3

391 15 0
                                    

"Mari kita sambut peserta nomor 3, MELISA INDRAYANI!!!" suara MC menggelegar sampai membuat kuping Melisa berdengung.

Untung saja hukuman Melisa cukup ringan dibandingkan peserta sebelumnya yang dihukum menyatakan cinta ke senior atau menantang salah satu dosen untuk adu panco.

Melisa tidak punya tenaga untuk itu. Dia baru ingat, selain lupa memakai kaos kaki liris-liris, ia juga lupa menghabiskan nasi goreng sarapannya.

Dan ia mengutuk isi kepalanya untuk itu.

Hukuman Melisa hanya menyanyikan lagu dangdut di tengah lapangan yang penuh manusia. Angkatan mahasiswa baru, barisan senior dengan almamater mentereng, staff kampus dan para dosen yang duduk manis menunggu pertunjukan selanjutnya.

Setelah puas menertawakan dua peserta sebelumnya, mereka butuh asupan lawakan baru sekarang juga.

Melisa lantas menatap ratusan mata sambil melap keringat di telapak tangan ke rok hitamnya.

Ia bisa merasakan pankreasnya kini melorot sampai ke dengkul.

"Oh Tuhan, bisa tidak aku pingsan saja!" doanya dalam hati.

"MEL-LI-SA! MEL-LI-SA!" senior yang nyambi jadi MC memprovokasi penonton, dan dibalas dengan yel-yel namanya.

Seperti banteng di tengah arena.

"You can do this, Mel!" Melisa mengangguk memutuskan. Tanduk khayalan sudah mengkilat di atas kepalanya.

Meremas mic kencang, ia melantunkan nada pertama.

"Kala kupandang kerlip bintang nun jauh di sana...."

"WWUUOOOOO!" suara gemuruh penonton bercampur dengan tepuk tangan dan siulan liar.

"Saat ku dengar melodi cinta yang menggema..."

Memasuki bait kedua, situasi sudah semakin panas. 4 senior pria sudah maju ke depan sambil berjoget.

"GOYANG DONG!"

"MANA GOYANGNYA!!!"

Silaunya matahari menghalangi pandangan Melisa. Ia tidak bisa melihat darimana sorakan itu berasal.

Pelipisnya berdenyut.

"...bagai ciuman yang pertama...."

Ugh, Melisa mulai merasakan pandangannya berputar.

MC gadungan kembali meneriakkan hasutan, "AYO DIGOYANG!"

Dan hadirin yang tak memiliki belas kasihan itu kembali menyorakinya.

Pipinya panas, keringat mengucur di keningnya. Menari di depan pentas tak ada apa-apanya dibandingkan ini.

Melisa mencoba menggoyangkan pinggangnya yang sudah tremor sejak awal.

Lalu Tuhan yang Maha Penyayang mengabulkan doanya.

BRUKKKK.

Melisa roboh.

Ia tidak dapat merasakan bobot badannya sendiri, pandangannya berkunang-kunang, buram.

Suara riuh rendah terasa menjauh. Banyak sekali wajah di depannya, namun semakin memudar, semakin jauh.

Melisa berusaha menggapai. Ia ingin bangkit. Tapi ia tidak bisa merasakan tangannya, kakinya.

Ia semakin panik.

"Hey, sssshhhh... just relax, ok?"

Ia mencari-cari arah suara itu di antara hiruk pikuk suara bising lainnya.

Sayup-sayup.

"Tenang, you're fine, everything is fine."

Suara itu berpusat pada satu siluet di hadapan Melisa. Silau.

Melisa seakan mengenalnya. Mengenali suara itu. Mengenali bayangan itu.

"My guardian angel?" Melisa bertanya-tanya dalam fikirannya, "Is that You?"

Ia menangkap sesosok putih samar-samar. Ia mencoba menggapainya. Tapi semakin ia mencoba, bayangan putih itu semakin memudar.

Ia tak mau hilang. Tidak. Belum.

Melisa menyerah.

Sedetik kemudian kegelapan utuh menyelimuti Melisa.

Sedetik kemudian kegelapan utuh menyelimuti Melisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang