Surrender 7.0

3.6K 577 82
                                    

Selama ini aku jarang bikin chapter yang gantung ya? Mungkin chapter depan atau dua chapter lagi.

Anyway, happy reading^^

Vote ama comment awas lupa🐍

_____

"Kau harus membantu kami Harry!"

"Membantu apa?" Harry menghentikan gerakan jarinya yang sedang mengerjakan tugas essai Sejarah Sihir. "Oh damn! Professor Binns sangat tidak masuk akal jika memberi tugas!" Keluhnya lelah. Dia sudah menyerah, akhirnya Harry menaruh pena bulu dan melipat gulungan perkamen nya. "Jadi?" Tanya nya pada Hermione.

"Kau harus mengajarkan semua mantra pada kami! Bukan hanya aku dan Ron, tapi ke beberapa anak juga."

Harry melirik Ron yang tersenyum masam dan mengedikkan bahu nya. "Well, kau tak bisa mencegah tekad seorang Gryffindor bukan?"

"Hermione itu berbahaya. Kalau kita sampai ketahuan, bisa-bisa poin asrama kita akan habis." Harry menatap lirih pada sahabat perempuan nya. "Lagipula, tak ada yang ingin aku mengajar atau mengarahkan mereka, entahlah apa namanya. Aku seorang pembohong, ingat? Tak ada yang percaya padaku." Sahutnya skeptis. Harry segera mengemas buku dan gulungan nya. Beranjak dari kursi.

"Harry please, hanya kau yang paling menguasai mantra di sini. Kau tentu tak ingin membuat para orangtua kecewa dengan hasil ujian anaknya nanti kan?" Pinta Hermione lagi. "Kita harus memberontak, Harry. Bukankah biasanya ini bagian kesukaan mu?"

Pemuda itu menatap kedua teman nya, menghirup napas panjang. "Fine, I'll do it. Tapi aku tak akan ikut-ikut untuk mengumpulkan anak-anak yang lain." Ia mendengus, lalu naik lagi ke kamarnya.

Dia tak akan menyangkal bahwa apa yang di katakan Hermione memang benar. Semenjak ada Umbridge, seluruh sekolah menjadi kacau. Sangat kacau. Murid-murid dan guru di larang mengayunkan tongkat. Bahkan kelas transfigurasi tak mampu berjalan normal karena para murid tak bisa mengayunkan tongkag mereka. Kemarin juga, Fred dan George yang bermain bola api di Courtyard tiba-tiba terkejut degan kehadiran monster pink yang menarik bola itu ke dalam tongkat nya.

Setiap hari peraturan selalu bertambah, jam malam di majukan, social distancing antara laki-laki dengan perempuan. Ini sekolah sihir atau pondok pesantren?!

Dia membongkar lemari pakaian nya, mencari baju yang cocok untuk Me Time sore nya. Lemari nya hampir kosong, dan dia ingat bahwa semua baju nya masih di laundry. Hanya ada sweater rajut turtle neck hitam yang biasanya hanya dia pakai ketika berjalan-jalan di malam hari, baju yang sama dengan yang di pakai ketika mendengar Malfoy bernyanyi.

Blush!

Pipi nya memerah sendiri saat mengingat betapa memikat nya Draco pada malam itu, sosok nya yang di naungi rembulan malam, membuat nya semakin mempesona. Terlebih ketika bibir itu menyenandungkan nyanyian kemarin.

Bibir...

Merlin! Mengapa dia mengingat ciuman tak sengaja ketika tahun ke empat itu?!

Oh, apakah bisa di bilang ciuman? Bibir mereka hanya bersentuhan karena Harry yang begitu ceroboh menarik tangan nya terlalu tiba-tiba hingga membuat Draco ikut jatuh bersama nya.

Ah sudahlah, toh itu hanya angin lalu.

•••

Harry mempercepat langkahnya menaiki tangga licin owlery tower, langsung mencari dimana Hedwig si burung hantu cantik nya berada. Semoga saja burung hantu salju itu tak sedang mencari makan. Oh, untunglah tidak. Lihat, Hedwig sedang bersantai dengan dua ekor tikus di dalam kandangnya. Baru selesai berburu, mungkin. Pemuda itu segera menghampiri burung yang telah setia menemani nya sejak tahun pertama tersebut, mengelus bulu lembut Hedwig hingga winter owl itu mendengkur. "Hello there, fellas. Cepat habiskan makanan mu. Aku ingin kau mengantarkan surat ini untuk Sirius."

The One That Got Away | DRARRY [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang