Melisa, Dian, dan Leony janjian ketemu di kantin dan Melisa adalah orang pertama yang sampai.
Melisa sedang menyedot minumannya sambil membalas pesan Mama yang menanyakan keadaan Melisa saat Caleb tiba-tiba datang dan merangkul pundaknya sambil duduk di sampingnya.
"Mel!" Senyuman Caleb sangat lebar, 2 lesung pipi yang dalam membekas di wajah tampannya.
"Hai!" dengan kikuk Melisa membalas sapaan Caleb.
"Aku rindu!" Caleb menyurukkan wajahnya ke pundak Melisa. Melisa merasa geli dan mendorong kening Caleb supaya menjauh.
"Kamu gak kangen aku ya?!" merasa kecewa, Caleb memandang Melisa dengan jarak yang begitu dekat. Membuat Melisa merasa kepanasan karena grogi.
"Ih, kamu duduknya bagusan dong, Cal! Malu diliatin orang."
Caleb mendengus kesal, namun tidak juga menurunkan tangannya dari pundak Melisa.
"Papa kamu udah sehat?" tanya Caleb. Memang sepengetahuan Caleb, Melisa lama di Jakarta karena harus merawat papanya yang sakit keras.
Melisa mengangguk sambil menyeruput minumannya. Di dalam hati dia berdoa agar Leony dan Dian segera sampai. Dia gak tau cara menghadapi Caleb sendirian.
"Kamu kurusan, Sayang!" tangan Caleb tiba-tiba mengelus pipi Melisa dengan lembut, yang justru membuat Melisa terkejut dan buru-buru menarik tangan Caleb agar menjauh dari wajahnya.
Caleb mengernyitkan dahi, dia bingung akan tingkah Melisa yang kelihatan canggung terhadapnya.
"Ada apa, Mel?" Caleb bertanya dengan sikap serius. Dia menuntut penjelasan lebih lanjut.
Melisa menunduk. Dia memang berencana untuk bicara dengan Caleb untuk memutuskan hubungan mereka. Tapi saat ini dia belum siap. Dia sama sekali belum menyiapkan kata-kata dan hati.
"Nggak apa-apa kok!" Melisa berusaha tersenyum, "Kamu gak makan?"
"Yakin?" mata Caleb masih penuh selidik.
Melisa mengangguk cepat. Bagaimanapun, memutuskan seseorang harus dengan rencana yang matang. Dia harus segera berkoordinasi dengan Leony dan Dian secepatnya.
"Skripsi kamu gimana?" Melisa berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gitu deh. Masih ngajuin judul. Pusing! Judul yang aku ajuin ditolak semua." Caleb menggosok wajahnya dengan kedua tangan. Dia benar-benar stress mengerjakan skripsinya saat ini. Hati Melisa mencelos, haruskah dia menambah beban pikiran Caleb saat ini?
"Pulang kuliah, kita jalan yuk! Aku bener-bener kangen sama kamu." bujuk Caleb, nada suaranya benar-benar menggoda.
Melisa kelabakan, dia ada janji dengan Tobi sore ini. Apa alasannya supaya Caleb nggak curiga?
"Hm, lain kali yah Cal! Aku harus nemuin dosen minta tugas tambahan supaya nilaiku ga anjlok. Kan kamu tahu aku sebulan gak masuk kuliah."
Caleb mendengus kesal, "Padahal aku butuh kamu, Mel. Kamu itu obatku! Aku benar-benar frustasi sekarang!"
Melisa tersenyum canggung, Caleb memang sangat manja saat bersamanya, "Sorry." ucapnya.
"Kalo aku yang main ke rumah gimana?"
"Waduh, jangan! Hm, aku harus ngerjain tugas-tugasku mulai hari ini." Melisa benar-benar jadi pembohong ulung sekarang.
"Ya, aku bantuin!" sepertinya Caleb gak mau kompromi.
"Menjahit bustier? Emang kamu bisa?"
"Selagi sama kamu, gak ada yang aku gak bisa!"
Melisa tertawa geli melihat Caleb yang seperti anak kecil yang sedang negosiasi untuk mendapatkan boneka kesayangannya, "Bisa bantu apa, coba? Menjahit? Menggunting?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUARDIAN ANGEL
Roman d'amourMelisa sudah berpacaran dengan Bentala Bumi selama 3 tahun. Namun keputusan Ben untuk melanjutkan study ke Aussie membuat Melisa patah hati. Di awal perkuliahan sebagai mahasiswi baru, Melisa bertemu Tobi Jaya Amerta, seorang dokter yang sedang meng...