chan pada Ana yang tidak bisa menahan tubuhnya untuk bergerak saat mendengarkan lagu idolanya.
“iyaa. Oiya Chan, yang masalah tadi lupain aja ya. Pokonya gw ga mau lu berantem sama mereka.” kata Ana yang hanya dibalas anggukan oleh Chan lalu pergi dari rumah Ana.
Ana membuka pintu rumahnya, untung saja abang dan mamanya tidak ada di ruang tamu jadi dia bisa langsung ke kamarnya.
Ana menyalakan hp nya dan membalas pesan dari Vivi yang khawatir akan keadaannya. Ia cukup terkejut karena ternyata kejadian yang ia alami tadi sudah tersebar ke satu sekolah.
Ana membaringkan dirinya di kasur dan memutar lagu ‘just for you-iKon’. Karena itu adalah satu satunya lagu yang bisa membuatnya melupakan masalahnya.
“dek, ayo makan!” teriak Jay dari luar kamar Ana.
“iya bang, aku mau mandi dulu. Duluan aja!” teriak Ana dari dalam kamarnya.
Selesai mandi, Ana teringat kalau kakinya terkilir yang berarti dia tidak bisa turun sendiri. Tetapi ia harus turun karena ia belum makan dari siang.
“de, yaampun malah bengong disini. Ayo makan!”
“iya bang..”
“yaudah ayo kenapa masih duduk?” tanya Jay yang mulai curiga sama adiknya.
“ini bang...kaki aku..” ucap Ana sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“kaki kamu kenapa?” tanya Jay sambil mengecek kaki adiknya.
“Eh, jangan dipegang bang. Ini tadi aku tuh terkilir doang kok” jawab Ana.
“kok kamu ga bilang? Yaudah ayo naik ke punggung abang!” kata Jay lalu mereka berdua ke bawah.
Sampai di bawah mama papa langsung memberikan banyak pertanyaan dan Ana hanya menjawab kalau dia hanya terkilir karena jatuh, dia tidak ingin orang tuanya tambah khawatir.
Selesai makan mama manggil tukang urut buat Ana. Walaupun udah diurut, Ana masih agak susah jalannya. Jadi kata tukang urut nya istirahat aja dulu trus bang Jay juga bilang katanya nanti dia yang izin sama wali kelasnya Ana.
_____
jangan lupa vote and comment nyaa yaa 🌼
tengkyuu 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND • JUNG CHANWOO ✓
Fiksi Remaja"untuk apa kamu mencintai orang yang tidak pasti mencintaimu, jika ada orang yang pasti mencintaimu?" - chandra angelo