Verde 2.0

4K 631 99
                                    

VOTE SAMA COMMENT NYA WAHAI MAKHLUK BUMI....

___

Third Year of Hogwarts

Penyambutan murid baru seperti biasa sangat ramai dan meriah. Namun ada yang berbeda dengan raut wajah Harry, dia tampak lesu dan entahlah, seperti kehilangan tenaga. Mungkin karena pingsan di kompartemen tadi sedikit membuat tubuh nya tak sehat.

"Hei Potter, ku dengar kau tadi pingsan?"

Suara itu malah semakin membuat nya malas untuk hadir. Percuma memiliki wajah tampan dan darah bangsawan jika selalu mengganggu orang lain.

Apa?

Harry sendiri tahu kalau Draco tampan, hanya orang buta yang tak mengakui itu. Dan Harry masih bisa melihat dengan jelas -memakai kacamatanya-. Tapi maaf saja, dia tak pernah tertarik dengan orang itu. Lebih baik membantu Hagrid dengan kebun nya daripada berada satu ruangan dengan si anak manja Malfoy itu.

"Apa jadinya kalau semua orang tahu bahwa si hebat Harry Potter baru saja pingsan?" Tawa nya mengundang perhatian banyak orang. "Hei scarhead, ayo kita bertaruh. Aku akan memberitakan hal ini ke Daily Prophet, dan kita lihat seberapa lama berita itu dimuat di halaman utama?" Godanya lebih jauh.

Lelaki itu menekan garpu nya gemas. "Tak bisa kah kau diam dan berhenti menggangguku? Aku mencoba menikmati makanan ku disini!" Dengus nya kesal.

Draco tersenyum sombong. "Tidak." Jawabnya sangat mantap. Dan itu membuat Harry semakin jauh lebih kesal. Jika saja tiga kutukan terlarang itu boleh dia gunakan, akan dia layangkan salah satunya ke bocah pirang itu.

"Why?"

Kali ini Draco tak menanggapi nya, kembali fokus dengan makanan di piringnya. Tak berapa lama kemudian, komplotan Slytherin yang ikut mengompori nya juga menghilang. Ah, akhirnya dia bisa mengisi perut dengan tenang.

Namun seperti nya hanya angan-angan, ketika Draco mendongak kan kepala dan menatap lurus ke lautan hijau emerald indah itu. Tersenyum tipis tanpa bisa Harry artikan. "Ekspresi mu saat kesal itu... Aku menyukai nya."

Blush!

Harry menatap tajam Draco dengan pipi yang merona. "Shut the F*ck Up, Malfoy!"

•••

Surai platina itu tampak lebih indah ketika terkena sinar mentari pagi. Siapapun berani bertaruh, tak akan ada yang bisa memungkiri pesona anak tunggal dari keluarga Malfoy ini.

Draco menggigit apel hijau nya, menyaksikan tiga orang itu sedang bercanda di dekat air mancur. Yah, tak akan ada yang menyadari bahwa si slytherin itu sedang memperhatikan musuhnya. Hanya ada dia di sini, karena menara astronomi hanya ramai ketika pelajaran astronomi berlangsung.

Merlin, mengapa lelaki itu bisa terlihat begitu cantik? Draco mampu membayar seluruh harta nya hanya untuk bisa melihat tawa dan binaran mata emerald itu lagi. Pantas saja dirinya yang dulu cinta mati dengan anak itu. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Kalian tak salah baca, Draco memang mencintai musuhnya sendiri. Entah sejak kapan dia menyadari nya, yang jelas perasaan itu tiba-tiba saja ada.

Oh, ingatkan Draco apakah dia pernah meminum amortentia 2 tahun belakangan ini.

Pemuda itu menghela napas keras, mencengkram dadanya agar detakan jantung itu tak semakin menggila. Tapi rasanya sia-sia, toh dia memang menikmati sensasi aneh ini. Kalau di pikir-pikir, mungkin sudah ada sejak mereka menjadi rival di semua bidang. Pelajaran hingga quidditch. Memiliki posisi yang sama sebagai seeker jelas membuat mereka semakin sering adu kekuatan. Sebenarnya tidak, Harry saja yang gampang tersinggung dan gampang di pancing. Apalagi semenjak Draco mengejek sahabat perempuan nya Darah Lumpur. Oke-oke, untuk yang itu Draco mengaku kalau dia memang keterlaluan. Tapi itu tak benar-benar salahnya.

The One That Got Away | DRARRY [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang