Before The Story 0.0

4.5K 665 181
                                    

Vote+comment nya Bund jangan lupaaa 😌

_________

Now playing
Arcade - Laurence Duncane

•••

A broken heart is all that's left
I'm still fixing all the cracks
Lost a couple of pieces when
I carried it, carried it, carried it home

Setahun berlalu, dan selama itu juga Draco selalu menutup dirinya. Menjauh dari siapapun dan lebih memilih mengurung dalam gelap. Hari nya gulita, bagaimana tidak? Jika sinar mentari nya di bawa pergi entah kemana.

Selama itu pula, berbagai paksaan dari Sang Kaisar agar dia memilih seorang putri dari negara lain untuk dijadikan permaisuri dia acuhkan begitu saja. Draco bukanlah sosok arogan dan egois yang selama ini mereka kenal. Semenjak pasukan berangkat perang, dia hanya duduk mengurung diri di ruang kerja dan jarang keluar. Makan pun hanya sehari sekali, jika Queen Narcissa memaksa nya. Selebihnya?

Dia seperti mayat hidup yang kehilangan nyawa. Hanya menunggu agar waktu berbaik hati mengembalikan kekasih nya ke sini.
Hati nya remuk, jangan di tanya. Entah potongan nya menyebar kemana, yang jelas hati itu tak lagi utuh.

Tok! tok! tok!

Suara pintu di ketuk itu juga tak berhasil mengalihkan atensi nya dari pemandangan luar jendela. Hingga terpaksa si pengetuk menerobos masuk tanpa izin lagi. Oliver Wood, sang pemimpin ksatria tertinggi datang menghadapnya.

"Yang Mulia, pasukan telah kembali dari medan perang!" Lapornya tegas.

Draco langsung menoleh antusias. Berjalan cepat menghampiri pria itu. "Mereka sudah kembali?" Tanya nya memastikan. "Mereka sudah kembali kan? Mereka semua selamat bukan? Kalau begitu mana Harry? Mana dia?" Pertanyaan itu langsung membuat Oliver menunduk, mengepalkan tangan nya erat. Ruangan itu langsung hening, pria ini hanya diam dan menunduk, tak memberikan jawaban apa apa.

"Jawab aku, sir Wood. Harry tak apa-apa kan? Di mana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengan nya!" Bentak Draco tak sabar, di guncang bahu komandan sayap kiri pasukan itu, meminta nya agar menjawab pertanyaan yang setahun ini hampir membuat nya gila.

Oliver menarik napas dalam-dalam, bahkan dapat di lihat sebulir air mata mengalir melewati pipi kiri nya. Dia sudah tahu bahwa anak didiknya dan pangeran ini memiliki hubungan khusus, dan jelas Draco harus tahu apa yang terjadi. Maka berat hati, dia membungkuk dalam-dalam. Menyiapkan suara nya agar tetap stabil. Tak tega memandang iris kelabu penuh harap itu.

"Sir Wood? Mengapa kau diam saja? Ah, Harry pasti berada di kamarnya kan? Kalau begitu aku akan menyusulnya sekarang. Benar kan?" Tanya nya masih terlalu antusias.

Tidak. Draco tidak sebodoh itu tak mampu mengartikan tatapan pilu Oliver. Dia tahu ada yang salah dengan keadaan ini. Dia tahu Harry-nya kenapa-napa. Tapi dia menolak, dia tak ingin mengakuinya. Draco menutup mata dari fakta yang terselubung di balik mata sang komandan itu.

.

.

.

"Lapor Yang Mulia, ksatria Harry Livandium James Potter... Telah gugur di medan perang."

I'm afraid of all I am
My mind feels like a foreign land
Silence ringing inside my head
Please, carry me, carry me, carry me home

The One That Got Away | DRARRY [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang