EDWARD'S POV
Tidak ada yang menarik disini. Pekerjaan yang menuntut saya harus berkunjung ke London.
Ya, saya sekarang tengah berada di London. Bermalam dan duduk ditaman sekitar hotel hanya membuat saya jenuh. Sehingga saya putuskan mencari club malam disini.
Saya langkah kan kaki dan menuju tempat club malam yang ternyata terletak tak jauh dari hotel saya.
Saya nikmati setiap hembusan angin yang membelai lembut permukaan kulit saya. Saya membayangkan ketika suasana dingin seperti ini lebih asik berada diatas kasur bersama pasangan dan berhubungan intim.
Menikmati setiap hentakan dan desahan yang menggairahkan serta suasa yang panas.
Ah, sial. Pikiran saya kembali liar.
Saya eratkan kembali jaket saya, dan memasuki club tersebut. Langkah kaki saya mengarah ke bar dan memesan salah satu minuman kesukaan saya.
Saya tegukkan minuman saya sambil memperhatikan sekitar. Ada satu hal yang menarik perhatian saya, kemudia saya sipitkan mata saya dan melihat apa yang terjadi di pojokan club ini.
Seorang gadis cantik dan kelihatannya masih polos. Seperti baru datang pertama kali ke club ini. Pandangannya seperti kosong dan minumannya yang didepannya sama sekali tak ia sentuh.
Pandangan saya terus kearahnya. Lalu, ada seorang lelaki bertubuh kekar menghampirinya dan mencoba menggodanya. Hati saya memanas dan saya segera bangkit menghampirinya.
"Hmm." dehem saya.
"Aaa siapa kamu?" kata lelaki tersebut.
"Saya kekasihnya." jawab saya datar.Lelaki itupun segera pergi dengan tatapan kesal kepada saya. Kemudian, saya duduk disampingnya.
"Untuk apa kamu datang kesini? Tidak seharusnya gadis polos seperti kamu datang ketempat laknat seperti ini." jelas saya.
"Bukan urusan kamu." ketusnya
"Ah, saya tidak bermasud apapun. Pakaianmu dan ya seperti ini hanya mengundang lelaki brengsek untuk mencicipi tubuhmu." jelas saya.
"Itu tujuan saya datang kesini." katanya.
"Baiklah. Apakah saya boleh mencoba tubuhmu?" tanya saya berhati - hati.
"Apakah kamu mampu membayar keperawanan saya?" tanyanya.
"Kamu masih perawan?!" tanya saya terkejut.
"Ya, saya masih perawan." jelasnya.
"Saya akan bayar sesuai apa yang kamu mau." jawab saya seadanya.
"Benar?" tanyanya.
"Ya." singkat saya.Diapun menyetujuinya. Saya segera membawanya pergi dari tempat laknat ini. Saya bawa ia ke hotel.
Tiba di kamar hotel, saya langsung kunci pintu. Saya peluk tubuhnya dan tangan saya mulai menjamah tubuhnya. Mengelus setiap inci tubuhnya.
Dia hanya menutup matanya dan merasakan setiap sentuhan saya. Segera saya lumat bibirnya, namun tak ada balasan. Saya gigit perlahan bibir atasnya dan dia meringis kesakitan.
"Balas ciuman saya." kata saya.
Saya pun kembali melumat bibirnya. Dibalasnya namun terlihat kaku.
Apakah ini pertama kalinya ia melakukan ini? Ada apa dengan gadis ini. Saya sudahi dan saya ajak dia duduk disofa.
"Apa yang kamu cari di club itu?" tanya saya.
"Uang." jawabnya singkat.
"Untuk apa?" tanya saya lagi.
"Kau tak perlu tau." ketusnya.Ah shit. Kamu membuat saya penasaran gadis manis.
"Jika kamu butuh uang, mengapa harus datang dan menjual keperawanan mu ditempat seperti itu. Masih banyak cara untuk mendapatkan uang yang kau butuhkan." jelas saya.
"Hanya itu satu - satunya cara saya dapat mendapatkan uang banyak dengan cepat." jelasnya.
"Berikan keperawananmu hanya untuk seseorang yang kau kasihi. Belum tentu orang yang akan membayarmu ditempat itu seimbang dengan batinmu yang sakit ketika kehormatanmu diambil begitu saja." jelas saya.Dia pun hanya terisak. Saya bingung ada apa. Saya hanya mampu mengelus punggungnya. Dan membiarkan ia menangis.
"Aku butuh uang untuk perawatan ibuku. Ibuku sakit dan sekarang ia terbaring lemah didalam ruang ICU." jelasnya disela tangisannya.
"Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya saya.
"100 juta." jawabnya.
"Sakit apa ibumu?" tanya saya.
"Ibu mengalami pembocoran pada jantungnya. Ia harus segera dioperasi." jawabnya.
"Baik, saya akan bantu kamu sampai ibumu sembuh." jawabnya.
"Benarkah?" tanyanya terkejut.
"Ya." singkat saya.
"Tapi--- "
"Saya tidak akan mengambil keperawananmu sampai kamu memberikannya sendiri dengan keikhlasan hatimu." potong saya.
"Terima kasih banyak." jawabnya.
"Tapi ada syaratnya." kata saya.
"Apa?" tanyanya terkejut.
"Jangan pernah datang ketempat itu lagi, atau saya tidak akan pernah membantumu." ancam saya.
"Dan kamu, harus menurut apapun yang saya perintahkan." lanjut saya.Diapun hanya mengangguk.
Setelah kesepakatan tersebut. Dia pun berani berbicara banyak dengan saya. Mungkin karena tidak enak hati telah saya bantu dan permudah urusannya.
Diapun tidak lupa memperkenalkan dirinya kepada saya. Amanda. Ya, nama dia Amanda. Nama yang bagus dan cantik. Seperti parasnya.
Seulas senyum tercipta di bibir saya tanpa saya sadari. Ah, dia menghantui dipikiran saya. Apakah saya tertarik dengannya? Mengapa secepat ini?
Amanda, kamu membuat saya penasaran tentangmu.
Setelah percakapan panjang itu, ia pun pamit pulang. Namun, karena sudah larut malam dan takut terjadi apapun, saya memerintahkannya untuk menginap disini. Awalnya ia menolak dengan alasan ibunya sendirian. Namun, setelah saya jelaskan saya akan tidur disofa dan tidak akan berbuar macam - macam akhirnya ia pun menerimanya.
Seulas senyum kembali tercipta disudut bibir saya. Leganya saya bisa berlama - lama menatapnya.
Apakah ini cinta pada pandangan pertama?
Mengapa begitu cepat?
Mengapa begitu mudah?Ah, saya tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Mengapa rasanya beda dengan yg rasakan dengan Jessica? Apakah ini lebih dari kata cinta?
Entahlah, pusing sendiri saya memikirkannya. Saya segera bangkit dari sofa dan membersihkan diri dikamar mandi. Sementar Amanda, ia telah terlelap di kasur dengan menggunakan kaos polos kebesaran saya.
Setelah selesai bersihkan badan, saya bersiap untuk tidur. Namun, kembali saya menatapnya. Tak tahan saya untuk tak menyentuhnya.
Saya hampiri dan saya cium pipinya. Saya benarkan selimutnya. Dan saya kembali ke sofa. Tak lama mengalami intermezzo dengan pikiran saya seharian ini, akhirnya saya pun terlelap. Namun, ada seukir senyum yang tercipta, menggambarkan bahwa saya bahagia hari ini.
TO BE CONTINUED
----------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca
Maaf tidak terlalu banyak untuk chapter ini.
Arvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
AcakHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...