"Loh, kalian dari mana saja? Kok ga pulang bareng yang lain?" Nenek melotot melihat Melisa dan Tobi yang baru saja memasuki halaman rumah saat hari menjelang gelap.
Keduanya hanya tersenyum malu sambil masuk ke rumah dengan langkah cepat. Tentu saja pertanyaan Nenek gak bisa mereka jawab setelah apa yang mereka lakukan di tepi sungai tadi.
Nenek mengikuti langkah mereka berdua dengan wajah penasaran sampai keduanya masuk ke dalam rumah.
Walau matanya rabun, dia bisa melihat bahwa Tobi dan Melisa memiliki kerenggangan dalam hubungan mereka, apalagi saat mereka baru saja datang. Sekarang kenapa mereka tiba-tiba seperti kedapatan melakukan sesuatu yang memalukan? Nenek mengerutkan keningnya bertanya-tanya.
Baru saja menginjakkan kaki ke anak lantai pertama, Tante memergoki mereka berdua, "Kalian baru nyampe? Cepat mandi ya, kita mau makan malam!"
Melisa hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke atas dengan terburu-buru. Di belakangnya, Tobi bahkan gak menoleh ke arah Tante dan mengikuti langkah Melisa.
Melisa masuk ke kamar dan langsung meraih handuk. Ia sangat gugup berada satu ruangan dengan Tobi saat ini.
Cukup tadi saja saat di sungai ia gak bisa mengontrol dirinya dan mencium laki-laki itu dengan berapi-api. Ia bahkan belum pernah berciuman sedalam itu sebelumnya!
Melisa masih bisa merasakan rasa bibir Tobi di bibirnya, dan itu membuatnya kepanasan. Oksigen di ruangan ini sepertinya tidak cukup untuk meredakan nafasnya yang panas karena terngiang-ngiang kejadian tadi. Melisa menepuk-nepuk pipinya yang merah sambil berdiri membelakangi Tobi.
Tidak! Ia harus keluar dari kamar ini sekarang juga. Berada satu ruangan dengan pria itu membuat Melisa lupa diri dan menjadi liar.
Dengan cepat, Melisa mengacak-acak isi tasnya dan mendapati baju Tante yang ia pinjam tadi pagi.
"Aku mandi duluan..." Melisa hendak meraih gagang pintu untuk keluar ketika Tobi menangkap tangannya, membuat Melisa terpekik kecil dan bersandar ke pintu. Tobi berdiri di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat, membuat Melisa menahan napas.
"Secepat itu?" tatapan Tobi membuat Melisa ingin meleleh sekarang juga.
"Ki-kita mau makan malam." Melisa ingin menggigit lidahnya sendiri karena gagu di saat seperti ini.
Tobi tersenyum melihat gelagat Melisa yang gelisah seperti ikan yang keluar dari air. Dia gak berniat menakut-nakuti istrinya itu, tapi melihat keberanian Melisa mencuri ciuman pertamanya tanpa aba-aba seperti tadi, membuat Tobi ingin menyamakan skor jadi satu sama.
"Urusan kita belum selesai." Tobi sedikit menunduk sambil mendekatkan dirinya ke tubuh Melisa yang menatapnya dengan mata yang berkilat-kilat.
Dengan jarak sedekat ini, Tobi bisa melihat rona merah jambu di pipi Melisa yang halus, dan bibirnya yang merekah seperti menyambutnya untuk mendaratkan ciuman memabukkan seperti yang gadis itu lakukan padanya tadi.
Melisa adalah istrinya. Ciuman tadi membuktikan bahwa cintanya berbalas. Hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah menyatukan cinta mereka dan membangun kebahagian mereka berdua seperti impiannya selama ini. Dengan anak-anak yang mirip dengan Melisanya, yang keras kepala dan cantik seperti istrinya ini. Ah, Tobi ingin melompat-lompat karena merasa bahagia.
"Um..., ta-tapi... jangan sekarang!" Melisa memaksa bibirnya yang kelu untuk terbuka. Dia dan Tobi gak boleh melakukannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUARDIAN ANGEL
RomanceMelisa sudah berpacaran dengan Bentala Bumi selama 3 tahun. Namun keputusan Ben untuk melanjutkan study ke Aussie membuat Melisa patah hati. Di awal perkuliahan sebagai mahasiswi baru, Melisa bertemu Tobi Jaya Amerta, seorang dokter yang sedang meng...