Like and comment yeorobunnnn. Ntar di datengin badarahuwi lhooo🙏🏻
-
Harry tersenyum lembut, mengelus rambut arang putra sulungnya. "Ceritanya sudah selesai, Yang Mulia. Anda harus tidur sekarang."
Albus merengut, malah semakin melorotkan selimut menggunakan kakinya. "Ibu aku tidak suka dipanggil begitu!" Protesnya merujuk. Harry terkekeh pelan, dua anaknya memang sama saja. "Lagipula kan nanti, aku tidak lagi menjadi anggota kerajaan. Jadi berhentilah memanggilku begitu."
"Iya, nanti jika anda sudah resmi menjadi bagian keluarga Potter, saya akan memanggil anda berdua dengan nama." Balasnya ringan. "Anda masih menjadi bagian dari kekaisaran, saya tak mungkin sembarangan memanggil nama anda begitu saja, Yang Mulia."
Anak itu lagi-lagi mencibir, langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Harry. Ya, dia memang merajuk sekarang. Bisa kalian tebak siapa yang menurunkan sifat itu pada Albus. Pemuda tersebut tertawa kecil, menutup buku cerita milik Albus dan mengusap helaian rambut sulungnya lagi. Memberikan satu kecupan hangat di pucuk kepala anaknya.
"Selamat tidur, Albie. Ibu sangat mencintaimu."
Albus langsung berbalik badan, kembali duduk dan mencium pipi Harry. "Selamat tidur juga, Ibu. Aku juga menyayangi Ibu." Balasnya lalu membenarkan posisinya menjadi tidur lagi. Lelaki itu mengangguk, mengusap dahi si sulung hingga Albus benar-benar terlelap dalam mimpi.
Harry berbalik, menatap anak keduanya yang masih fokus dengan buku setebal dosa umat. Dia meringis, memikirkan betapa berat hari-hari yang telah putra nya emban sebagai penerus tahta. Ia perlahan berjalan mendekati Scorpius, menyalakan lampu tidur di atas nakas.
"Ibu?" Tanyanya yang terlihat terkejut dengan lampu tidur yang tiba-tiba hidup.
"Tidak baik membaca dalam keadaan gelap, Putra Mahkota. Ini sudah larut, tidakkah anda sebaiknya tidur?" Tanya Harry lembut, dia mengambil tempat di tepi ranjang Scorpius, mengusap punggung tangannya.
Scorpius menghela nafas panjang, "besok aku ada pembelajaran strategi perang, Bu. Setidaknya aku harus tahu pengetahuan dasarnya."
Harry tanpa banyak bicara langsung mengambil buku yang anak itu baca, menutupnya dan menaruh di atas nakas putra bungsunya. "Tidurlah, besok sebelum kelas ibu akan mengajarkan mu tentang semua strategi perang yang ibu ketahui." Papar Harry sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh Scorpius hingga pinggang, karena anak itu masih duduk dan bersandar pada head board ranjangnya.
"Syukurlah Albus bisa cepat memahami keadaan mu, padahal anak itu memiliki pemikiran yang dangkal." Scorpius tersenyum miring, menatap manik emerald milik ibunya. "Mungkin dia berpikir, bahwa jika dia menerima dan memaafkan mu, dia bisa mendapatkan kasih sayang yang selama ini diidamkannya."
Lelaki itu tersenyum hangat, menatap lurus pada Albus yang sedang mendengkur nyenyak sekarang. "Dan dengan senang hati aku akan memberikannya." Ia menoleh pada Scorpius yang ternyata juga tengah menatap kakaknya. "Terima kasih, Scorpius."
Anak itu mengerutkan dahi, "untuk?"
Harry menarik nafas dalam, tubuhnya bergerak untuk memeluk Scorpius erat, mengusap punggung si bungsu begitu hangat. "Untuk segalanya. Terima kasih karena bertahan sejauh ini, terima kasih karena kau telah menjaga kakakmu dengan baik. Maafkan Ibu dan Ayah yang membuat kalian menderita selama ini. Maaf karena kami belum bisa menjadi orang tua yang selama ini kalian impikan."
Scorpius menggeleng, ini bukan salah ibunya. Hanya takdir yang tak ingin melihat mereka tertawa bersama. Harry jelas tak ingin meninggalkan mereka. Jika dia bisa meminta pun, dia sangat ingin menemani tiap tumbuh kembang buah cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Got Away | DRARRY [REVISI]
FanfictionDraco tersenyum tipis. Bukan senyum menghina atau sarkas seperti yang biasa dia tunjukkan. Benar-benar senyum tipis yang tulus. "Aku sudah berjanji kan? Aku akan membuatmu ingat lagi tentang ku." Itu adalah kalimat paling konyol pertama yang pernah...