EDWARD's POV
Ketika saya sedang tengah melumat bibir Adel, tiba - tiba pintu terbuka dan munculah sosok yang ingin saya lupakan selamanya.
Amanda
Dia kembali dan terlihat jelas ketidaksukaan Adel ketika melihatnya sehingga Adel memilih beranjak pergi entah kemana.
Saya masih diam mematung, saya tidak percaya jika dia akan kesini. Otak saya seketika tidak dapat bekerja. Saya hanya menatapnya.
"Edward, kamu sakit?" tanyanya.
"Ya, seperti yang kamu lihat." kata saya seadanya.
Dia melangkah mendekat dan meletakkan bungkusan makanan yang tidak saya tau makanan apa itu, kemudian ia duduk di kursi sebelah saya.
Suasananya begitu canggung, saya tidak tau harus mengatakan apa padanya. Seperti ada sebongkah batu salju yang menerjang saya, lembut namun menyakitkan.
Saya hanya mampu terdiam dan merenung. Asik berkutik dengan pikiran saya, sementara Amanda memerhatikan saya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mm... Amanda." panggil saya membuka percakapan.
"Ya Edward." jawabnya.
"Saya ingin bertanya, mengapa kamu tau bahwa saya ada dirumah sakit? Dan dengan siapa kamu kesini?" tanya saya beruntun.
"Aku diberitau sama Kelvin, dan tadi kesini sama dia. Tapi, dia lagi mengurus sesuatu katanya. Jadi, aku disuruh kesini duluan." jelasnya.
Saya hanya mengangguk...
Kenapa kau hadir lagi disaat saya tengah berusaha melupakanmu? Mengapa Amanda? Mengapa kau merusak seluruh usaha saya, dan kau tau? pertahanan saya segera rubuh, namun ada sosok yang harus saya jaga disini, hati saya. Batin saya.
"Edward, aku rindu kamu.." katanya seketika.
Deg.
Apakah saya merindukanmu juga? saya tidak tau Amanda. Saya tidak tau perasaan saya. Perasaan saya campur aduk. Batin saya.
Saya hanya diam tak menanggapi, sampai akhirnya Kelvin masun ke dalam ruangan dengan wajah yang sangat segar. Sepertinya dia baru saja memangkas rambut gondrongnya itu.
"Pak, bagaimana keadaanmu sekarang?" kata Kelvin menghampiri.
"Saya seperti ini, sudah lebih membaik. Oh ya, kau tau darimana saya sakit?" tanya saya.
"Supirmu, Andy." jawabnya.
Saya hanya ber-oh ria saja. Mengangguk dan meruntuki mengapa ia memberitau kepada Kelvin.
Kemudian saya izin untuk berbaring, karena kepala saya seketika pusing dan perut saya kembali mual.
Mereka mengizinkan dan saya memilih memejamkan mata. Menetralkan pikiran saya dan sempat saya mendengar bahwa Kelvin memarahi Amanda untuk tidak banyak berharap, karena Kelvin tau, saya sudah bersikap biasa saja.
Amanda akhirnya terisak dan memilih pergi. Kelvin sempat pamit dan hanya saya tanggapi dengan anggukan.
Adel, kau kemana? Saya hanya membutuhkanmu. Saya hanya ingin kamu. Saya tidak mau jika terjadi keributan diantara kita berdua, Adel. Kembalilah. Batin saya.
Suara pintu terbuka. Saya membuka sedikit mata saya. Ternyata itu adalah Amanda. Dia menghampiri saya dan duduk. Saya pura - pura terlelap.
"Edward, aku menyesal. Aku menyesal karena menolak seluruh perkataanmu. Saat itu aku benar - benar tidak tau harus bagaimana dan aku tidak bisa berpikir. Aku ingin bersamamu, Edward. Aku mencintaimu." katanya pelan.
Seharusnya saya bisa mendengar ucapanmu beberapa waktu lalu yang ingin sekali saya dengar. Kamu ikut bersama saya dan kita bisa bersama - sama. Betapa senangnya saya saat itu, Amanda. Tapi nyatanya, kamu terlambat. Kamu menyesal? Wajar. Penyesalan hanya ada diakhir. Saya tidak tau harus senang atau tidak sekarang. Jika kamu mau tau? Perasaan saya tentangmu perlahan menghilang tergantikan dengan sekretaris saya sendiri, Adelia. Batin saya.
Saya mendengar Amanda menangis. Walaupun pelan, saya mendengarnya. Saya membuka mata saya perlahan. Lalu mengusap bahunya perlahan.
"Kamu tidak perlu menangisi saya, Amanda. Yang lalu, biarlah berlalu dan menjadi pelajara untuk kita dikemudian hari. Saya tau kamu perempuan yang baik, suatu hari nanti, kamu akan menemukan cinta sesungguhnya, cinta sejati." jelas saya menenangkannya.
"A-aku cuma mau kamu, Edward." katanya terbata - bata.
Saya hanya tersenyum tipis mendengarkan perkataannya.
"Dulu, saya memang mencintaimu. Tapi, maaf sekali, itu dulu sekali sampai akhirnya saya harus terjatuh sangat dalam ketika cinta saya padamu saat itu, bertepuk sebelah tangan. Ketika hasrat saya menginginkanmu untuk bersama saya, namun kamu tolak mentah - mentan, Amanda. Sampai akhirnya saya menemukan seseorang yang mencintai dalam diam. Mungkin dia memang tidak sempurna, saya pun tidak. Saya hanya berharap kami bisa melengkapi satu sama lain. Kamu juga sama, akan menemukan sosok pelengkapmu. Tunggu saja. Tentang kita, biarkan semua menjadi sejarah sampai akhirnya mendebu di pikiran kita masing - masing. Sekarang, pulanglah Kelvin menunggumu diluar." jelas saya.
Kemudian Amanda menangis sesegukan sampai menimbulkan suara seisi ruangan membuat Kelvin masuk dan memeriksa ada apa diantara kami berdua. Saya hanya menatapnya dengan artian untuk segera membawa Amanda keluar, dan Kelvin mengerti. Ia keluar membawa Amanda dengan sedikit memaksanya.
Akhirnya, tinggalah saya seorang diri disini. Ada rasa sakit ketika Amanda menangis, namun lebih sakit ketika saya tau Adel pasti lebih merasakan sakitnya melihat seseorang yang mungkin ia masukkan kedalam daftar hitam nama yang tidak ia sukai.
Adel, maafkan saya. Baru beberapa waktu kita bersama, baru beberapa waktu kamu merasakan milik saya dan bahagia, kamu sudah menangis karena saya. Adel, maafkan saya. Mungkin saya pantas untuk kamu cap sebagai lelaki brengsek. Tapi Adel, kau harus tau. Saya mulai jatuh hati padamu dan ingin memilikimu, sepenuhnya. Adel, kembalilah, saya menginginkan dirimu. Saya tidak bisa berjauhan denganmu. Masa lalu saya membuat saya trauma untuk berjauhan dengan seseorang yang mulai saya cintai. Batin saya.
Saya termenung menatap luar jendela. Aktivitas orang lalu lalang sembari memikirkan Adel. Saya tidak peduli dengan kehadirannya yang mengatakan bahwa ia mencintai saya. Itu sudah cukup terlambat bagi saya.
Prinsip saya, jika saya ditolak dan ditinggalkan, maka saya akan melangkah berbelok, lalu maju kedepan. Tanpa menoleh kembali kebelakang untuk merangkul dan bertekuk lutut untuk mengatakan cinta kembali.
Prinsip yang selalu saya pegang, terlihat sadis. Namun seperti itu saya. Jika saya mencintai, saya akan sangat mencintai, menghormati bahkan menghargainya. Menjaga dan melindunginya semampu saya. Menggenggam dengan erat.
Karena saya tau, setiap dua insan yang akan menjadi "kita" itu pasti tidak mudah. Banyak lika likunya sampai akhirnya menjadi sebuah hubungan dan kata "kita".
Saya menghargai itu. Saya melihat bagaimana sebuah perjuangan untuk menjadi "kita". Saya menganggap bahwa, dia tergenggam dalam genggaman saya, sangat erat. Seakan - akan saya takut kehilangan. Memang. saya egois tidak mau kehilangannya satu detikpun. Karena sesuatu yang tergenggam tidak akan mudah untuk dilepaskan, sangat sangat sulit.
Saya hanya menghembuskan nafas saya perlahan, lalu memilih untuk berbaring kembali. Kepala saya kembali pening dan perut saya kembali mual.
Adel, kembalilah, saya merindukanmu. Saya membutuhkan pelukanmu dan sentuhanmu. Saya sudah merasakan candu disentuh olehmu. Batin saya.
Kemudian saya terlelap. Tidak mengetahui apapun lagi, namun saya sempat mendengar pintu terbuka dan menggenggam tangan saya dengan lembut, kemudian memberikan kecupan di kening saya cukup lama.
Namun, saya tidak bisa membuka mata saya. Seakan berat sekali, sampai akhirnya saya memilih untuk terlelap.
TO BE CONTINUED
-----------------------------------------------------------
Terima kasih sudah membaca.
Tunggu kelanjutannya.Arvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
AcakHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...