AUTHOR's POV
Cahaya matahari menembus celah - celah jendela kamar rawat Edward, burung - burung berkicau di luar jendelanya, namun Edward masih setia dialam mimpinya. Adel tengan mengenakan make up bersiap untuk berangkat ke kantor.
Tok tok tok...
Bunyi pintu terketuk, munculah seorang suster masuk membawa cairan infus yang baru. Dia memberikan senyuman yang ramah kepada Adel.
"saatnya ganti infus Bapak Edward, Bu." kata sang suster dengan ramah.
"baiklah, saya bangunkan terlebih dahulu." kata Adel membalas perkataan sang suster.
Lalu, Adel mendekat kearah Edward diikuti oleh suster. Adel menepuk pipi Edward perlahan. Namun, tidak ada pergerakan apapun. Sampai akhirnya Adel memilih untuk mengusap keningnya dan membisikkan Edward.
"Daddy bangun, ada suster." kata Adel dengan nada seperti anak kecil.
Benar saja, seketika Edward terbangun dengan wajah yang sulit ditebak. Ia menatap ke arah Adel yang hanya menatapnya dengan senyuman. Lalu, Edward melihat ada seorang suster yang melihat kelakuan mereka berdua.
"Ada apa ya?" tanya Edward kepada suster.
"Maaf, Pak. Saya harus mengganti cairan infusnya." kata suster.
"Okay, silahkan." kata Edward.
Adel sedikit menjauh, sementara sang suster sedikit mendekat ke arah Edward dan memulai pekerjaannya.
Setelah selesai, suster tersebut mundur dan pamit untuk keluar. Suster Vina namanya. Dia sempat menjelaskan, jika ada apa - apa bisa menekan bel yang terletak diatas ranjang. Maka akan ada suster yang menghampiri.
Setelah suster Vina keluar, Edward menatap Adel lekat - lekat membuat Adel salah tingkah.
"Ada apa, Edward?" tanya Adel.
"Kamu mau kemana se-rapi ini?" tanya Edward balik.
"Bekerja." jawab Adel.
"Siapa yang mengizinkanmu bekerja, Adel? sementara bosmu ada disini." kata Edward.
"Aku harus merubah seluruh jadwalmu untuk seminggu kedepan agar kamu bisa beristirahat terlebih dahulu." jelas Adel.
"Bisa dikerjakan disini kan, Del?" tanya Edward.
"S-saya tidak ingin ditinggal." sambung Edward.
"Tapi--" kata Adel menggantung.
"Biar saya hubungi sekretaris yang lain untuk back - up seluruh tugasmu selama saya sakit." timpal Edward.
Adel hanya pasrah. Lalu ia duduk di kursi samping kasur Edward.
"Adel." panggil Edward.
"Apa?" tanya Adel.
"Hasil diagnosa dokter apa tentang penyakit yang saya alami?" tanya Edward.
Deg
Adel meremas ujung roknya kuat - kuat, jantungnya berdetak dengan hebat.
Apakah aku harus memberitahumu sekarang, Edward? ataukah nanti saat surat hasil diagnosa nya keluar? Aku tidak tau. Aku terlalu takut untuk menjawab pertanyaanmu itu, aku tidak sanggup jika pada akhirnya aku harus melihat wajah mu itu murung. Melihat wajahmu pucat seperti ini saja membuatku hatiku perih, Edward. Aku takut untuk mengatakannya... Batin Adel.
"Adel, Adel." panggil Edward sambil melambaikan tangannya didepan wajah Adel.
Adel terkejut.
"A-- ada apa?" tanya Adel sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
RandomHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...