49

155 10 0
                                    

Menenteng tas berisi pakaian ganti di tangan kiri dan rantang berisi makanan di tangan kanannya, Melisa berjalan terseret-seret karena keberatan.

Sepulang kuliah, dia langsung menyiapkan semua ini untuk dibawa ke rumah sakit.

Theo sudah dioperasi kemarin. Tumor dalam perutnya sudah berhasil dibuang. Syukurlah hanya tumor jinak dan bukan kanker. Theo akan pulih dalam beberapa minggu ke depan.

Ke kampus, mengerjakan tugas kuliah, tugas praktek, mencari pekerjaan dan menyiapkan semua perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit sungguh menyita waktu Melisa. Dia bisa merasakan otot-ototnya merasa kaku dan sakit karena belum pernah bekerja sekeras ini sebelumnya. Namun ini tidak seberapa dibandingkan yang keluarga Tobi berikan bagi keluarganya.

Masih sambil terseok-seok, Melisa menyusuri koridor demi koridor menuju ke kamar Theo dirawat saat ia mendengar percakapan dua perawat yang sedang berjalan di depannya.

"Dokter Tobi itu cakep banget yah?" ujar salah satu perawat itu.

"Udah sebulan lu kerja di sini, lu baru tau? Bukan cuma tampan. Dokter Tobi juga dokter PPDS penyakit dalam terpintar. Prof Burhan sayang banget tuh sama dia!" jawab perawat satunya.

"Iya! Selama gue kerja di rumah sakit, baru kali ini gue ketemu dokter secakep itu! Gue yakin selesai pendidikan spesialisnya, dia bakalan keterima kerja di rumah sakit manapun! Gue makin sukaaa! Uggghhhh!"

Melisa tersenyum mendengar perkataan mereka. Tentu saja Tobi sangat tampan. Dan dia bangga menjadi istri dari dokter tampan sepertinya.

Perawat sebelahnya terkekeh, "Hush! Tapi dia udah nikah, tau!"

"Serius?! Sama dokter cantik yang tiap hari ke ruangan adiknya itu?"

Melisa melotot. "Dokter cantik? Siapa maksudnya?!"

"Dokter Anggita maksud lu? Bukan!"

"Anggita? Anggita? Kok rasanya gue pernah denger nama itu?" Melisa berpikir-pikir dalam hati, "Ah! Iya! Temen Tobi yang chat waktu di desa!"

"Loh? Jadi siapa istrinya? Kirain Dokter Anggita, makanya mesra gitu. Kemana-mana bareng!"

Hati Melisa semakin panas. Tas dan rantangnya jadi terasa berat seperti batu cadas sebesar gunung.

"Ssst! Gosipnya, dokter Anggita memang udah suka sejak lama sama dokter Tobi. Tapi dokter Tobi keburu dijodohin sama istrinya sekarang. Makanya nikah tiba-tiba!"

Perawat satunya terbelalak sambil menutup mulutnya, "Masak sih? Kok dia mau?"

"Ya gitu deh!"

"Gue jadi pengen liat muka istrinya kayak apa? Cakep gak sih? Anak konglomerat mana sampe bisa nikah sama dokter Tobi. Atau jangan-jangan hamil duluan?"

"Eh!!!" bisik perawat lain dengan keras, "Jangan asal ngegosip! Lu gak kenal kan dokter Tobi kalo udah marah serem tau!"

Sudah cukup! Rasa kesal Melisa yang tak terbendung membuatnya melangkah dengan cepat melintasi kedua perawat yang sedang bergosip itu sambil berdehem kuat-kuat.

Kedua perawat itu langsung menyadari dan berbelok ke koridor lain. Melisa melirik dengan tatapan membunuh dan melanjutkan langkahnya menuju kamar Theo.

"Tiap hari ke ruangan Theo? Mesra? Kemana-mana bareng?!!!" benak Melisa seperti mendidih membayangkan Tobi dan Anggita bermesraan di belakangnya.

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang