7

265 12 0
                                    

"Jadi gimana sama dokter ganteng itu?"

"Iya, gimana Mel? Kenal dimana? Udah punya pacar belum dia?"

Dian dan Leony mengapit lengan Melisa sedetik setelah Mama Melisa masuk ke taxi menuju bandara.

"Kok lu ga pernah cerita sih punya kenalan secakep itu Mel....!"

"Ugh, mukanya kayak oppa-oppa Korea, putih, tinggi, cool, mature, dokter lagi...." kayaknya Dian memuji berlebihan deh.

Melisa melirik keduanya lalu bergegas naik ke kamar kosnya, diikuti langkah terseret Dian dan Leony yang tak sabaran ingin mengupas tuntas perkara Tobi.

"Ihhh...! Pelit banget sih Mel!" Leony sudah sangat gusar. Ia menutup pintu kamar dengan cepat lalu merebahkan dirinya ke tempat tidur. Di sebelahnya, Dian sudah mengambil posisi dengan memeluk boneka Melisa dengan mata yang melotot.

Melisa melihat mereka berdua dengan geli. Hasrat untuk menjahili mereka muncul.

"Siapa?" tanyanya kalem sambil membuka laptop. Mama pergi, perkuliahan belum dimulai, saatnya nonton drakor sambil menghalu sepuasnya.

"Ih!"

PLAK!

Dian melempar boneka mungil ke kepala Melisa. Melisa terkikik.

"Ooohhhh.... dokter yang kemarin?"

"YA IYALAH! SIAPA LAGI?!" Leony dan Dian menjawab serempak. Kali ini Melisa tidak bisa menahan tawanya.

Demi Tuhan andai saja mereka bukan sahabatan, Dian dan Leony sudah menjepit bibir mungil Melisa dengan jepit jemuran supaya diam.

Setelah puas menertawakan keduanya, Melisa berdehem.

"Namanya Tobi." lalu hening.

Beberapa detik kemudian Dian dan Leony baru menyadari kenakalan Melisa.

"Yaaaa Tobi siapa?"

"Tobinuddin kah? Tobi tok kah? Atau jangan-jangan Tobiana!"

Melisa tertawa terbahak-bahak. Jawaban Dian dan Leony yang penuh emosi malah makin membuatnya geli.

Melihat kedua sahabatnya manyun, Melisa mencoba berhenti tertawa, sambil menyeka air mata karena habis tertawa tadi, akhirnya ia menjelaskan siapa Tobi sebenarnya.

Tobi Jaya Amerta. Pria yang menjaganya saat ia ketakutan dan kesakitan, pria yang mengisi diary dan lamunannya setiap malam sampai ia menginjak remaja, sebelum akhirnya ia bertemu dengan Ben.

Pria yang ntah atas keajaiban apa, dipertemukan Tuhan kembali padanya.

Pria yang berjanji akan menanggungjawabi Melisa.

Melisa menceritakan semua kejadian sewaktu ia kecil kepada teman-temannya, kecuali janji Tobi kepadanya. Ia malu. Mau berharap apa dia pada janji 10 tahun lalu saat mereka masih kanak-kanak?

"Serius, Mel? Bukan kebetulan kan?" kedua sahabatnya terlihat tidak percaya setelah mendengar penjelasan Melisa. Mereka masih memproses runut kejadian dari Melisa dan Tobi masih kecil, lalu tiba-tiba bertemu di kampus tanpa sengaja.

"Kalau ini bukan jodoh, gue gak tau apa namanya." celetuk Leony.

"No!" Melisa menggoyangkan ujung jari telunjuknya,"No no no!"

"Kalian gak tau sebenarnya seperti apa sifatnya. 180 derajat jauh berbeda dengan tampang polosnya."

Mereka menatap Melisa bingung.

"Maksud lu dia agak sinting gitu?" Dian akhirnya bersuara.

"Dia itu arogan. Apapun yang gua kerjakan harus persis seperti yang dia mau. Otoriter gitulah!"

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang