AUTHOR's POV
Ini adalah hari ketiga Edward di rawat dirumah sakit. Namun, ia belum sama sekali mengetahui apa yang menjadi penyebab ia bisa jatuh pingsan saat itu.
Saat Edward ingin bertanya pada Adel, ia seakan - akan mengalihkan pembicaraan dan itu membuat Edward bingung.
Sama seperti halnya hari ini, Adel lagi - lagi mengalihkan pembicaraan mengenai hasil diagnosa penyakit yang di derita Edward.
Edward hanya termenung di atas kasur rumah sakit. Ia bertanya - tanya pada ada apa yang terjadi pada dirinya. Ia ingin bertanya langsung kepada dokter yang menanganinya.
Kebetulan Adel sedang pergi ke kantor untuk mengurus pekerjaannya yang beberapa hari sama sekali tidak tersentuh oleh Edward.
Edward beranjak turun dari kasurnya dan pergi keluar ruangannya sambil menarik tiang infusan yang tersambung ke punggung tangannya.
Ia menyusuri lorong rumah sakit sampai akhir nya ia berdiri didepan ruangan dokter yang menanganinya. Dengan satu tarikkan nafas, ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu sang dokter, lalu masuk setelah dipersilahkan masuk.
Sekarang Edward tengah berhadapan dengan sang dokter. Ia sempat termenung beberapa saat sebelum suara sang dokter membuyarkan semuanya.
"Pak Edward, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang dokter membuka percakapan.
"Tidak, aa-ah ya, saya ingin bertanya sesuatu kepada Anda, dok. Beberapa hari ini sekretaris saya tidak memberi tau penyakit apa yang saya alami." jelas Edward.
"Hm begitu. Lalu?" tanya sang dokter kembali.
"Saya ingin tau, sebenarnya apa hasil diagnosa penyakit saya, dokter." kata Edward.
"Jadi begini, Pak. Karena sekretaris Anda mungkin takut melukai perasaan Anda atau dia belum bisa memberitau Anda dengan alasan lain. Saya yang akan memberitau Anda. Sebenarnya, Anda itu mengalami gastritis, atau sederhananya Anda tengah mengalami radang lambung." jelas sang dokter.
Edward terdiam.
"Tapi, apakah itu bisa disembuhkan?" tanya Edward.
"Bisa, jika Anda mengikuti konsultasi dan beberapa terapi yang saya sarankan." kata sang dokter.
"Ah, baiklah. Terima kasih, dokter. Saya pamit." kata Edward.
Edward beranjak keluar dari ruangan dokter sambil menyeret tiang infus. Perasaannya kini campur aduk. Dia tidak mengerti, apakah ia ketakutan atau kesal karena Adel tidak memberitaunya.
Mungkin dokter itu ada benarnya, bahwa bisa saja Adel memiliki alasan lain mengapa tidak memberitau Edward secepatnya.
Kemudian, ia membuka ruang rawatnya, dan melihat ada Adel yang tengah menunggunya dengan wajah khawatir. Edward hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Edward masuk kedalam dan memilih duduk dipinggiran kasur. Hal itu membuat Adel mengernyitkan dahinya. Ia bingung ada apa dengan bosnya itu.
Lalu, ia memilih mendekat ke Edward.
"Edward..." panggil Adel dengan suara pelan.
"Mengapa kau tidak memberitau penyakit saya, Adel?" tanya Edward.
"aa-ah Pak Edward sudah tau?" Adel balas bertanya.
"Ya." jawab Edward.
"Dari siapa?" tanya Adel kembali.
"Dokter." jawab Edward.
"Saya minta maaf, Pak--" ucapan Adel terpotong
"Jangan panggil saya Pak diluar kantor, Adel." kata Edward dengan nada sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
RandomHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...