Author's POV
Matahari sudah mulai naik keatas langit perlahan - lahan, bunyi burung - burung bersiul pun menambahkan kesan ramai agar penduduk bumi segera terbangun dan kembali melakukan aktivitas.
Cahaya matahari masuk ke sela - sela jendela kamar Adel yang tidak tertutup dengan rapat dengan gorden. Ia mengerjapkan mata karena merasa tidak nyaman, berdengus pelan dan mengembalikan kesadarannya sebelum bangkit dari ranjangnya. Ia merenggangkan otot - ototnya sebelum bangkit dari kasur. Tidak lupa ia membersihkan serta merapihkan ranjangnya sebelum keluar dari kamar.
Setelah selesai semua, ia berniat untuk keluar kamar untuk meminum air putih sebelum melakukan ritual mandinya yang panjang, Namun, saat keluar dari kamar, ia tersentak kaget merasakan telah menendang sesuatu yang berada tepat didepan kamarnya.
Dan ternyata yang ia tendang adalah sebuah bucket bunga yang diatasnya ada tulisan dan sebuah kalung. Matanya membulat sempurna dan terkaget. Ia bingung ini milik siapa. Tapi di bucketnya ada tulisan ini untuknya. Dia merasa bingung, ia kembali mengingat apakah semalam ada bucket didepan kamarnya ini, tapi nihil dia pun tidak merasakan bahwa ada sesuatu apalagi bucket ini didepan kamarnya.
Kemudian ia memilih berlari ke kamar Edward, dan ketika ia membuka matanya telah tampak Edward berpakaian rapih menggunakan kaos polo putih berkerah dan celana pendek hitamnya. Adel semakin bingung, ia merasa bahwa ini adalah hari biasa dan harus bekerja. Tapi, mengapa bosnya ini malah memakai pakaian santai seperti ini?
"Apa yang kamu lihat Adel?" tanya Edward membuyarkan lamunan Adel.
"Um itu didepan kamarku ada bucket dan kalung itu punya siapa, Ed?" tanya Adel.
"Punyamu," jawab Edward santai.
"Loh dari siapa?" tanya Adel kembali.
"Dari saya, kamu suka?" Edward balik bertanya.
"Loh kok aku? Aku kan gak lagi ulang tahun Edward." katanya dengan polos.
Edward menghampiri Adel dan memeluk badannya. Dia tidak mengatakan sepatah katapun, hanya memeluk sambil mengayunkan badannya ke kanan dan ke kiri. Adel hanya bisa terdiam dan menghirum aroma maskulin di tubuh Edward. Aroma tubuh yang menjadi hal yang paling Adel semakin suka setiap harinya. Adel membenamkan wajahnya di dada bidang Edward.
"Loh, kok kamu gak pakai setelan kerja?!" tanya Adel tiba - tiba melepaskan pelukan.
"Males kerja," kata Edward santai.
"Ed, ini bukan tanggal merah ataupun hari libur ya," kata Adel mengingatkan.
Edward hanya mengangguk, lalu memeluk badan Adel kembali.
"Wait Ed wait ih. Kamu lagi kenapa sih?!" tanya Adel tidak sabar.
"Ya tidak mengapa," jawabnya santai lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
RandomHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...