Penutup

441 22 5
                                    

Rumah besar itu terlihat ramai oleh suara pekikan dan tawa orang-orang yang riuh rendah. Canda tawa bergema di sekeliling ruangan di mana orang-orang lalu lalang dengan senyuman yang terkembang di wajah masing-masing.

Di ruang depan, Achava sedang dikelilingi oleh Papa Bram, Papa dan Mama Melisa yang tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah bayi yang sibuk merangkak ke sana kemari dengan gesit.

Sedangkan di ruang makan, meja yang besar penuh dengan aneka makanan. Tiffany, Theo, Leony dan Dian sedang membuat dimsum sambil asyik bertukar cerita. Sesekali terlihat Theo memakan cemilan yang terhidang yang hanya membuat gelak tawa pecah di ruangan itu.

Wajah Bi Suci terlihat sumringah melihat suasana rumah yang ramai oleh suara tawa. Mbak Dwi dan Mbak Laras yang hilir mudik membantu dengan cekatan pun tak luput dari senda gurau anak-anak itu.

Di lantai atas Tobi sedang mengecat kamar dengan warna pastel sesuai permintaan Melisa. Melisa yang sibuk merapikan barang-barang Tobi terlihat fokus memilah mana yang akan ditempatkan di kamar mereka atau diletakkan di ruang kerja Tobi.

Kamar Tobi sebelumnya telah mereka ubah menjadi ruang kerja. Sedangkan kamar yang Melisa tempati telah menjadi kamar pengantin mereka yang tertunda.

Sebenarnya mudah saja bagi Tobi untuk menyerahkan urusan cat - mengecat ini pada tukang. Tapi baginya, setiap detik yang bisa ia habiskan dengan melihat istrinya yang cantik dan mungil itu membuatnya rela mengecat seluruh rumah di muka bumi ini.

Suara pekikan diiringi tawa dari lantai bawah membuat Melisa ikut tersenyum. Tobi meliriknya dengan cepat.

"Kayaknya mereka bisa kita daftarkan jadi stand up komedian." celetuk Tobi.

Melisa yang sedang memilah-milah kemeja Tobi yang akan masuk ke lemari besar mereka lantas menanggapi dengan santai, "Lantas kamu yang jadi managernya?"

"Tentu! Bayaran mereka pasti besar karena candaan mereka gak habis-habis." balas Tobi.

"Terus bayarannya mau diapakan? Kamu gak kasihan mengkomersilkan adik-adikmu dan teman-temanku?" goda Melisa sambil melirik suaminya yang hanya memakai kutang yang membuat Melisa merasa bergetar hanya dengan melihat otot Tobi yang menonjol basah oleh keringat.

Tobi meletakkan kuas dan berbalik menghadap Melisa, "Uangnya bisa kita pakai untuk biaya bulan madu!"

Melisa tergelak melihat candaan Tobi yang tak masuk akal, "Oh akhirnya kita akan pergi berbulan madu juga!"

"Kenapa? Emang kamu gak suka dengan bulan madu kita?" mata Tobi mendelik nakal ke arah Melisa.

"Hmmm.... gimana ya?"

"Gimana apanya?!" Tobi mulai terlihat serius, senyuman nakal hilang dari bibirnya. Ia begitu takut Melisa kecewa dengan pernikahan mereka.

"Pengantin mana yang membayangkan malam pertama di ruangan abu-abu gelap dengan buku-buku sebagai alasnya?" Melisa sungguh-sungguh berusaha menahan tawa yang menggelitiki perutnya.

"Oh, jadi kamu ingin mengulang malam pertama kita?"

Tobi sadar Melisa hanya menggodanya. Dia bangkit dari duduknya perlahan-lahan seperti singa yang siap menerkam. Melisa sudah merapat ke tembok menahan rasa geli membayangkan apa yang akan Tobi lakukan pada dirinya.

"Katakan, kamu mau bulan madu yang seperti apa?" tanya Tobi sambil berjalan perlahan ke arah Melisa.

