CHAPTER 8

12.8K 268 4
                                    

WARNING!!!

Ini part bener - bener 🔞 banget. Jadi, yang umurnya dibawah 17 tahun mending minggat duluan deh. Tapi, kalau batu juga, terserah. Saya tidak menanggung.

-----------------------------------------------------------

AUTHOR’S POV

Amanda berjalan keluar kamar dan menghapiri pelayan. Berbeda dengan Edward, Amanda memberikan senyum terbaiknya kepada pelayan.

“Nyonya, seluruh perlengkapanmu semuanya ada didalam tas ini.” Kata salah satu pelayan dan memberikan tas yang berisi perlengkapan untuk Amanda.

“ah, terima kasih. Maaf aku sudah merepotkan kalian semua.” Kata Amanda meraih tas yang diberikan.

Ia segera ke kamar mandi yang ditunjukkan oleh pelayan yang bernama Desi. Ya, mereka baru berkenalan. Amanda memang sosok yang cepat akrab dengan siapapun tanpa melihat status social. Berbeda dengan Edward dia bersikap bossy.
Berbicara soal Edward, dia telah selesai dari kegiatan bersih – bersihnya. Dia memakai kaos polo putih dan celana pendek. Dia keluar dari kamarnya dan mencari Amanda. Desi mengatakan bahwa Amanda tengah mandi, dan ia hanya ber-oh ria saja.

Edward memilih duduk di sofa ruang tv dan menanti Amanda keluar dari kegiatannya. Tak lama, Amanda keluar dari kamar hanya menggunakan kaos polos tipis dan hotpants. Dia tidak memikirkan bahwa dia tengah bersama dengan macan yang bisa kapan saja menerkamnya.

Edward yang menyadari bahwa Amanda telah selesai dari acara bersih – bersih nya, melamun menatap Amanda dari atas sampai kebawah. Sampai lamunan itu di buyarkan oleh deheman dari Amanda. Ia duduk disebrang Edward dan hanya berdiam diri.

Lalu, Desi menghampiri mereka untuk memberi tau mereka bahwa kamar telah siap untuk ditempati. Setelah itu, Desi izin pamit ke belakang dan memberi tau bahwa jika membutuhkan sesuatu ia ada di dapur.

“mari ke kamar, kamu harus istirahat. Saya juga harus istirahat.” Kata Edward bangkit dari sofa dan melangkah ke kamar.

Amanda hanya mengangguk dan mengikuti Edward masuk ke kamar. Lalu, Edward mengunci pintu kamar. Bukan berbaring dan istirahat, Amanda duduk di meja rias dan merapikan rambutnya. Menatap dirinya di cermin dan ia juga memperhatikan Edward.

Edward naik ke atas Kasur dan bersandar dikepala ranjang. Ia mulai membuka iPadnya dan mulai memeriksa e-mail yang masuk dari perusahaannya. Amanda menghampirinya dan duduk disebelah Edward.

EDWARD’S POV

Saya membuka iPad saya dan mulai mengecek semua pekerjaan yang masuk ke dalam e-mail saya. Namun, sudut mata saya terus memandang ke arah meja rias dimana Amanda merapikan rambutnya. Dia terlihat sangat cantik jika rambutnya dibiarkan tergerai seperti itu. Apakah semua wanita akan terlihat cantik jika rambutnya dibiarkan seperti itu. Entah lah saya tidak mengerti mengenai wanita.

Ranjang yang bergoyang membuat lamunan saya buyar seketika. Tanda bahwa ada yang naik ke atas ranjang dan saya lihat Amanda sudah duduk di samping saya. Mengamati iPad yang saya pegang dan terdiam. Saya tidak tau apa yang ia lihat dan apa yang sedang ia pikirkan.

“ada apa?” tanya saya.
Dia hanya menggeleng.

“sebaiknya kamu tidur, besok kamu harus ada di rumah sakit satu jam sebelum ibumu akan dioperasi.” Perintah saya.

My Handsome DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang