Vote and comment nya Bund...
Gratis lhooo____
Sosok itu menjambak sendiri rambutnya, terisak pelan di keheningan malam. Tak akan ada siapapun yang peduli atau menemukan nya. Dia duduk di atap Istana Jade yang tak pernah di kunjungi siapapun, karena memang istana itu hanya di khususkan untuk tamu diplomat yang akan menginap.
Harry aman sendirian di sini.
"Haah... Bodoh, kau benar-benar bodoh ya Harry?" Monolog nya sembari menatap langit dengan taburan bintang yang seakan mengurung dia. Bagaimana bisa dia sekejam itu pada orang yang sudah memiliki hati nya?
Air mata terus mengalir, dan dia tak berniat untuk menghapus. Setidaknya biarkan dia menikmati rasa sakit ini. Tentang kisah cintanya yang kandas, tentang semua kebohongan nya, tentang semua yang pernah mereka lakukan bersama. Harry ingin mengenang semua untuk yang terakhir kali.
"Kau yang akan jadi ksatria pribadi ku? Yang benar saja, bahkan aku ragu kau bisa bermain pedang."
Kira-kira seperti itu kalimat pertama yang Tuan Muda nya ucapkan ketika mereka pertama kali bertemu. Sosok angkuh dalam balutan pakaian resmi kerajaan nya saat Harry hendak mengucap sumpah ksatria nya. Sama seperti first impression orang lain terhadap Pangeran Malfoy itu, ingin sekali dia menonjok wajah Draco dan pergi dari sana. Tapi jika begitu, sia-sia saja perjuangan nya mengikuti latihan militer kerajaan selama 3 tahun.
Namun, saat itu dia mulai menyadari. Draco tak seburuk yang orang lain kira.
"Aku membenci hidup ini, tapi aku tak pernah membenci mu."
Memori itu berganti, menjadi sebuah kenangan lain yang juga begitu berharga baginya. Ah, semua tentang Draco adalah sesuatu yang istimewa. Apapun itu. Pangeran itu dulu pernah dihukum oleh sang Kaisar dengan 50 kali cambukan, karena hal sepele. Masih teringat jelas ketika Harry merengkuh tubuh lemah Draco dan menangis dalam pelukan nya. Bagaimana tangan itu mengusap air mata dan menenangkan nya. Mengatakan semua baik-baik saja dan cambukan itu bukan apa-apa.
Dan, saat itu adalah pertama kali bagaimana bibir mereka bersentuhan.
Harry Potter, aku menyukai mu!"
Ah, suara lama itu menggema dalam kepala nya. Sudah lama sekali, ketika mereka sedang berburu di Savernake Forest, dan sedang beristirahat di tepi sungai. Harry yang tiba-tiba membungkus perban di lengan Draco tentu sangat terkejut dengan pernyataan tanpa persiapan sang pangeran. Kala itu, dia yakin pipi nya langsung berubah merah. Masih terngiang jelas pula bagaimana Draco berjuang untuk meyakinkan pemuda ini untuk menerima cintanya. Memaksanya untuk menemani jika Draco ada pekerjaan hingga larut malam, merawat Harry jika pemuda itu jatuh sakit. Dan akhirnya Draco berhasil, pangeran itu berhasil membawa seluruh hatinya. Kisah lama yang sangat manis, juga pedih secara bersamaan.
Dadanya sakit, sungguh... Lebih baik dia menghadapi ratusan monster ataupun makhluk buas daripada merasakan rasa sesakit ini. Air matanya masih tak berhenti turun, dam Harry masih tak berniat untuk menyelesaikan acara menangis nya. Sudah lewat tengah malam, itu berarti perjalanan nya di mulai besok. Hanya ada waktu satu hari lagi sebelum dia berpisah dengan apapun yang ada di istana ini. Berpamitan juga pada mereka yang selama ini setia pada nya. Dan mungkin, menitipkan sepucuk surat untuk Draco, walau dia yakin... Pangeran itu sudah tak ingin lagi bertemu atau mendengar segala sesuatu tentang nya.
"Draco..."
Bibir plum itu lirih membisikkan sebuah nama yang mungkin bisa di dengar oleh semesta. Meminta malam dan angin untuk menjaga separuh jiwa nya di sini. Mendoakan kebahagiaan, kesejahteraan, dan cinta yang mungkin bisa lebih besar dari cinta nya. Dia berharap Draco menemukan seorang putri cantik yang bisa mendampingi nya seperti Harry menemani Draco selama ini. Mendengar kan seluruh keluh kesah dan kegundahan Draco tanpa menyela ataupun bertanya lebih jauh, hanya mendengar dan menemani. Serta memberikan nya sebuah pelukan menenangkan. Seperti yang di lakukan Harry kepada pria dengan tatapan perak memukau itu. Hanya itu, jika ada seseorang yang bisa menggantikan Harry melakukan itu semua, dia akan meninggalkan Draco dengan lapang. Walau hati nya tentu saja meronta tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Got Away | DRARRY [REVISI]
FanfictionDraco tersenyum tipis. Bukan senyum menghina atau sarkas seperti yang biasa dia tunjukkan. Benar-benar senyum tipis yang tulus. "Aku sudah berjanji kan? Aku akan membuatmu ingat lagi tentang ku." Itu adalah kalimat paling konyol pertama yang pernah...