"KALIAN GILA??!!!"
Dian dan Leony serempak menjerit saat Melisa, pada akhirnya, memberitahu mereka tentang keputusan Tobi yang akan membatalkan pernikahan mereka.
Pagi-pagi, mereka sudah datang ke rumah Melisa karena mendengar kabar Theo jatuh sakit, tapi justru mendapatkan kabar tentang hubungan Tobi dan Melisa yang hampir kandas.
"Apa Kak Tobi udah gila, Mel?" Dian yang berdiri melotot ke arah Melisa yang hanya menunduk.
"Emang dia gak denger lu mutusin Caleb waktu itu?" tanya Leony.
"Waktu itu hujan deras, dan gue gak tau dia bisa denger atau nggak. Gue baru sadar dia datang waktu Caleb meluk gue." suara Melisa bergetar menceritakan peristiwa malam itu.
Dian dan Leony sama-sama terkesiap.
"Lu ga jelasin sama Kak Tobi kalo lu malam itu mutusin Caleb?" cecar Dian lagi. Melisa hanya menjawab dengan gelengan lemah.
Leony yang kasihan melihat ekspresi wajah Melisa yang menahan tangis, mencoba menenangkannya, "Coba lu jelasin dulu Mel, pasti Kak Tobi bakal berubah pikiran. Gue yakin dia ngambil keputusan malam itu hanya gara-gara kebawa emosi."
"Kalo gue jadi dia sih, gue pasti juga bakalan ngamuk, liat istri gue dipeluk cowok lain." timpal Dian.
"Tapi gue merasa gue pantas diginiin. Kayak, ini memang hukuman buat gue!" Melisa menantang Dian dan Leony dengan pendapatnya yang selama ini dia rasakan.
"Kok lu ngomong gitu, Mel?" tanya Leony.
Melisa meremas ibu jarinya kencang sambil menjawab, "Karena semua ini salah gue. Gue yang maksa dia bantuin keluarga gue, gue yang maksa dia nikahin gue. Seandainya gue gak ngejebak dia dalam pernikahan ini, pasti gue gak akan membebanin dia kayak gini. Kehadiran gue cuma bikin hidup dia kacau!"
Dian dan Leony menatap Melisa dengan iba, mereka ikut kasihan melihat nasib temannya ini.
"Coba lu ngomongin dulu sama Tobi, ya?" bujuk Dian.
"Iya, Mel. Kami yakin kok kalo Kak Tobi sayang banget ke lu." Leony ikut menambahkan.
Melisa menatap kedua sahabatnya itu, "Tapi gue pengen lihat dia bahagia, meski tanpa gue...." Melisa mengusap airmata yang perlahan turun di pipinya.
Leony memeluk Melisa dan menepuk-nepuk pungungnya pelan, "Apa lu kuat?"
Melisa mengangguk sambil terisak dalam pelukan Leony, "Harus! Gue harus kuat! Gue gak mau menukar kebahagiaannya dengan kebahagiaan gue lagi!"
Dian yang sedari tadi diam, menghela nafas berat, "Jalan lu bakalan berat ke depannya. Tapi apapun keputusan lu, gue dan Leony akan dukung lu Mel."
Sambil menarik dirinya dari pelukan Leony, Melisa menatap kedua teman baiknya itu, "Makasih ya Di, Ony!"
Melisa benar-benar bersyukur memiliki kedua sahabat seperti Dian dan Leony. Karena di hari-hari ke depannya, ia memang akan sangat membutuhkan keduanya sebagai tiang dalam hidupnya yang hampir rubuh.
******
Siang ini cuaca sangat panas, matahari menyengat dengan terik, dan angin sepertinya enggan berhembus.
Keringat mengucur membasahi kening Melisa yang kelelahan. Dia sudah memutari seluruh kota dengan berjalan kaki untuk mencari pekerjaan.
Selama 3 hari berturut-turut Melisa keluar masuk butik, mall, kafe, restoran, sampai pertokoan kecil untuk mencari pekerjaan. Namun semuanya nihil. Entah karena pengalaman Melisa yang belum ada, gaji yang ditawarkan terlalu kecil, atau mereka mencari pegawai full time.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUARDIAN ANGEL
RomanceMelisa sudah berpacaran dengan Bentala Bumi selama 3 tahun. Namun keputusan Ben untuk melanjutkan study ke Aussie membuat Melisa patah hati. Di awal perkuliahan sebagai mahasiswi baru, Melisa bertemu Tobi Jaya Amerta, seorang dokter yang sedang meng...