"Ke Maldives mungkin, atau Bali! Dengan tempat tidur penuh bunga...."

"Oh, itu gak akan berhasil, percayalah. Aku sudah pernah mencobanya!" Tobi merangkul pinggang Melisa yang tertawa kecil. Benar saja. Malam pertama sehabis pesta pernikahan mereka dengan tempat tidur penuh bunga hanya berakhir dengan bencana.

"Atau bertabur uang juga boleh!" ujar Melisa sambil tertawa. Ia menertawakan dirinya yang pernah dicap matre karena menikahi Tobi.

"Sayang, kau menikah dengan dokter yang masih sekolah. Aku bahkan belum punya gaji." balas Tobi sambil menciumi leher Melisa yang jenjang.

"Kalau gitu, pakai gajiku saja."

Tobi mengangkat kepalanya menatap Melisa, "Kamu serius ingin terus mengajar?"

Melisa mengangguk, "Aku udah terlanjur jatuh cinta pada anak-anak itu."

"Kamu memang sangat suka sama anak-anak ya?"

"Sangat! Aku bermimpi punya anak yang banyak. Aku ingin rumah ramai dengan gelak tawa mereka, dan kita gak pernah lagi kesepian." jawab Melisa tegas.

Tobi tersenyum melihat tekad istrinya, "Kalau gitu, kita harus mulai menyicilnya dari sekarang, Sayang." ia membenamkan lagi wajahnya ke leher Melisa dan menciuminya gemas.

Melisa tergelak kegelian, ia mencoba mendorong Tobi supaya menjauh, tapi sia-sia. Suaminya itu sudah kehilangan akal.

"Kau gila.... awas ih! Tobi! Rumah lagi ramai!"

"Terus kenapa?" Tobi menghentikan ciumannya dan memandang Melisa.

"Ga enak kalo diliat mereka, ih!"

"Kita kan sudah menikah! Mereka pasti maklum!" balas Tobi sengit. Tapi sudut bibirnya melengkungkan senyuman nakal tertahan.

"Kamu kenapa jadi genit gini? Bilang, siapa yang ajarin kamu jadi genit?"

Tobi tergelak, "Kamu ga ingat, kamu yang ngajarin aku?"

Melisa tertawa. Ia tak mungkin lupa bagaimana gemetarnya Tobi saat dirinya mencium pria itu untuk pertama kali.

TOK TOK TOK!

Candaan mereka terhenti saat pintu kamar diketuk dari luar. Serentak mereka menoleh ke pintu.

"Ya?" Jerit Melisa. Jika dulu Melisa akan refleks mendorong Tobi menjauh, kali ini ia masih menyandarkan kepalanya ke dada Tobi dengan nyaman.

Pintu perlahan terbuka, nampak Mba Laras menunduk malu-malu, "Non Mel, ada tamu." Mba Laras berbicara sambil menatap ke arah lain.

Melihat Mba Laras menjadi kikuk seperti itu karena melihat kemesraan mereka, Tobi dan Melisa melonggarkan pelukan dan berdiri dengan sikap tegak. Tobi bahkan mencoba meraih kuas kembali.

"Siapa Mba?" tanya Melisa. Ia merasa teman-temannya yang tahu tempat tinggalnya hanyalah Dian dan Leony. Teman-teman sekampusnya tidak sedekat itu untuk tahu masalah pribadi.

"Namanya Ben, Non!" Melisa terkesiap.

Melihat sikap istrinya yang berdiri kaku di tempat, Tobi bisa menebak siapa tamu itu, "Oh, shit! Here we go again!"

-END-

Dear, Pembaca.

"My Guardian Angel" adalah cerita pertamaku.

Terimakasih atas dukungan kalian yang udah menyemangatiku untuk menyelesaikannya.

Ku harap, kalian menyukainya.

Dan mau memberi kritik dan saran bagiku.

Aku berharap, kisah cinta kalian akan semanis kisah Tobi & Melisa.

Kalian selalu di hatiku.

~ Fivevious ~

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang