12

143 9 0
                                    

"Huatcchhiiimm!!!"

Sejak bangun pagi Melisa sudah bersin-bersin, badannya terasa menggigil dan kepalanya berat. Ia kesulitan mengangkat tubuhnya untuk diseret ke kamar mandi.

Rasanya ia mau tiduran aja sampe siang. Tapi pagi ini ia ingat ada kelas jam 8, dan dia gak mau absen selagi masih bisa bertahan.

Dan sekarang sudah jam 8 kurang 15, masih sempat kalau dia berangkat naik ojek.

Melisa berpegangan pada wastafel dengan erat, dia keliyengan, kepalanya pusing dan mual. Menyikat gigi sambil menutup kedua matanya untuk mengatasi rasa mual yang kian menerjang. Air matanya bahkan keluar saat ia susah payah mencuci muka sambil terbungkuk-bungkuk.

Suara dering handphone terdengar dari luar kamar mandi. Pasti Mama yang telpon, patroli pagi seperti biasa.

Melisa beranjak keluar dengan hati-hati, ia berpegangan pada dinding sambil meraih gagang pintu. Mama bakalan khawatir dan menelepon ke teman-temannya jika Melisa gak segera mengangkat teleponnya.

"Ya, Ma?" akhirnya Melisa bisa meraih handphone-nya pada deringan kesebelas.

"Kamu sakit, Sayang? Suaranya bindeng begitu?" suara Mama terdengar sangat cemas.

"Gapapa Ma, cuma flu."

"Jadi Mel ga kuliah hari ini? Udah sarapan? Makan obat udah belum? Obat apa?" Kebiasaan Mama kalo lagi khawatir memang ngomel gak direm.

Melisa merebahkan tubuhnya ke kasur. Pertanyaan Mama malah bikin tambah pusing. Ke kamar mandi saja dia hampir pingsan, apalagi keluar membeli sarapan?

Dian dan Leony pasti udah berangkat sejak pagi tadi. Melisa menyesal menolak dibeliin sarapan oleh mereka. Mereka gak tahu kalo Melisa sakit. Melisa sendiripun baru menyadarinya barusan.

"Nanti Mel beli, Ma."

"Gimana mau beli, suara kamu aja udah lemas begitu."

Melisa gak berdaya menyahut pertanyaan Mama. Ia hanya diam. Nafasnya terasa panas.

"Kamu istirahat aja. Oke." kata Mama akhirnya.

"Oke. Dah Ma..."

Lalu telepon pun terputus. Melisa tetap berbaring untuk mendapatkan kekuatan. Namun rasa pusing membuatnya tertidur walau tak nyenyak.

20 menit kemudian Melisa dibangunkan oleh suara ketukan keras di pintu kamarnya.

Ketukan itu awalnya pelan lalu bertambah kencang hingga berupa gedoran.

Melisa mengumpulkan kesadaran dan tenaganya lalu bangkit untuk membuka pintu. Pasti Dian atau Leony yang pulang untuk merawatnya.

Melisa memutar kunci lalu membuka pintu.

"Mel...." Tobi berdiri di hadapannya dengan raut wajah cemas yang gak bisa ia sembunyikan. Nafasnya sedikit terengah. Ia masih memakai seragam rumah sakit dengan jas putih di luarnya. Bahkan ia masih memakai sepatu karet.

"Gila, apa dia lari dari rumah sakit?" Melisa terpelongo dan tersadar saat tangan Tobi menyentuh keningnya.

"Ayo masuk." Tobi mendorong lengan Melisa dan memapahnya duduk di kasur lalu ia menarik kursi belajar Melisa kemudian duduk di hadapannya.

"Siapa yang punya kamar, siapa yang menyuruh masuk nih." pikir Melisa lucu.

Tobi bergegas membuka plastik berisi kotak bubur dan menuangkan segelas air hangat. Ia meraih sendok dan menyodorkannya ke Melisa.

Melisa menerima bubur itu masih sambil memperhatikan Tobi. Rambut Tobi terlihat agak acak-acakan. Ada lingkaran gelap di bawah matanya. Sepertinya dia tidak tidur berhari-hari.

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang